Laporkan Masalah

Bahasa Jawa di Kabupaten Blitar :: Kajian geografi dialek

RUSNANINGTIAS, Erlita, Dr. Inyo Yos Fernandez

2009 | Tesis | S2 Linguistik

Salah satu tujuan utama dari penelitian geogafi dialek ini adalah penetapan batas dialek-dialek, subdialek-subdialek dari variasi bahasa Jawa yang dipakai di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur (BJB). Oleh karena itu, kajian geografi dialek ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan BJB baik secara sinkronis maupun secara diakronis. Secara sinkronis, kajian ini berkaitan dengan deskripsi variasi pemakaian BJB di daerah-daerah pengamatan (DP) pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, maupun leksikal. Lebih lanjut, kajian sinkronis juga mendeskripsikan tingkat tutur BJB. Sementara itu, secara diakronis, kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan historis BJB di DP-DP. Dengan demikian, dapat ditetapkan DP yang masih mempertahankan bentuk retensi dari bahasa Jawa purba atau bahasa Jawa kuna dan DP yang sudah menggunakan bentuk inovasi. Metode yang digunakan adalah metode cakap dan simak langsung. Metode cakap dilakukan dengan menggunakan teknik cakap semuka, teknik pancing, dan teknik rekam; sedangkan metode simak dilakukan secara langsung dengan teknik sadap, catat, dan rekam. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar tanya yang terdiri dari 865 glos kata (termasuk didalamnya 200 kata dasar Swadesh) dan 105 glos kalimat. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan, teknik hubung banding membedakan dan menyamakan. Data diperoleh dari informan yang sesuai dengan kriteria dan merupakan penduduk asli atau paling tidak telah lama tinggal di DP-DP. Ada tujuh DP (kecamatan) di Kabupaten Blitar yang dijadikan daerah pengamatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap deskripsi sinkronis, terdapat dua dialek yang dipakai di Kabupaten Blitar. Batas dialek membagi subdialek-subdialek BJB menjadi subdialek dari dialek yang dipakai di Kabupaten Blitar bagian utara, dan subdialek dari dialek yang dipakai di Kabupaten Blitar bagian selatan. Adapun hasil temuan analisis diakronis menetapkan bahwa Kecamatan Nglegok, salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Blitar sebelah utara dan yang merupakan salah satu dari 7 DP, sebagai DP relik. DP ini banyak mendapatkan pengaruh dari bahasa Jawa dialek Solo-Yogya (BJSY). Sebaliknya, Kecamatan Bakung, salah satu kecamatan dan salah satu dari 7 DP di Kabupaten Blitar sebelah selatan ditetapkan sebagai daerah inovasi yang leksikonnya banyak mendapatkan pengaruh dari bahasa Jawa dialek Jawa timur (BJJT).

One of the central objects about which this dialect geography study concerns is the delimitation of dialects or sub dialects of the variation of Javanese language used in Blitar Regency (BJ), East Java Province. The study on BJ through dialect geography is then aimed to describe BJ synchronically and diachronically. Synchronically, it deals with the description of spatial variation shared by the discipline of phonology, morphology, syntax and lexicon. In addition, it describes BJ in terms of its speech levels. Meanwhile, diachronically, this study attempts to describe the historical developments of BJ in the areas of being observed. Thus, it can be determined which areas preserve the retention forms of old Javanese and which areas use the innovation forms. The method employed in this study is participative conversation and listening method. The conversation method is done by using the techniques of face to face conversation, elicitation and recording; whereas, the listening method requires the researcher to involve directly in the use of tapping techniques, notes, and recorded materials. The instrument used in this research is a list of question which consists of 865 glosses of words or phrases (covering the 200 Swadesh’s core vocabulary) and 105 glosses of sentences. The data, then, are analyzed by using contrasting and comparing method. The data are obtained from the informants who have met the requirements and who are the native of, or at least, have lived in the areas of being observed for years. There are 7 areas (subdistricts) in Blitar Regency which are under observation. The result of the study shows that, based on the qualitative and quantitave analysis of the synchronic descriptions, there are two dialects used in BJ. The dialect boundary divides the sub dialects of BJ into the subdialects of the dialect of BJ in the northern part of Blitar Regency and subdialects of the dialect of BJ in the southern part of BJ. On the other hand, the findings of the diachronic investigation determines Nglegok Subdistrict, one of the subdistricts and one of the seven areas under observation in the northern part of Blitar Regency, as a relic area. This area is much more affected by the dialect of Solo-Yogya Javanese (SYJ). On the contrary, Bakung Subdistrict, one of the sub districts and one of the seven areas under observation in the southern part of Blitar Regency is determined as an innovation area whom lexicon is much more influenced by the dialect of East Java (EJJ).

Kata Kunci : Variasi linguistik,Linguistik sinkronis,Linguistik diakronis,linguistic variations, synchronic linguistics, diachronic linguistics


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.