Laporkan Masalah

Makna simbolik upacara Ngalaksa pada masyarakat Rancakalong

YUNINGSIH, Yuyun, Dr. G.R. ono Lastoro S., MA

2005 | Tesis | S2 Antropologi

Ngalaksa adalah upacara tradisional masyarakat Sunda yang dilaksanakan berhubungan dengan kesuburan lahan pertanian. Upacara ini merupakan ungkapan kepercayaan lokal masyarakatnya terhadap Nyi Pohaci dan Karuhun (roh-roh nenek moyang). Nyi Pohaci adalah nama lain dari Dewi Sri yang dipercaya sebagai dewi kesuburan. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan makna simbolik upacara Ngalaksa dan peran Tarawangsa yang telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses upacara tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2004, yang lokasi penelitiannya di Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat dan difokuskan pada Desa Cibunar. Pada saat penelitian penulis melakukan pengamatan terlibat dan wawancara. Teknik pengumpilan data dilakukan dengan pencatatan, perekaman dan pengambilan gambar. Semua data kualitatif dianalisis sesuai dengan permasalahan, dan di interpretasi menggunakan teori yang berhubungan dengan simbol dan agama dan kepustakaan yang terkait dengan studi ini. Penelitian ini mengungkapkan bahwa upacara Ngalaksa merupakan kegiatan pembuatan makanan yang bernama laksa (semacam lontong), proses pembuatan laksa memegang peranan penting dan sentral di dalam ritual upacara. Upacara tersebut menggambarkan tahapan-tahapan kehidupan manusia yang dimulai dari dalam kandungan, lahir, menikah, dan mati. Upacara ini dipahami sebagai simbol komunikasi antara manusia dengan dunia atas. Simbol tersebut diwujudkan dalam bentuk material upacaranya, dan prilaku pelaku upacara, yang dapat dilihat melalui ekspresi estetis (seni). Bagi masyarakat Rancakalong upacara tersebut merupakan perpaduan antara pengalaman religius dan estetika yang diwujudkan dalam bentuk simbol. Melalui Ngalaksa masyarakat diingatkan kembali pada pengalaman sik lus kehidupan manusia dalam bentuk simbol yang menghubungkan kehidupan perseorangan mereka dengan dunia atas, yaitu sebuah tempat Nyi Pohaci dan Karuhun berkuasa.

Ngalaksa is a Sundanese tradition ceremony which is held in connection with agricultural fertility. The ceremony is an expression of local beliefs on Nyi Pohaci and Karuhun (ancestor spirits). Nyi Pohaci is other name for Dewi Sri who is believed to be the goddess of fertility. This study seeks to reveal the symbolic meanings of Ngalaksa, and the role of its insepereble musical instrument called Tarawangsa. This research was held in 2004, in the district of Rancakalong, regency of Sumedang, province of West Java; with a focus on Cibunar village. The research was conducted by participatory-observation and interviews. Data were collected through note-taking, audio-recording, and photograph. Those qualitative data were analyzed following the research questions, and interpreted from certain theoretical stand-points on symbol and religion, and consulted with a reference of related studies. The study reveals that Ngalaksa ceremony takes from in the making of a food called laksa (a kind of lontong). The process of laksa making plays important and central roles in the ritual. It represents stages of the life circle of human life, from pregnancy, brith, through marriage, to death. The ritual can be understood as symbolic communication between human and the upper-world. The symbols are embodied in materials as well as in participants behavior, which can be viewed as artistic expressions. For the Ngalaksa participants, the ceremony is a time of both religious and aesthetic experiences embodied in symbolic forms. By performing Ngalaksa, the participants reiterate and experience human life-cycle, in symbolic forms, and connect their microcosm of individual life to the bigger world (macrocosm), a place where Nyi Pohaci and Karuhun reign.

Kata Kunci : Upacara Tradisional,Ngalaksa,Simbol,Komunikasi, Ngalaksa, ceremony, symbol, communication


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.