Laporkan Masalah

KOMPATIBILITAS TRANSFORMASI SISTEM SUBAK DAN AGROEKOWISATA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN

SUMIYATI, Dr. Ir. Lilik Setiarso, M.Eng.

2011 | Tesis | S3 Mekanisasi/Teknik Pertanian

Subak merupakan suatu institusi irigasi tradisional di Bali, berfungsi mengelola air irigasi yang berasal dari suatu sumber tertentu. Subak memiliki kelemahan-kelemahan, di samping juga memiliki beberapa kekuatan. Salah satu kelemahan sistem subak adalah ketidakmampuannnya untuk melawan intervensi dari pihak eksternal. Bali sampai saat ini masih menjadi salah satu tujuan wisata dunia. Seiring dengan berkembangnya pariwisata, terjadi fenomena yaitu minat pemuda menjadi petani semakin menurun dan berkurangnya lahan sawah akibat alih fungsi lahan. Namun demikian, di sisi lain perkembangan minat wisatawan serta wisata alternatif dewasa ini merupakan peluang untuk pengembangan subak. Upaya mengintegrasikan sektor pertanian dan pariwisata diperlukan, agar subak tidak hanya sebagai objek namun dapat berperan sebagai subyek. Oleh karena itu, diperlukan kajian kompatibilitas transformasi sistem subak dan agroekowisata untuk mendukung pengembangan kawasan. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu (i) perumusan strategi menggunakan analisis SWOT, (ii) penentuan alternatif pengembangan sistem subak menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP); dan (iii) pengembangan sistem. Analisis sistem dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu pendekatan empiris, pendekatan dinamis, pendekatan logika fuzzy (fuzzy logic), dan analisis kelayakan. Berdasarkan hasil simulasi pengusahaan agroekowisata pada dua lokasi subak sampel, diperoleh bahwa pada tahun ke-1 dan ke-2 masih mengalami kerugian, namun pada tahun ke-3 sudah diperoleh keuntungan dan nilai keuntungan tersebut meningkat tiap tahunnya. BEP sudah dapat dicapai pada tahun ke-3 pengusahaan agroekowisata. Nilai BC Ratio > 1 dicapai pada tahun ketiga pengusahaan agroekowisata dijalankan pada sistem subak dan nilai NPV > 0 serta nilai IRR = 1,60%. Kondisi tersebut berarti bahwa pengusahaan agroekowisata layak untuk dijalankan. Tingkat pemanfaatan air pada Subak Anggabaya dan Subak Lodtunduh dalam satu tahun dapat dikatakan baik dan suplai air irigasi mencukupi dengan nilai indikator RIS dalam satu tahun > 1. Luasan lahan yang terairi pada Subak Anggabaya dan Subak Lodtunduh sudah sesuai dengan yang direncanakan. Nilai pengelolaan aspek fisik pada Subak Anggabaya adalah 2,00 (sedang) dan pada Subak Lodtunduh adalah 2,00. Dengan pengembangan agroekowisata meningkat menjadi 2,21 pada Subak Anggabaya dan 2,23 pada Subak Lodtunduh. Kondisi sosial masyarakat pada sistem subak untuk mendukung pengembangan kawasan agroekowisata pada Subak Anggabaya adalah sedang dengan nilai 2,00 dan pada Subak Lodtunduh adalah antara sedang dan baik dengan nilai 2,23. Kualitas air pada subak sampel yaitu Subak Anggabaya dan Subak Lodtunduh, berada pada kondisi baik. Kualitas air pada Subak Padanggalak dengan pengembangan agrowisata Kertalangu juga dalam kondisi baik dengan nilai-nilai parameter kualitas air yang diukur menunjukkan angka di bawah kadar maksimum yang diijinkan untuk kegiatan pertanian. Subak Anggabaya dan Subak Lodtunduh memiliki indeks pengelolaan 4 (empat), yang berarti berpotensi untuk bertransformasi guna mendukung kompatibilitas dengan agroekowisata. Persamaan hubungan transformasi sistem subak untuk mendukung kompatibilitas dengan agroekowisata pada Subak Anggabaya adalah dalam bentuk persamaan MPAS = 0,465 EKO + 0,265 TEK + 0,265 SOSMAS + 0,465 LINGK + 0,15 dan pada Subak Lodtunduh adalah MPAS = 0,444 EKO + 0,244 TEK + 0,290 SOSMAS + 0,444 LINGK + 0,20. Pada Subak Anggabaya, kondisi jalur tracking perlu ditingkatkan. Pada Subak Lodtunduh, awig-awig dan perarem akan lebih baik jika diwujudkan dalam bentuk tertulis, serta perlu perbaikan balai subak serta jalur tracking dalam bertransformasi untuk mendukung kompatibilitas dengan agroekowisata.

Subak is a traditional irrigation institutional in Bali, which its function is to manage irrigation water that comes from a specific source. Subak has some weaknesses, as well as several strengths. One disadvantage of subak system is not resistant to the external intervention. Until now Bali is still one of the world tourist destinations. As tourism has been developing, the phenomenon of the youth become a farmer is decreasing and the reduced of paddy fields due to land use conversion. Nowadays, the increase of tourists’ interest and the alternative tourism are the opportunity for subak development. Some efforts are needed to integrate agriculture and tourism, so that Subak is not only an object but able to play a role as a subject. The study of the compatibility of transformation of subak system and agro-ecotourism is necessary to support the regional development. The research was conducted in several steps, which were (1) defined the strategy using SWOT analysis (ii) determined the alternative of subak system development using Analitical Hierarchy Process (AHP) method and (iii) developed the system. Data analyses were performed using some approaches, which are empiric approach, dynamic approach, and fuzzy logic approach and the feasibility analysis. Simulation results on agro-ecotourism business at subak system showed that in the 1 st and 2 nd year, there was no significant benefit achieved, but in 3 rd year of the implementation of agro-ecotourism, this business started to get profits and it continues each year. BEP was accomplished in 3 rd year of its implementation. The value of BC > 1 was achieved in 3 rd year of the implementation of agro-ecotourism and the value of NPV>0 also IRR equal to 1.60%. These conditions suggested that agro-ecotourism is feasible to be implemented. The water utilization level in Subak Anggabaya and Lodtunduh in a year were categorized “good” and the supply of irrigation water was sufficient with the value of RIS indicator in a year was >1. The total area of irrigated land in Subak Anggabaya and Lodtunduh were well-conformed to its planning. The value of physical aspect in Subak Anggabaya is 2.00 (moderate) and the same value for Subak Lodtunduh. Those values were increasing into 2.21 for Subak Anggabaya and 2.23 for Subak Lodtunduh since the agro-ecotourism were implemented. The social condition of the community in subak system to support the development of agro-ecotourism area for Subak Anggabaya was 2.00 (Moderate) while for Subak Lodtunduh was 2.23 (moderate to good). Water quality in subak samples i.e. Subak Anggabaya and Lodtunduh were in good condition as well as Subak Padang Galak and Kertalangu. The value of water quality parameter that was measured showed those values were still below the permitted maximum level for agriculture. Subak Anggabaya and Subak Lodtunduh got 4 (four) in term of management index, which means both have their own transformation potency to support compatibility with agroecotourism. The correlation equation of subak system transformation to encourage with agro-ecotourism for Subak Anggabaya is MPAS = 0,465 EKO + 0,265 TEK + 0,265 SOSMAS + 0,465 LINGK + 0,15 and for Subak Lodtunduh is MPAS = 0,444 EKO + 0,244 TEK + 0,290 SOSMAS + 0,444 LINGK + 0,20. The track condition need to be improved at Subak Anggabaya. At Subak Lodtunduh, awig-awig and perarem would be better if expressed in written form, as soon as the hall of subak and the track condition need to be repaired in the subak transformation to encourage compatibility with agro-ecotourism.

Kata Kunci : Pertanian, sistem irigasi, subak, Bali


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.