Laporkan Masalah

Pengelompokan dengan cara deduktif dari Protobahasa Austronesia ke Bahasa Tombulu, Tondano dan Tonsea di Minahasa :: Tinjauan Diakronis dari Perspektif Fonologis dan Leksikal

WONGKAR, Yapi Henri, Dr. Inyo Yos Fernandez

2007 | Tesis | S2 Linguistik

Kajian tentang linguistik historis komparatif pada tiga bahasa di Minahasa: Tombulu (Tbl), Tondano (Tdn) dan Tonsea (Ts) ini, bertujuan untuk mendeskripsikan refleks fonem protobahasa Austronesia (PAN) pada ketiga bahasa itu dan menentukan keeratan hubungan berdasarkan inovasi bersama secara eksklusif berkaitan dengan ketiga bahasa tersebut. Penelitian ini pada dasarnya dilatar-belakangi oleh adanya perbedaan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai pengelompokan (subgrouping) bahasa-bahasa di Minahasa, khususnya yang berkaitan dengan ketiga bahasa di atas. Dalam penelitian ini, dihipotesiskan bahwa Tdn dan Ts mempunyai hubungan yang lebih erat, salah satunya dalam hal bahasa dibandingkan dengan Tbl. Dalam hal ini, Tbl, Tdn dan Ts tidak diturunkan secara paralel dari proto bahasa yang sama. Sehubungan dengan itu, menurut cerita rakyat Minahasa yang ditulis oleh Riedel (1870) dalam bahasa Tombulu, orang Minahasa dikatakan berasal dari satu sub-etnik, tapi kemudian menjadi tiga sub-etnik yakni: Tombulu, Tontewoh, Tongkimbut. Subetnik Tontewoh kemudian terbagi dua menjadi Tonsea dan Tondanouw (Tondano). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif yang bersifat kualitatif. Metode seperti ini disebut dengan metode rekonstruksi dari atas ke bawah (top-down reconstruction method). Metode rekonstruksi dari atas ke bawah ini dapat diidentikkan dengan Metode deduktif, seperti yang dikemukakan oleh Dempwolff (1938). Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpul dari lapangan dengan menggunakan instrumen penelitian atau daftar tanyaan 200 Kosa Kata Dasar Swadesh. Data sekunder diperoleh dari penelitianpenelitian sebelumnya serta informasi-informasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari refleks PAN dan perbandingan berbagai bentuk inovasi yang terdapat dalam Tbl, Tdn dan Ts, yang paling banyak memperlihatkan inovasi eksklusif bersama adalah Tdn dan Ts. Sebagai contoh. No. PAN Tbl Tdn Ts Gloss 1. *duRi zuhi rui dui tulang 2. *beŋI wəŋi wəŋi wəŋi malam Dari contoh nomor 1 di atas terlihat bahwa fonem PAN *R muncul sebagai h pada Tbl, sedangkan pada Tdn dan Ts mengalami pelesapan. Dalam hal ini, Tdn dan Ts mengalami kehilangan fonem /h/ tanpa syarat. Pada contoh nomor 2, fonem PAN *b muncul sebagai w pada Tbl dan w pada Tdn dan Ts. Data di atas merupakan contoh inovasi bersama secara eksklusif yang dialami oleh Tdn dan Ts. Dengan demikian, hubungan kekerabatan Tdn lebih dekat dengan Ts. Sedangkan Tbl berdiri sendiri.

This comparative historical linguistic study of three Minahasan languages i.e Tombulu (Tbl), Tondano (Tdn) dan Tonsea (Ts) aims at describing the reflexes of Proto-Austronesian (PAN) to those three languages and determining which languages are more closely related based on the exclusively shared innovations among those three languages. This research is basically based on the previously contradictory research findings concerning the subgrouping of Minahasan languages, especially one involving the three languages mentioned above. In this research, it is hypothesized that Tdn and Ts are more closely related than they are to Tbl. In connection with that, according to Minahasan people’s oral history written by Riedel (1870) in Tombulu language, Minahasan people are originally from one sub-ethnic, but then develop into three sub-ethnic i.e Tombulu, Tontewoh and Tongkimbut. Tontewoh sub-ethnic then split in two i.e Tonsea and Tondanouw (Tondano). The method applied in this research is qualitative comparative method. This method is known as top-down reconstruction method. It is also known as deductive method as stated by Dempwolff (1938). The data collected in this research are from two sources: primary and secondary. Primary data are collected from the field using 200-Swadesh basic wordlist. Secondary data are from the previous studies and other information related to this research. The result of the study shows that Tdn and Ts share some similarities that distinguish them from Tbl. In this case, they have both undergone the exclusively shared innovations. For example: No. PAN Tbl Tdn Ts Gloss 1. *duRi zuhi rui dui ‘tulang’ 2. *beŋI wəŋi wəŋi wəŋi ‘malam’ From the example no.1 above, phoneme PAN *R becomes h in Tbl whereas in Tdn and Ts phoneme PAN *R is lost. It is an unconditional loss. From the example no.2, phoneme PAN *b becomes w in Tbl and becomes w in Tdn and Ts. Those are examples of exclusively shared innovations in Tdn and Ts. In conclusion, Tdn and Ts are more closely related than they are to Tbl.

Kata Kunci : Linguistik Historis Komparatif, Fonem Protobahasa Austronesia, Fonologi dan Leksikal, reflexes, exclusively shared innovations, phonemes.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.