Laporkan Masalah

KUALITAS SPERMA EPIDIDIMIS KALKUN (Meleagris gallopavo) PADA PEMERIKSAAN 1 JAM DAN 3 JAM SETELAH KEMATIAN

ARINA NOOR ITSNA F, drh. Sri Gustari, MP.

2018 | Skripsi | S1 KEDOKTERAN HEWAN

Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan kepunahan keanekaragaman hayati adalah sumber daya konservasi genetik yang kurang memadai. Hal ini dapat diperbaiki melalui konservasi semen dan penerapan inseminasi buatan. Kenyataan di lapangan sering terkendala oleh kurangnya informasi mengenai penanganan sampel testis yang baik, sehingga konservasi semen tidak maksimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kualitas spermatozoa pada pemeriksaan 1 jam dengan 3 jam setelah kematian. Materi yang digunakan adalah 10 buah epididimis kalkun jantan yang dibawa dalam termos berisi air hangat. Sampel dibagi menjadi dua kelompok. Pada kelompok pertama, koleksi dan pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah kematian, sedangkan kelompok kedua dilakukan 3 jam setelah kematian. Epididimis disayat, dikeluarkan sperma dengan cara diurut, kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis. Penilaian sperma dilakukan secara mikroskopis meliputi motilitas, viabilitas, dan morfologi spermatozoa. Data penelitian dianalisa secara statistik menggunakan uji t (Levene’s test dan Independent Sample Median test) pada program SPSS 24.0. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan antara pemeriksaan 1 jam dan 3 jam setelah kematian (P<0,05), yaitu motilitas 27,00±4,47% dan 8,00±2,74%; viabilitas 88,00±7,18% dan 62,80±4,21%; morfologi normal 87,20±5,54% dan 34,20±13,08%; serta morfologi abnormal 12,80±5,54% dan 65,80±13,08%. Kualitas spermatozoa pada pemeriksaan 1 jam lebih baik dibandingkan 3 jam. Kata Kunci : Kalkun, kualitas spermatozoa, epididimis, waktu pemeriksaan

One of the factors that increase the extinction of animal biodiversity is the inadequate resources of genetic conservation. This can be improved through semen conservation and the application of artificial insemination. The reality is often constrained by the lack of information about good testicular samples handling, so the semen conservation is not maximal. This research was conducted to study the difference in spermatozoa quality between 1 and 3 hours after death. The material used in this study were 10 male turkey’s epididymis carried in a thermos containing warm water. The samples divided into two groups. In the first group, sperm collected and examined 1 hour after death, while the second group was done 3 hours after death. The epididymis slashed then squeeze the sperm out, diluted with physiological NaCl. Evaluation of the sperm was done microscopically include motility, viability, and morphology of spermatozoa. The data was analyzed statistically using t-test (Levene’s test and Independent Sample Median test) on SPSS 24.0 program. The result showed that there was significant differences between examination 1 hour and 3 hours after death (P<0,05), which is motility average was 27,00±4,47% and 8,00±2,74%; viability was 88,00±7,18% and 62,80±4,21%; normal morphology was 87,20±5,54% and 34,20±13,08%; abnormal morphology was 12,80±5,54% and 65,80±13,08%. The spermatozoa quality examined 1 hour after death is better than 3 hours. Keywords : turkey, sperm quality, epididymis, time of examination

Kata Kunci : Kalkun, kualitas spermatozoa, epididimis, waktu pemeriksaan

  1. S1-2018-366077-abstract.pdf  
  2. S1-2018-366077-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-366077-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-366077-title.pdf