Laporkan Masalah

PENGARUH KADAR ESTRADIOL BASAL TERHADAP MELASMA

Dwi Rakhmawati, dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK

2013 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Latar Belakang: Melasma merupakan lesihiperpigmentasi yang paling seringdijumpai. Sekitar 5 jutapendudukAmerikamenderitamelasmadan45,9persenpasienrawatjalan di poliklinikkulit dan kelamin RSUD Dr.Moewardimerupakan pasienmelasma. Patogenesismelasmabelumdiketahuisecarapasti.Faktor hormonal, genetik, danradiasi ultraviolet (UV) banyakdisebutkanolehberbagailiteratursebagaietiopatologiterpentingmelasma. Kontroversi terkait seberapa besar pengaruh hormonal terutama kadar estrogen terus berlanjut hingga kini. Kadar estradiol basal dianggap sebagai kadar estrogen dengan potensi tertinggi terhadap melanogenesis, melanositosis, dan deposisi pigmen melanin. Estradiol basal memiliki rentang variasi yang sempit sehingga menguntungkan karena dapat mengurangi bias penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan etiopatologi melasma oleh faktor hormonal terutama estrogen. Metode: Penelitiananalitikobservasionaldenganmenggunakanrancanganstudikasus kontrol dengan subyek wanita yang menderita melasma dan wanita sehat tanpa melasma usia 35-50 tahun, pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Kadar estrogen ditentukan dengan pemeriksaan kadar estradiol basal. Sampel diambil dari serum darah sebanyak satu kali antara hari ke-2 hingga ke-5 menstruasikemudian diukur kuantitatif dengan ELISA. Analisis statistik menggunakan secara parametrik dengan uji-t untuk perbedaaan rerata kadar estradiol basal antara kelompok melasma dengan tidak melasma setelah distribusi data dibuktikan normal dengan uji Shaporo-Wilk. Untuk mengetahui hubungan antara skor MASI dengan kadar estradiol basal dilakukan analisis dengan korelasi Pearson’s. Kemaknaan didapat dengan melihat nilai p<0,05. Hasil: Empatpuluh empat subyek studi memenuhi kriteria inklusi, terbagi rata dalam dua kelompok melasma dan tidak melasma. Karakteristik subyek didapatkan perbedaan signifikan antara BMI dan umur (p<0,05). Hal ini menjelaskan etiopatologi lain di luar peran kadar estradiol basal terhadap kejadian melasma. Kadar estradiol basal penderita melasma (76,705 pg) lebih tinggi dari pada kadar estradiol basal non-melasma (70,714 pg) walaupun secara statistik perbedaan ini tidak bermakna. Terdapat korelasi positif lemah yang tidak bermakna antara kadar estradiol basal dan skor MASI (p=0,0799 dan r=0,063). Kesimpulan: Hipotesis mengenai pengaruh hormon estradiol basal tidak terbukti bermakna pada etiopatogenesis melasma. Faktor lain dapat diprediksikan memberikan pengaruh terhadap terjadinya melasma yakni (BM dan usia)

Background:Melasma is one of the most common hyperpigmentation lesions. About 5 million Americans suffer from it, and contributed on 45,9 percent of patients at the DVoutpatient clinic on DrMoewardi. The pathogenesis of melasma is still uncertain. Hormonal factors, genetic, and ultraviolet radiation (UV) widely cited by the literatures as the most important etiopathologic factors of melasma. The controversies of those are still in debate. Basal estradiol levels regarded as estrogen levels with the highest potential activity for melanogenesis, melanositosis, and deposition of melanin pigment. Basal estradiol also has known to have a narrow range of variation, thus benefiting reduce research bias. The study is expected to clarify the etiopathologymelasma by hormonal factors, especially estrogen. Methods: Observational analytic study using a case controldesign. Estrogen levels are determined by examination of basal estradiol levels. Blood serum samples were taken from one-time pick-up between the 2 nd day until the 5 th day of menstrual period. Then it will be quantitatified by ELISA. Statistical analysis was done by using the parametric test using t-test for measuring the differences of mean basal estradiol levels between the groups with melasmaand non-melasma. Data distribution evidenced normal by Shaporo-Wilk. The relationship between MASI score and the basal estradiol levels analyzed by Pearson's correlation.Significance obtained by p value less than 0.05. Results: Forty-four subject met the inclusion criteria. Then equally divided into two groups, melasma and non-melasma. From the characteristics of the subjects, the study found a significant difference between the BMI and age(p <0.05). These foundings are explaining other etiopathologyof melasma other than estrogen. These explain others etiopathology of melasma, beyond the role of basal estradiol levels. Mean value of basal estradiol levels on melasma group (76.705 pg) was higher than on non-melasma group (70.714 pg). Eventhough, this difference was not statistically significant. There is a weak positive correlation between basal estradiol levels and MASI scores, although insignificant on statistical results (p = 0.0799 and r = 0.063). Conclusions: The hypothesis about the role of basal estradiol levels did not prove to be significant in the etiopathogenesisof melasma. Other factors have a predictable influence on the occurrence of melasma (BMIand age)

Kata Kunci : Melasma, estrogen, estradiol basal


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.