Laporkan Masalah

Tingkat Risiko Bencana Kebakaran Pada Kawasan Permukiman Padat (Studi Kasus: Kelurahan Ngampilan, Kota Yogyakarta)

RUTDIANA M SIMBOLON, Ratna Eka Suminar, ST., M.Sc.

2018 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Kota Yogyakarta terus mengalami pertumbuhan jumlah penduduk yang diikuti dengan peningkatan kepadatan bangunan dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Hal tersebut menyebabkan hampir di setiap kecamatan di Kota Yogyakarta memiliki kawasan permukiman yang padat. Kondisi demikian dianggap menjadi pemicu indikasi tingginya risiko bencana pada kawasan permukiman, untuk itu diperlukan manajemen risiko bencana. Bencana kebakaran permukiman adalah bencana yang paling sering terjadi di Kota Yogyakarta sepanjang tahun 2011 hingga pertengahan 2016, setidaknya Kota Yogyakarta mengalami kebakaran sebanyak 278 kejadian (BPBD Kota Yogyakarta, 2016). Permukiman penduduk yang padat diindikasi sebagai pemicu tingginya risiko bencana kebakaran permukiman. Kelurahan Ngampilan adalah kelurahan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi dan kepadatan bangunan yang tergolong tinggi di Kota Yogyakarta. Analisis tingkat risiko kebakaran di Kelurahan Ngampilan dilandasi oleh perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan pemodelan konsepsual Chrunch Model, perhitungan dengan model Chrunch memiliki 3 variabel konsepsual yakni: ancaman kebakaran, kerentanan permukiman, dan kapasitas kawasan. Untuk pengukuran analisis digunakan amatan Rukun Warga, yaitu sebanyak 13 RW yang ada di Kelurahan Ngampilan. Hasil dari analiis ini akan berbentuk skoring dari nilai variabel ancaman, kerentanan dan kapasitas yang membentuk nilai dan tingkat risiko kebakaran di Kelurahan Ngampilan, serta berupa peta tingkat ancaman kebakaran, peta tingkat kerentanan kawasan, peta tingkat kapasitas kawasan, dan peta tingkat risiko bencana kebakaran Kelurahan Ngampilan. Penelitian ini dapat menjadi rekomendasi kepada pemerintah sebagai bahan pertimbangan untuk konsep perencanaan dan penataan permukiman penduduk yang memperhatikan bencana kebakaran.

Yogyakarta continues to grow in population followed by an increase in building density over the past 6 years. This causes almost in every district in Yogyakarta City has a dense residential area. Such conditions are considered to be a trigger indicator of high disaster risk in residential areas, therefore disaster risk management is required. Fire disaster settlement is the most frequent disaster in Yogyakarta City throughout 2011 to mid 2016, at least the city of Yogyakarta experienced a fire disaster as many as 278 events (BPBD of Yogyakarta, 2016). Dense population settlements are indicated as triggering high risk of fire disaster settlements. Village Ngampilan is the village with the highest population density and densus of building density in City of Yogyakarta. The fire risk level analysis in Kelurahan Ngampilan is based on calculations performed using conceptual modeling Chrunch Model, which the calculation with this model has 3 conceptual variables, namely: hazard, vulnerability of settlements, and capacity. For the measurement of analysis used observation Citizens Association (RW), that is as many as 13 RW in Village Ngampilan. The results of this analiis will be scored from the value of the hazard variables, vulnerabilities and capacity that make up the nalai and the level of fire risk in Ngampilan Village, as well as the map of fire threat level, the vulnerability level map of the area, the map of the capacity level of the area, and the disaster risk level map of Kelurahan fire Skill. This research can be a recommendation to the government as a material consideration for the concept of planning and settlement of settlements that pay attention to fire disasters.

Kata Kunci : tingkat risiko bencana, kebakaran permukiman, ancaman kebakaran, kerentanan permukiman, kapasitas permukiman. / disaster risk level, fire settlement, fire hazard, settlement vulnerability, settlement capacity


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.