Laporkan Masalah

Karaeng dalam pusaran politik :: Studi kasus di Kabupaten Jeneponto

HABODDIN, Muhtar, Dr. I Ketut Putra Erawan, MA

2009 | Tesis | S2 Ilmu Politik

Ada tiga alasan yang mendorong mengapa persoalan golongan karaeng dijadikan fokus kajian. Pertama, golongan karaeng masih menjadi isu marginal dan belum banyak dijadikan objek kajian. Kedua, karaeng sebagai sebuah strata sosial tertinggi dalam pelapisan masyarakat Jeneponto ternyata mempunyai posisi yang sangat menentukan struktur politik, ekonomi dan sosial. Ketiga, membicarakan dinamika politik pemerintahan tidak pernah lepas dari eksistensi golongan karaeng. Tiga alasan ini sudah cukup untuk mengatakan pentingnya kiprah golongan karaeng ditelisik dalam ranah politik lokal pasca pemberlakuan politik desentralisasi dan liberalisasi politik. Di tengah arus politik desentralisasi dan liberalisasi politik, gerakan dan kiprah politik golongan karaeng semakin nyata bentuknya. Bahkan, posisinya semakin kuat dalam peta politik di Jeneponto. Pada titik inilah, penelitian ingin menjawab pertanyaan: bagaimana golongan karaeng memanfaatkan dan mengembangkan kekuasaannya lewat liberalisasi politik yang sedang berlangsung? Di arena mana saja para karaeng berkontestasi di panggung politik lokal? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada tiga kerangka teoritik yang digunakan yakni liberalisasi politik, proses kontestasi elit dan patron-klien. Proses liberalisasi politik telah membuka ruang partisipasi politik para karaeng untuk berkontestasi dalam perebutan jabatan politik. Selanjutnya, dalam perebutan jabatan politik relasi patron-klien sangat kental terasa. Dari hasil temuan lapangan terungkap fakta bahwa golongan karaeng yang bertarungan dalam perebutan jabatan dalam institusi politik formal ditopang oleh tiga basis yang kekuatan. Pertama, basis ekonomi yang dimanifestasikan dalam bentuk penguasaan tanah dan usaha garam. Kedua, basis politik diwujudkan dalam pendistribusi proyek dan jabatan atau posisi melalui jaringan kekerabatan. Sedangkan basis yang terakhir adalah sokongan kultural yang menempatkan golongan karaeng secara terhormat dalam relasinya dengan masyarakat. Ketiga basis legitimasi ini sangat menentukan perjalanan politik dalam pertarungan diberbagai arena. Tajamnya pertarungan dalam perebutan jabatan publik berimpilkasi pada dinamika internal bersangkutan. Dinamika internal golongan karaeng bisa diilustrasikan seperti kelopak bunga. Dalam pengertian golongan karaeng akan solid ketika mereka berjuang pada isu politik yang berskala besar, khususnya ketika berbicara arah politik Jeneponto ke depan. Tetapi eksistensi karaeng senantiasa terancam dan mengalami keretakan secara akut ketika mereka mengedepankan kepentingan politik masing-masing. Suasana politik seperti inilah yang akan menyertai eksistensi politik karaeng: kini dan masa yang akan datang.

There are three main reason why the study of karaeng is choosen as the topic of this research. First of all, there are less study concerning on the existence of karaeng even worse this issue seems to be marginalized from the existing research. Second of all, karaeng, in it’s social basis in Jeneponto is considered as the ruling class in it’s social stratification and determining both of socio-economic and political structure. Third of all, in regards with the dynamics of local governance we can not neglect the existence of karaeng as the ruling class. Those three reason are sufficient to show the significance of political role of karaeng in term of local politics in post implementation of political decentralization and political liberation. During the moment of political decentralization and political liberalization, the political role as well political movement of karaeng are significantly strenghtening in Jeneponto. At this point, this research is aimed to answer the big question of: how karaeng as social class using and expanding their power trouhgout the on going process of political liberalization? In which areas are the karaeng compiting in local politics? The answer for those questions to be examined throughout three following theoritical frameworks, those are; politicl liberalization, elite competition process and patron-client. The political liberalization procss has opened the space for karaeng’s political participation to focus on race on political position.afterwards, the race for patron client political relations is inevitable. Based on findings of the research there’s an undoubted fact that karaengs whose competing for political position in formal poiticl institution is supported by tree basis of power. First of all the economical basis which being manifasted on the onership of land and salt farming. Second, is political basis manifested on project distribution and rank or political position troughout family network. While the last basis is cultural support which put the karaeng in such nobel position in society. Those three legitimation basis has influenced significantly on the political process at any level in Jeneponto. The fierce of political competition on public position influence the dynamics of internal cohession among the karaeng. The internal dynamic of karaeng could be described as petal of flower in the sense that the karaeng will strenghten their social bonding when they’re on agenda toward huge political issue specifically when they’re talking about the political future of Jeneponto. But the existence of karaeng is often being threatened and facing seperation whenever they struggle for their personal political interest. Such political athmosphere which will haunt the political existence of karaeng; present and future.

Kata Kunci : Karaeng,Liberalisasi politik,Kontestasi elit, Karaeng, Political Liberalization and elite constelation.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.