Laporkan Masalah

Ketergantungan Masyarakat Desa Peyangga Terhadap Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul

MIKHAEL AGUSTINUS CHRISTIANTO, K.Fajar Wianti, S.Hut., M.Si.

2019 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder memiliki desa penyangga dengan sejumlah 255 Kepala Keluarga (KK) menggantungkan hidupnya dari hasil menggarap di dalam kawasan. Berdasarkan status kawasan Tahura sebagai kawasan konservasi, maka tidak dimungkinkan adanya penggarapan lahan di dalam kawasan. Pengelola telah membuat perjanjian kesepakatan dengan masyarakat desa penyangga untuk bersedia meninggalkan lahan garapan di dalam kawasan. Realisasi perjanjian tersebut terkait erat dengan kondisi ketergantungan masyarakat desa penyangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat desa penyangga terhadap Tahura Bunder Gunungkidul dan mengidentifikasi alternatif mata pencaharian pengganti untuk penggarap lahan di desa penyangga Tahura Bunder Gunungkidul. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner meliputi profil responden, identifikasi alternatif mata pencaharian pengganti, dan ketergantungan masyarakat desa penyangga Tahura Bunder. Tingkat ketergantungan diukur berdasarkan tiga parameter yaitu ketergantungan lahan, ketergantungan pendapatan, dan ketergantungan sumber pakan ternak. Kemudian data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan tingkat ketergantungan terhadap lahan didominasi tinggi sebesar 49%, tingkat ketergantungan terhadap sumber pakan ternak didominasi tinggi sebesar 56%, dan tingkat ketergantungan terhadap sumber pendapatan didominasi sedang sebesar 63% maka kesepakatan yang telah dibuat oleh pengelola Tahura Bunder akan sulit terwujud. Selain itu, blok Tahura Bunder tidak mengakomodasi kebutuhan masyarakat desa penyangga. Pengelola perlu melakukan pengkajian blok untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat desa penyangga. Alternatif mata pencaharian pengganti yaitu dengan melibatkan masyarakat dalam pengembangan wisata, mengoptimalkan hasil produk olahan masyarakat, serta melestarikan kebudayaan tradisional sebagai daya tarik wisata. Namun jumlah penggarap lahan sebanyak 255 KK tidak dimungkinkan terlibat seluruhnya, maka pengelola perlu menambahkan alternatif lain dengan melibatkan instansi baik pemerintah maupun swasta agar aktivitas penggarapan lahan di dalam kawasan Tahura Bunder berkurang.

The Bunder Forest Park has a buffer village with 255 family heads depending lives on the results of managing arable in the forest park area. Based on the forest parks status as a conservation area, it is actually not possible to cultivate land within the area. The management has made agreement with the buffer village community to be willing to leave their arable land. Realization of this agreement is closely related to conditions of community dependence with the forest park area. This study aims to determine the level of buffer village communities dependency on Bunder Forest Park Gunungkidul and identify livelihood alternatives for the farmers. The methods used for data collection in this research were interviews and observation. Interviews were conducted using questionnaires covering respondents profiles, identification of livelihood alternatives, and community dependency in in Bunder Forest Park. The level of community dependence was analyzed based on three parameters: land dependence, income dependence, and dependence on livestock feed sources. The obtained data were assessed using descriptive quantitative analysis. The results showed that based on the level of dependence on land dominated by 49%, the level of dependence on animal feed sources was dominated by 56%, and the level of dependence on income sources was dominated by moderate by 63%, which conclude that the agreement made by managers of Tahura Bunder would be difficult to materialize. In addition, the Tahura Bunder blocks does not provide the neccessity for buffer village community. Managers need to conduct block assessments to accommodate the needs of the buffer village community. The suggested livelihoods alternatives are involving the community in tourism development, optimizing the results of local community products, and preserving traditional culture as tourism attraction. However, it is not possible for 255 total number of land cultivators to be fully involved, so the managers need to add other options by incorporating both government and private sectors to reduce land cultivation activities in Tahura Bunder.

Kata Kunci : Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul, Ketergantungan, Masyarakat Desa Penyangga;

  1. S1-2019-362331-Abstract.pdf  
  2. S1-2019-362331-Bibliography.pdf  
  3. S1-2019-362331-Tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-362331-Title.pdf