Laporkan Masalah

ANALISIS PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN RISIKO KREDIT UNTUK PEMBIAYAAN PROYEK SEKTOR KELISTRIKAN SEGMENT KORPORASI DI PT.BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK ( STUDI KASUS PEMBIAYAAN PEMBANGKIT LISTRIK DI TANAH GROGOT OLEH PT. YPG )

AJI SASONGKO, Zaki Baridwan, Prof.Dr. M.Sc.

2015 | Tesis | S2 Manajemen

Dalam melakukan pembiayaan terhadap suatu perusahaan, seorang analis kredit haruslah menguasai bisnis dari perusahaan yang akan dibiayainya. Industri kelistrikan, dalam hal ini usaha PLTU merupakan usaha yang cukup unik yang mana pendapatannya dan pengeluarannya telah ditentukan sejak awal oleh perjanjian jual beli tenaga listrik dari IPP kepada PLN. Selain itu nilai investasi yang diperlukan cukup besar dan mempunyai risiko yang cukup tinggi. Dengan risiko yang cukup besar tersebut pemerintah memberikan insentif dan keleluasaan dalam perizinan bagi pelaku industri ini untuk membangun PLTU demi target elektrifikasi di Indonesia tercapai. BNI sebagai bank pemerintah dan juga sebagai agent of development diharapkan mendukung proyek infrastruktur yang ada di indonesia dari segi pembiayaan. Dengan besarnya nilai pembiayaan pada proyek PLTU, maka semakin besar exposure risiko kredit terhadap bank. Oleh sebab itu pembiayaannya memerlukan mitigasi-mitigasi risiko yang kuat terhadap risiko-risiko yang akan timbul di usaha PLTU ini. Penelitian ini digunakan untuk memberikan deskripsi mengenai pembiayaan pembangunan PLTU oleh bank dan pengelolaan risiko-risiko yang timbul, yang mana diambil sampel PT.YPG yang dibiayai oleh BNI. Risiko risiko yang ada dibagi menjadi 2 (dua) yakni post completion risk dan pre completion risk, semua hal tersebut dapat di mitigasi jika para pelaku usaha dapat melakukan pencegahan sejak perencanaan proyek sampai operasional PLTU. Konsistensi dalam menerapkan manajemen risiko yang komprehensif, baik dari pihak IPP maupun perbankan akan menyumbangkan kesuksesan usaha pembangkit listrik ini.

In financing a company, a credit analyst should master the business of the company which will be funded. Electricity industry, in this case PLTU is a unique business because the income and expenditures have been predetermined by power sales and purchase agreement by IPP to PLN. Moreover, the investment required is large and the risk is quite high. With such a big risk, the government gives incentive and freedom in licensing for actors in this industry to build PLTUs to meet electrification target in Indonesia. BNI as a government bank and agent of development is expected to support infrastructure projects in Indonesia in financing. The larger the value of financing in PLTU projects, the larger the credit risk exposure to the bank. Therefore, the financing requires strong mitigations of risks which will emerge in this PLTU business. This study was used to describe the funding of PLTU construction by the bank and the management of emerging risks, using the sample of PT.YPG which was funded by BNI. The risks were classified into 2 (two) which were post completion risk and pre completion risk. They can be mitigated if business actors perform preventions from the planning of the project to the operation of the PLTUs. Consistency in implementing comprehensive risk management, both by IPP and the bank, will contribute to the success of power plant businesses.

Kata Kunci : Pembiayaan, PLTU, Risiko, Mitigasi Risiko, Capital Budgeting, Pembangunan