Laporkan Masalah

Penggunaan beton Styrofoam ringan untuk panel plat atap dengan tulangan dari anyaman kawat

FRIEDA, Ir. Iman Satyarno, M.E.,Ph.D

2004 | Tesis | S2 Teknik Sipil

Sebagai bahan penutup atap masyarakat umumnya menggunakan genteng yang terbuat dari tanah liat dan beton. Genteng tanah liat bahan utamanya berupa tanah liat yang diambil dari tanah-tanah persawahan yang subur, sedangkan genteng beton bahan utamanya berupa semen, pasir dan air. Untuk daerah Kalimantan pasir yang memenuhi persyaratan untuk bahan bangunan sangat sulit diperoleh, pasir ini diambil dari tempat-tempat yang lapisan permukaan tanahnya berpasir. Apabila hal ini terus-menerus dilakukan akan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan. Penggunaan beton styrofoam ringan yang bahan utamanya tersusun dari semen : pasir : Styrofoam (merupakan kategori polimer sintetik dengan berat molekul tinggi berbahan baku monomer berbasis etilena yang berasal dari perengkahan minyak bumi) dengan tulangan dari anyaman kawat sebagai panel plat atap dapat menjadi salah satu alternatif bahan penutup atap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik panel plat beton styrofoam ringan dengan tulangan dari anyaman kawat sebagai bahan penutup atap. Pada penelitian ini dibuat benda uji sebanyak 9 buah berukuran panjang 1500 mm; lebar 500 mm; dan tebal 50 mm dengan tulangan bervariasi tanpa tulangan, 1 lapis tulangan dan 2 lapis tulangan. Panel plat atap dibuat dengan perbandingan pasir = 200 kg; semen portland pozzolan = 350 kg; styrofoam = 15 kg, untuk 1 m3 dengan nilai faktor air semen sebesar 0.45, dan tulangan dari anyaman kawat berdiameter 1.7 mm, jarak antar kawat anyaman ± 30 mm. Benda uji diuji kekuatan lenturnya dengan beban titik terletak pada jarak 450 mm dan diuji ketahanan terhadap perembesan air. Dari hasil pengujian kuat tekan silinder beton diperoleh fc‘ = 1.5 MPa; E = 645 MPa; dan Berat jenis = 0.74 t/m3. Daya serap air beton styrofoam ringan sebesar 4.4%. Hasil analisis eksperimen, besarnya momen maksimum yang bisa ditahan oleh plat tanpa tulangan = 91875.95 Nmm; 1 lapis tulangan = 146832.09 Nmm; dan 2 lapis tulang = 138349.44 Nmm. Perbandingan momen maksimum analisis eksperimen dengan analisis teoritis metode PIAS untuk panel plat atap tanpa tulangan = 88.37%, 1 lapis tulangan = 56.32%, 2 lapis tulangan = 50.49%. Perbandingan momen maksimum analisis eksperimen dengan analisis teoritis metode SNI untuk panel plat atap 1 lapis tulangan = 39.09%, 2 lapis tulangan = 29.17%. Besarnya beban maksimum yang disarankan agar lendutan maksimum yang terjadi memenuhi standar ACI 435R- 95 (Δmaks < L/180) yaitu sebesar 136.61 N untuk panel plat atap tanpa tulangan, 258.18 N untuk 1 lapis tulangan dan 234.46 N untuk 2 lapis tulangan. Dilihat dari keruntuhan yang terjadi untuk panel plat atap 1 lapis tulangan dan 2 lapis tulangan keruntuhan berlangsung secara perlahan-lahan ditandai dengan lendutan yang besar, sedangkan untuk panel plat atap tanpa tulangan keruntuhan terjadi secara mendadak tanpa memberikan tanda-tanda keruntuhan.

Generally, people use clay and concrete as a roof material. Clay is taken from the rice field and concrete is made up from cement, sand and water. In Kalimantan, it is hard to find sand that has a good quality. Sand itself is taken from location which has sand deposit. For a long term, this activity will affect the environmental quality. The use of lightweight styrofoam concrete that consist of cement, sand and styrofoam (synthetic polymer with ethylene as a basis) with wire netting/mesh inside the slab panel will be an alternative as a roof material. The aimed of this research is to study the characteristic of lightweight styrofoam concrete with wire netting/mesh inside the panel as a roof material. In this study, there are 9 pieces as testing material with 1500 mm long, 500 mm wide and 50 mm thick at various reinforcement; without wire meshs, 1 layer mesh and 2 layer meshs. The slab panel is made up from sand, portland pozolan cement and styrofoam at 200, 350 and 15 kilograms, respectively with water cement ratio is 0.45 for 1 m3 and 1.7 mm diameter wire mesh with ± 30 mm wire gap. The testing material is tested its flexural strength with third-point loading at 450 mm and permeability. The concrete cylindrical compression testing resulted fc’, E and density at 1.5 MPa, 645 MPa and 0.74 t/m3. The water absorption of the lightweight styrofoam concrete is 4.4%. The maximum moment of the slab panel without wire mesh, 1 layer mesh and 2 layer meshs at 91875.95 Nmm, 146832.09 Nmm and 138349.44 Nmm, respectively. The percentage ratio between experimental maximum moment and PIAS method of the slab panel without wire mesh, 1 layer mesh and 2 layer meshs is 88.37%, 56.32% and 50.49%, respectively. The percentage ratio between experimental maximum moment and SNI method of the slab panel with 1 layer mesh and 2 layer meshs is 39.09% and 29.17%. The suggested maximum elastic load to meet the standard AC 435R-95 (Δmax < L/180) is 136.61 N for slab panel without mesh, 258.18 N for 1 layer mesh and 234.46 N for 2 layer mesh. Referring to the collapse type of 1 layer and 2 layer meshs marked by slow collapse with a large deflection. For the slab panel without wire mesh, the collapse is suddenly occurred without warning.

Kata Kunci : Beton Styrofoam Ringan,Panel Plat Atap, concrete roof, lightweight Styrofoam concrete roof.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.