Laporkan Masalah

Penatua dan Kekuasaannya (Studi tentang Strategi Elit Mengkonversi Jabatan Gereja Menjadi Jabatan Politik di Minahasa)

ROMEL MALENSANG, Longgina Nova Dona Bayo, MA

2015 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

Studi ini akan mendiskusikan mengenai fenomena kekuasaan penatua sebagai elit lokal di Minahasa kontemporer. Studi ini berargumen bahwa peran politik gereja di Minahasa khususnya, tidaklah semata-mata dikerjakan oleh lembaga gereja itu sendiri. Nyatanya, gereja hanya menjadi instrumen kekuasaan dari segelintir elit yang mewujud dalam sosok penatua yang jabatannya dapat diakses secara terbuka dalam suatu proses pemilihan. Dengan kata lain, elit itulah yang memainkan peranan. Namun disisi lain, gereja tetap menjadi sebuah sumber legitimasi utama dalam masyarakat Minahasa. Sumber legitimasi lain yang sempat menguat seperti adat, ternyata belum dapat sepenuhnya diandalkan. Oleh karena itu, dinamika politik dalam gereja (GMIM), selayaknya dapat menjadi gambaran bagaimana bekerjanya politik di Minahasa. Lokasi dalam penelitian ini mencakup keseluruhan wilayah adat Minahasa. Saat ini, sebagian besar penduduk Minahasa memeluk agama Kristen dan mayoritasnya merupakan anggota jemaat GMIM. Metode yang digunakan adalah studi kasus (case study). Data diambil dalam lima bulan, dari November 2014 - Maret 2015. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa kesimpulan. Pertama, munculnya penatua sebagai elit lokal Minahasa kontemporer merupakan akibat dari serangkaian proses perubahan sosial. Kolonialisasi dan kristenisasi sangat berpengaruh membentuk suatu fase dimana peralihan dari pengaturan yang bersifat tradisional (termasuk elitnya: kepala walak, tonaas dan walian) menuju pengaturan baru di era kontemporer. Fakta ini juga mengkonfirmasi bahwa Minahasa adalah sebuah entitas bangsa dan budaya yang senantiasa mengalami perubahan. Kedua, gereja (GMIM) berubah menjadi ranah kontestasi elit dalam upaya mereka mengakses jabatan penatua yang sarat akan potensi kuasa. Para kandidat mengembangkan berbagai strategi untuk memenangkan kontestasi. Strategi tersebut berkaitan dengan: (1) jumlah dan distribusi sumberdaya (ekonomi, personal-normatif, dan keahlian); (2) motivasi kandidat; dan (3) keterampilan politik atau pengorganisasian sumberdaya secara efektif. Ketiga, jabatan penatua yang berhasil dimenangkan elit, kemudian didayagunakan sebagai sumber daya normatif dan berhasil dikonversikan menjadi kekuasaan di ranah politik. Para penatua yang mendayagunakan sumber daya normatifnya tersebut digerakkan oleh sejumlah motivasi yang akhirnya menjadikan mereka politisi yang unggul. Keempat, nilai-nilai gerejawi dan kekristenan senantiasa dipelihara elit sebagai sebuah identitas bersama dalam konteks masyarakat Minahasa demi menjaga cakupan serta besaran kekuasaan mereka. Meskipun resistensi cenderung bermunculan sebagai kritik atas kekuasaan mereka, beberapa penatua tetap mampu mengelolanya sehingga tidak menjadi konflik yang meluas. Salah satu strategi menjaga besaran kekuasaan penatua adalah dengan mengawinkan kekuasaan normatifnya dalam gereja dengan menggiatkan beberapa wacana adat yang sempat menguat di masyarakat.

The study will discuss the phenomenon of the power of penatua as local elites in contemporary Minahasa. The study argues that the political role of the Church in Minahasa especially, it is not solely done by the institution of the church itself. In fact, the church only becomes a power instrument of most elites embodied in the figure of penatua, publicly accessible in an election process. In other words, the elites that play a role. On the other hand, the church continues being the major source of legitimacy in the Minahasa community. Another source of legitimacy had strengthened as adat, it could not be fully relied upon. Therefore, the political dynamic in the church (GMIM), should be able to be a picture of how the workings of politics in Minahasa. The location of the research takes palace in the whole territory of traditional Minahasa. Currently, most of the Minahasa people embraced Christianity and the majority are members of GMIM. The method used is a case study. Data were taken in five months, from November 2014 - March 2015. Results from this research suggests some conclusions. First, the emergence of the penatua to be local elites of contemporary Minahasa is the result by the processes series of social change. Colonization and Christianization very influential making a phase between the transition from traditional settings (including the elites: Head of walak, Tonaas and Walian) to the new setting in the contemporary era. This fact was also confirmed that the Minahasa is a nations and cultures entity are constantly changing. Second, the church (GMIM) turns into the field of elite contestation in their attempts to access the penatua position laden potential power. The candidates develop some strategies to win the contestation. The strategy relates to: (1) summing and distributing resources (economic, personal-normative, and expertise); (2) motivation of the candidate; and (3) political skills or organizing resources effectively. Third, when the penatua position successfully won by the elite, they then utilized it as a resource of normative power and successfully converted into power in the political sphere. The penatua who utilize the normative resources, driven by some motivation and makes them superior. Fourth, the church and Christianity values always maintained as a common identity in the context of Minahasa community in order to maintain the scope and magnitude of their power. Although resistance tends to emerge as a criticism of their power, but some penatua still be able to manage it so does not become a widespread conflict. One of the strategies to keeping the scope and magnitude power of penatua is making combination of the church normative power with activating some adat discourse which had strengthened in the community.

Kata Kunci : Penatua, Gereja, Politik lokal, Minahasa

  1. S2-2015-355330-abstract.pdf  
  2. S2-2015-355330-bibliography.pdf  
  3. S2-2015-355330-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2015-355330-title.pdf