Laporkan Masalah

Keberdayaan Masyarakat di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DIY

RR CINDY KALLISTA M, Iwan Suharyanto, S.T., M.Sc

2015 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Pada 2014, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DIY tampil sebagai juara pertama dalam perlombaan desa dan kelurahan tingkat nasional karena keunggulannya dalam melakukan inovasi-inovasi pemberdayaan seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan desa. Sejak kepemimpinan Wahyudi Anggoro Hadi, S.Farm., Apt pada September 2012, Desa Panggungharjo terbukti telah berhasil menciptakan ruang-ruang yang ditujukan untuk menumbuhkan kemampuan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan desa. Namun, dengan penilaian lomba yang hanya melihat perkembangan desa dalam dua tahun terakhir, maka pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah bagaimana bisa hanya dalam waktu kurang lebih dua tahun (2012-2014), di bawah kepemimpinan kepala desa yang baru saja terpilih, sebuah desa bisa menjadi desa terbaik tingkat nasional, mengingat menurut Pangesti (2012) dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat menggerakkan masyarakat menuju keberdayaan. Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui dan meneliti bagaimana sebenarnya keberdayaan yang terjadi di Desa Panggungharjo beserta faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini dilakukan dengan metode induktif kualitatif. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka, wawancara, dan observasi lapangan. Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 16 orang yang diperoleh dari hasil metode purposive sampling dan snowball sampling. Setelah mencapai tahap redudency, proses pengumpulan data dihentikan untuk kemudian dilakukan analisis data yang selanjutnya dibawa kembali ke lapangan untuk dikonfirmasi kebenaran data dan analisisnya. Keberhasilan pembangunan desa dengan strategi pemberdayaan masyarakat di Desa Panggungharjo dalam waktu kurang lebih dua tahun dikarenakan adanya sosok pemimpin yang memahami karakter masyarakat desanya dengan baik. Pemimpin tersebut menjadi pemicu kembalinya keberdayaan masyarakat yang sebenarnya telah ada jauh sejak awal terbentuknya Desa Panggungharjo itu sendiri. Keberdayaan masyarakat yang pada awalnya tumbuh melalui akulturasi ajaran-ajaran Agama Islam dan Budaya Jawa tersebut sempat mengalami "mati suri" pada masa kepemimpinan kepala desa ke-5. Namun, keberdayaan masyarakat tersebut kembali dapat diaktualisasikan pada masa kepemimpinan kepala desa ke-6 melalui jaringan-jaringan kerjasama dengan pihak eksternal dalam rangka mengoptimalkan kegiatan desa yang bertujuan untuk memperkuat keberdayaan masyarakat Desa Panggungharjo.

Panggungharjo village winning the national best village competition in 2014 due to its innovation on empowering their stakeholders. Since 2012, under the leadership of Wahyudi Anggoro Hadi, S.Farm., Apt, Panggungharjo has successfully provided several opportunities to increase the capability of their stakeholders and enabled them to actively participate in regional developing process. Regarding to the fact, the raising question is how does Panggungharjo itself become the winner of this the best village competition. Pangesti (2012) said that it needs a long time, about 5-6 years to build a good community powerfullness. Consequently, this research mainly focuses on the Panggungharjo's community powerfullness and the factors affect on that. This research is conducted by qualitative-inductive method. The data and information were collected from literature review, interview, and field observation. The informants were chosen as purposive sampling and snowball sampling which the total is 16 informants. After the process of data collection and analysis, the results then were confirmed using member check method. The result shows that the success of Panggungharjo is motivated by a good leadership of the head of village which is able to understand the character of the community well. The leader is the key for the development process of community powerfullness which has existed since Panggungharjo village was formed in 17-19 century. The community powerfullness grow together with the development of aculturation of Islam and Javanese culture that got stuck by the fifth leader. However, the revive of the community powerfullness of this village is getting developed as the period of the sixth leader. He tries to improve the condition by building some networks either within internal or external parties in order to optimize all the activities purposing to strengthen the Panggungharjo's community powerfullness.

Kata Kunci : Desa Panggungharjo, keberdayaan

  1. S1-2015-319022-abstract.pdf  
  2. S1-2015-319022-bibliography.pdf  
  3. S1-2015-319022-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2015-319022-title.pdf