Laporkan Masalah

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI PERUMAHAN DENGAN TINGKAT PENDAPATAN YANG BERBEDA STUDI KASUS: PERUMAHAN MENENGAH ATAS DAN PERUMAHAN MENENGAH BAWAH DI YOGYAKARTA

MARIA IMMACULATA RIRIK WINANDARI, Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP., M.Sc., Ph.D

2015 | Disertasi | S3 ILMU ARSITEKTUR

Ruang terbuka publik di perumahan memiliki peran penting sebagai pusat komunitas dan harus disediakan pengembang. Pemberlakuan standar penyediaan dan rancangan ruang terbuka publik yang sama untuk semua jenis perumahan menyebabkan kesamaan bentuk rancangan ruang berdasar hirarki dan jumlah penghuni. Pada kenyataannya, terdapat indikasi perubahan karakteristik ruang terbuka publik saat ini dibandingkan dengan rancangan semula dan di kelompok ekonomi yang berbeda. Kesenjangan tersebut perlu dijembatani melalui eksplorasi pemanfaatan ruang terbuka publik di perumahan dengan tingkat pendapatan yang berbeda. Yogyakarta merupakan lokasi penelitian yang paling tepat karena berkembang perumahan berskala tidak besar, sebagai melting pot berbagai kepentingan, serta merupakan kota paling nyaman dan kota ketiga terpopuler di Indonesia. Tujuan utama penelitian adalah memperkaya konsep yang menjelaskan pemanfaatan ruang terbuka publik di perumahan menengah atas dan menengah bawah serta alasan pemanfaatan ruang tersebut. Metode studi kasus dengan kasus ganda digunakan untuk mengeksplorasi penelitian ini. Studi dilakukan terhadap empat perumahan menengah atas dan empat perumahan menengah bawah di Yogyakarta. Narasumber terdiri dari 244 penghuni/tokoh masyarakat/pengunjung/ pekerja di delapan kasus penelitian dan 11 orang staff pengembang dari empat perusahaan. Terdapat 178 orang responden (72 penghuni perumahan menengah atas dan 106 penghuni perumahan menengah bawah) yang bersedia diwawancara sesuai panduan. Proses analisis menggunakan analisis kualitatif sebagai metode analisis utama dan analisis kuantitatif melalui cara statistik untuk memperkuat temuan hasil analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perumahan dengan tingkat pendapatan yang berbeda, pemanfaatan ruang terbuka publik oleh penghuni dipengaruhi oleh faktor jangkauan jejaring bertetangga dan faktor kuantitas kebutuhan ruang yang berbeda. Kedua faktor tersebut menimbulkan perbedaan ruang terbuka publik di lima hal yaitu: (1) jangkauan pelayanan, (2) lokasi ragam pemanfaatan tertinggi, (3) fasilitas di ruang dengan ragam pemanfaatan tertinggi, (4) pemanfaatan untuk kepentingan pribadi, dan (5) pemanfaatan untuk kegiatan perdagangan. Keunikan ruang terbuka publik perumahan di Yogyakarta adalah sifat publik sebagian besar ruang terbuka. Sifat publik ruang disebabkan oleh kesadaran bahwa ruang tersebut adalah milik umum serta tingginya kebersamaan dan tenggang rasa antar penghuni dan dengan penduduk sekitar. Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian Hal ini merupakan imbas dari latar belakang sebagian besar penghuni dan penduduk sekitar yang bersuku Jawa dan guyub.

Public open space is one of the basic housing facilities, which must be provided by estate developers in Indonesia. The implementation of standard for public open space provision and design unvaryingly for all types of housing estates in Indonesia has resulted uniformity in the space design based on hierarchy and household size. In fact, there are significant changes of the characteristics of public open spaces from the initial design and occur in different economic groups. Such discrepancy demands for an exploration on the use of public open space in housing estates with various income levels. The research takes place in Yogyakarta for some reasons as this city provides housing in relatively small scale, is a melting pot of various interests, presently considered as the most comfortable city in Indonesia, chosen as the third most popular cities in Indonesia. This research aims to enrich the concepts that describe the use of public open spaces in upper-middle and lower-middle class housing in Yogyakarta, as well as the rationales underlying the use of the spaces. The reasearch utilizes multiple case study method in order to explore the use of public open space in 8 housing estates representing 4 upper-middle class housing and 4 lower-middle class housing in Yogyakarta. Two hundred forty four respondents that consist of residents, community leaders, workers, and visitors from 8 housing estates, as well as 11 developers’ staff from 4 companies are chosen as resource persons. There are 178 respondents (72 residents of upper-middle class housing and 106 residents of lower-middle class housing) were interviewed. Qualitative analysis was employed as the main method, whereas quantitative analysis was performed by statistical analysis, to corroborate as well as explaining the different angles of the qualitative results. The results showed that the theory and standard of public open space design on housing need to be modified because of the use of space dissimilarities in upper-middle and lower-middle class housing. The use of public open space was influenced by the neighbouring network factor and the quantity of the space requirements factor. Both factors influenced the public open spaces variance of uses in five areas: (1) the hierarchy of service, (2) the location of the highest rate of multifunctional space, (3) the facilities of space with the highest rate of multifunctional use, (4) the use of space for personal purposes, and (5) the use of space for trading activities. The uniqueness of public open space in housing estates in Yogyakarta is the public characteristic of most open spaces. The public characteristic is influenced by the awareness of the residents that the space is public property, as well as the strong sense of community and tolerance among the residents and the surrounding neighbourhood. Such condition reflects that there is the influence of most residents’ background as Javanese with tolerance and ‘guyub’ culture.

Kata Kunci : ruang terbuka publik, perumahan menengah bawah, perumahan menengah bawah, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, studi kasus


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.