Laporkan Masalah

Hubungan perilaku ibu berpantang makanan selama masa nifas dengan status gizi ibu dan bayinya di Kecamatan Banjarmasin Utara di Kota Banjarmasin

NURHIKMAH, Toto Sudargo, SKM, M.Kes

2009 | Tesis | S2 Magister Perilaku Promosi Kesehatan

Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) Kalimantan Selatan 295 per100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, masih perlu diturunkan lagi untuk mencapai target AKI. Angka Kematian Bayi (AKB) Kalimantan Selatan masih di atas angka nasional, 38 per1.000 kelahiran pada tahun 2007. Anemia ibu hamil masih tinggi, 41,3% tahun 2007 dan balita kurang gizi tahun 2006 tercatat 250 kasus. Fenomena berpantang makanan pada masa nifas masih banyak dilakukan ibu suku Banjar di Kota Banjarmasin, karena alasan budaya dan adat yang harus dipatuhi. Budaya ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku ibu, sehingga ibu melakukan pantang makanan selama nifas, yang menyebabkan asupan nutrisi kurang, selanjutnya dapat menimbulkan masalah kesehatan status gizi. Tujuan Penelitian : mengetahui hubungan perilaku ibu berpantang makanan selama masa nifas dengan risiko Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu, anemia gizi pada ibu dan status gizi bayi di Kecamatan Banjarmasin Utara di Kota Banjarmasin Metode Penelitian : rancangan penelitian cross sectional. Subyek penelitian adalah 84 orang ibu nifas hari ke-40, yang dipilih secara multistage random sampling, di Kecamatan Banjarmasin Utara di Kota Banjarmasin. Pengujian statistik menggunakan uji Chi-Square, analisis data dilakukan univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil Penelitian : Perilaku ibu berpantang berhubungan dengan anemia (p=0,004;RP=6,23) dan KEK (p=0,034;RP=7,38), namun tidak berhubungan dengan status gizi bayi (Pp=0,144). Berat badan lahir bayi memiliki hubungan bermakna dengan gizi bayi (p=0,000;RP=30,07). Pendidikan ibu tidak berhubungan dengan perilaku ibu (p=0,563), anemia (p=0,517), KEK (p=0,949), maupun gizi bayi (p=0,875). Paritas tidak berhubungan dengan perilaku ibu (p=0,831) dan gizi bayi (p=0,325), tetapi berhubungan dengan anemia (p=0,043;RP=0,32) dan KEK (p=0,003;RP=0,25). Kesimpulan : Perilaku ibu berhubungan dengan anemi dan KEK, namun tidak berhubungan dengan status gizi bayi. Ada hubungan bermakna antara berat badan lahir dengan status gizi bayi neonatus. Pendidikan ibu tidak berhubungan dengan perilaku, anemi, KEK, maupun gizi bayi. Paritas tidak berhubungan dengan perilaku ibu dan gizi bayi, tetapi berhubungan dengan anemi dan KEK

Background : Maternal Mortality Rate (MMR) in South Kalimantan was 295/100.000 birth live on 2007 and still tend to be decreased into MMR target. Infants Mortality Rate (IMR) in South Kalimantan was still above national rate, 38/1.000 birth on 2007. Anemia of pregnant was still high, 41,3% on 2007, and there was 250 cases of children malnutrition on 2006. The phenomenon of food taboos during puerperium period were still being conducted by mother of Banjar tribe in Banjarmasin city, because culture and tribe tradition must be obeyed. This culture becomes factor that influenced mother behavior so avoided her intake foods during puerperium period, then caused lack of nutrition intake, and finally caused the health problem of nutrition status. Objectives : This research was aimed to find out the relationship between of mother behavior in food taboos during puerperium period with the risk of Chronic Energy Deficiency (CED), anemia and infant nutrition status in the Subdistrict of North Banjarmasin in Banjarmasin City. Methods : This research was used to cross sectional design and the subject was 84 mothers in puerperium period of 40th, who were selected with Multistage Random Sampling in the Subdistrict of North Banjarmasin in Banjarmasin City. The statistic test was conducted by Chi-Square and the data was analyzed by univariat, bivariat, and multivariat analysis. Results : Mother behavior in food taboos had correlation with anemic (p=0,004;RP=6,23) and CED (p=0,034;RP=7,38), but had not correlation with infant nutrition status (p=0,144). Birth weight had significant correlation with infant nutrition (p=0,000;RP=30,07). Mother education level had not correlation with mother behavior (p=0,563), anemic (p=0,517), CED (p=0,949), and infant nutrition (p=0,875). Parity had not correlation with mother behavior (p=0,831) dan infant nutrition (p=0,325), but had correlation with anemic (p=0,043; RP=0,32) and CED (p=0,003;RP=0,25). Conclusions : Mother behavior had correlation with anemic and CED, but had not correlation with infant nutrition status. A significant correlation between birth weight with infant nutrition. Education had not correlation with behavior, anemic, CED, and infant nutrition. Parity had not correlation with behavior and infant nutrition, but had correlation with anemic and CED

Kata Kunci : perilaku,ibu,pantang makanan,kek,anemia,gizi bayi, behavior, mother, food prohibition, CED, anemia, infant nutrition


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.