Laporkan Masalah

TUTURAN PENOLAKAN CINTA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS SOSIOLINGUISTIK

FARADILA NURBAITI, Dr. Sailal Arimi, M.Hum.

2016 | Skripsi | S1 SASTRA INDONESIA

Penelitian ini berjudul Tuturan Penolakan Cinta dalam Bahasa Indonesia: Analisis Sosiolinguistik. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya bentuk-bentuk berbeda dalam penolakan cinta yang dituturkan oleh penuturnya. Data yang digunakan adalah tuturan penolakan cinta yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada sejumlah responden. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk tuturan penolakan cinta, menganalisis faktor-faktor sosial yang memengaruhi tuturan penolakan cinta, dan menganalisis pola tuturan penolakan cinta terhadap hubungan pascapenolakan cinta yang timbul dari korelasi antarfaktor sosial. Hasil penelitian ini disajikan sebagai berikut. Pertama, berdasarkan cara penyampaiannya, tuturan penolakan cinta dapat dibagi menjadi tuturan langsung dan tuturan tak langsung. Berdasarkan strukturnya, tuturan penolakan cinta dapat dibagi menjadi tuturan dengan menggunakan permohonan maaf, alasan, ucapan terima kasih, dan basa-basi. Berdasarkan situasinya, tuturan penolakan cinta dibagi menjadi tuturan dengan ragam resmi, ragam konsultatif, ragam santai, dan ragam akrab. Berdasarkan tingkat kesopanannya, tuturan penolakan cinta dibagi menjadi tuturan tidak sopan, tuturan kurang sopan, tuturan agak sopan, tuturan sopan, dan tuturan sangat sopan. Kedua, terdapat faktor-faktor sosial yang memengaruhi tuturan penolakan cinta, yaitu hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur, media penyampaian tuturan, serta gender. Semakin dekat hubungan sosial antarpenutur, tuturan penolakan cinta yang diucapkan menggunakan bentuk yang cenderung santai dan akrab, sedangkan semakin jauh hubungan sosial antarpenutur, tuturan yang disampaikan cenderung resmi. Tuturan penolakan cinta yang disampaikan secara langsung bertatap muka cenderung berbentuk tuturan yang panjang, sedangkan tuturan yang disampaikan melalui media cenderung berbentuk tuturan yang pendek atau mengalami penyusutan tutur dan menggunakan simbol-simbol yang kemudian disebut dengan emoticon. Pada penelitian ini, tuturan penolakan cinta penutur bergender feminin lebih banyak daripada gender maskulin. Ketiga, pola tuturan penolakan cinta tersebut berdampak pada kelanjutan hubungan antara penutur dan lawan tutur, dan pada penelitian ini disebut dengan hubungan pascapenolakan. Terdapat dua hubungan pascapenolakan yang timbul, yaitu hubungan normal atau baik-baik saja dan hubungan berjauhan. Hubungan normal atau baik-baik saja dapat ditimbulkan ketika tuturan penolakan cinta disampaikan dengan permohonan maaf, ucapan terima kasih, dan diucapkan tanpa perantara atau secara langsung bertatap muka sehingga dapat meminimalisasi kesalahpahaman antara penutur dan lawan tutur. Hubungan normal didominasi oleh penutur bergender feminin. Hubungan berjauhan dapat terjadi ketika tuturan penolakan cinta disampaikan dengan pola pernyataan penolakan yang kurang sopan, dengan beralasan, dan berbasa-basi, serta disampaikan dengan menggunakan media atau perantara sehingga tidak terjadi pertemuan langsung antara penutur dan lawan tutur. Hubungan berjauhan juga didominasi oleh penutur bergender feminin. Akan tetapi, jumlah penutur bergender maskulin yang menjalani hubungan normal lebih banyak daripada yang menjalani hubungan berjauhan.

The title of this research is The Utterances of Love Rejection in Bahasa: A Sociolinguistic Analysis. This research is based on the different linguistic forms of love rejection which are spoken by their speakers. This research uses the love rejection as its data that was collected by distributing some questionnaires to some female and male respondents. After that, those data are analyzed using sociolinguistic approach. The aims of this research are to describe utterance forms of love rejection, to analyze social factors that cause different utterance forms of love rejection, and to analyze utterance patterns to relationship of post-rejection of love that is caused by correlating of each social factors. The result of this research are presented as follows. First, based on the delivering mode, the utterance of love rejection can be divided into direct speech and indirect speech. Based on its structure, the utterance of love rejection can be devided into such speech by means of apologizing, reasoning, thanking, and phatic speech. Based on the situation, utterance of love rejection can be devided into formal, consultative, casual, and intimate speech. Based on level of politeness, speech of rejection of love can be divided into impolite, less polite, rather polite, polite, and very polite speech. Second, there are some social factors that influence the linguistic speech forms of rejection of love, i.e. social relationship between speakers, the media channelling speech, and gender. If the social relation between the speakers is close, the speakers tend to use the casual and intimate speech, meanwhile the social relation between the speakers goes far, they tend to use the formal speech. The speech that is directly conveyed by media or without tends to form longer speech, meanwhile the speech conveying with media tends to form shorter speech and contains symbols called emoticon. In this research, the utterances of love-rejection given by feminine are much more than those of the masculine. Third, those utterance patterns give impact to post-rejection relationship, which are in this research called normal relationship and separate relationship. The normal relationship happens when the speech is conveyed by apologizing, thanking, and it is uttered without media or with face to face interaction by which it can minimize misunderstanding between the speakers. The feminine ones dominate this such relationship. The separate-going relationship happens when the speech is conveyed by impolite speech and conveyed by media which the speakers undirectly meet each other. The feminine also dominate this relationship. Nevertheless, the number of the masculines that undergoes the normal relationship is more than that of the separate relationship.

Kata Kunci : bentuk, penolakan cinta, faktor sosial, pola tuturan

  1. S1-2016-336266-abstract.pdf  
  2. S1-2016-336266-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-336266-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-336266-title.pdf