Laporkan Masalah

BENTUK MOTIF, FUNGSI PRODUK, DAN MAKNA SOSIAL KULTURAL TENUN ULOS BATAK TOBA DI SUMATERA UTARA DAN TENUN GRINSING DI TENGANAN BALI: Sebuah Studi Perbandingan

Ganal Rudiyanto, Drs.,M.Hum., Prof. Dr. R.M. Soedarsono

2011 | Disertasi | S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Tenun tradisional adalah jenis tenun yang dibuat secara turun temurun, pada umumnya para perajinnya adalah anggota keluarga atau kerabat dalam satu lingkungan wilayah. Tenun terbuat dari lembaran kain yang terbentuk dari anyaman benang lungsi dan pakan. Digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam kebutuhan benda ritual, sandang dan sejenisnya. Tenunan tradisional Indonesia mengandung nilai budaya tinggi dalam segi teknis, estetis dan yang utama adalah makna simbolik dan falsafah yang mendasarinya. Penelitian ini membahas tenun ulos Batak Toba di Sumatera Utara dengan tenun gringsing di Tenganan Bali Aga dari segi-segi fungsi, teknis, makna simbolis sosial dan budaya sampai pada perubahannya. Ulos dan gringsing yang sampai saat ini masih fungsional dalam kehidupan sosial masyarakat Batak Toba dan Tenganan Bali Aga, selain sebagai wujud karya seni, ia juga merupakan kumpulan simbol-simbol budaya masyarakat. Simbol-simbol dalam bentuk ragam hias tersebut tidak hanya berupa kumpulan garis atau gambar (visual) yang ditata artistik secara turun temurun, namun di dalamnya juga terkandung pedoman hidup yang diharapkan dapat dikejawatahkan dalam menjalani kehidupan di muka bumi dan diikuti oleh generasi demi generasi secara turun temurun. Untuk memahami peranan tenun pada kedua masyarakat yang terjadi, digunakan penelitian kualitatif, menggunakan teori-teori sejarah, antropologi, sosiologi, semiotika dan estetika. Studi ini juga membandingkan hakikat seni tenun di kedua wilayah tadi. Sehingga diharapkan fenomena peranan tenun tersebut dapat terungkap. Temuan pokok dalam penelitian ini adalah bentuk, fungsi dan, makna yang terkandung di balik susunan ragam hias kain ulos maupun gringsing tersebut adalah makna yang diketahui dan dimiliki bersama oleh anggota warga budaya pendukungnya, karena senantiasa dikomunikasikan dan disosialisasikan melalui berbagai wahana seperti upacara adat atau yang lazim menurut tradisi masyarakat yang bersangkutan. Bahwa ulos lebih berorientasi kehidupan manusia secara horizontal, sedangkan gringsing Tenganan Bali Aga lebih mengingatkan agar seseorang selalu mengamalkan ajaran Hindu melalui upacara-upacara ritualnya sekaligus sebagai fungsi yang menonjolkan nilai estetisnya. Sebagai benda hasil karya seni, ulos dan gringsing dalam batasbatas tertentu apabila ditinjau dan konteks historis, ulos dan gringsing dapat dikatakan sebagai kesenian sekuler diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi pengembangan disiplin seni dan desain kerajinan sebagai bagian dan budaya masyarakat Batak dan Tenganan Bali Aga,

Tradisional woven cloth is of the kind that is passed on from generation to generation whose artisants are family members or relatives in a neighborhood. The cloth compreses fabrics made of lungsi and pakan yarns and it is used as ritual objects, clothings and the likes. There are many kinds of traditional and modern woven cloths that contain high cultural values in technical and aesthetical aspects and especially symbolic and philosophical meanings as their basis. The study examines the comparison of ulos tradisional woven cloth from Batak Toba of North Sumatera and gringsing traditional woven cloth from Tenganan Bali Aga from functional and technical aspects and also social and cultural symbolic meanings. In their development the tradisional woven cloths of ulos and gringsing has changed because of the innovation and modification applied to them such as the variety of decorations, production equipment, and the function and also the role played by the cloths in the tradisional societies. The ulos and gringsing still play an important role up to the present time in their respective societies of Batak Toba and Tenganan Bali Aga. In addition to the expression of artistic workds, they also represent a collection of cultural symbol of their societies. The symbols are expressed in the varieties of decorations, which not only coprises lines but also visual figures for models to materialized in a real life situation from generation to generation. A qualitive study is conducted to understand the role of the tradisional woven clohtes of the two societies using historical, antropological, sociological, semiotical and aesthetical approaches. It compares the essence of the woven cloth arts of the two societies in order to find one the role played by the two tradisional woven cloths. The main findings of the study are the forms, the functions and the meanings contained in a variety of decoration of the ulos and gringsing cloths that are mutually embrassed by the members of their respective supporting cultures and it is continuously communicated and socialized through various means and customary ritual of their respective societies. The ulos is more oriented to the effort to make people aware of the duties to materialize Hindu teachings through ritual, while at the same time emphasizes its aestethic values. As artistic works, they serve the function of seculare arts to certain degree and expected to contribute to the development of the discipline of arts and handicraft design as a part of the cultures of Batak and Tenganan Bali Aga.

Kata Kunci : tenun ulos, tenun gringsing, makna sosial dan kultural


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.