Laporkan Masalah

Nilai Kecernaan dan Karakteristik Fermentasi In Vitro Bungkil Kedelai yang Diproteksi dengan Suhu Pemanasan Berbeda

DANANTO RAMADHAN, Cuk Tri Noviandi S.Pt., M.Anim.St., Ph.D

2018 | Skripsi | S1 ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu pemanasan yang optimal sebagai metode proteksi protein pada bahan pakan sumber protein terhadap kecernaan di dalam rumen. Penelitian dilakukan dengan bungkil kedelai sebagai bahan pakan sumber protein yang diproteksi pada suhu pemanasan yang berbeda dan dua ekor sapi berfistula sebagai donor cairan rumen. Bungkil kedelai mendapatkan enam perlakuan yang berbeda: T0 (tanpa pemanasan), T60 (pemanasan suhu 60 Celcius), T80 (pemanasan suhu 80 Celcius), T100 (pemanasan suhu 100 Celcius), dan T120 (pemanasan suhu 120 Celcius) yang masing-masing dilakukan selama 30 menit. Analisis kecernaan dilakukan dengan metode in vitro Tilley and Terry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) berbeda nyata (P kurang dari 0,05) dengan perlakuan T120 paling rendah (84,70 dan 83,13 persen) dan tertinggi (P kurang dari 0,05) pada perlakuan T0 (94,60 dan 94,11 persen). Derajat keasaman pada semua perlakuan berkisar pada 7,28 sampai 7,43 dan tidak terdapat perbedaan yang nyata di perlakuan. Konsentrasi volatile fatty acid total terendah (P kurang dari 0,05) pada perlakuan T60 dan tertinggi pada perlakuan T100 (43,51 dan 84,47 mM). Konsentrasi asetat terendah pada T60 dan tertinggi pada T100 (P kurang dari 0,05). Konsentrasi propionat dan butirat tertinggi (P kurang dari 0,05) pada perlakuan T100 (28,68 dan 8,79 mM) dan terendah pada perlakuan T0 (13,36 dan 4,04 mM). Konsentrasi NH3 terendah (P kurang dari 0,05) pada perlakuan T60 (57,17 mg per dL). Konsentrasi protein mikroba menurun dengan adanya perlakuan pemanasan (P kurang dari 0,05) dengan konsentrasi terendah pada T80, T100 dan T120 dan konsentrasi tertinggi pada perlakuan T0 (1,49 dan 1,04 mg per mL). Dapat disimpulkan bahwa proteksi bungkil kedelai dengan pemanasan dapat menurunkan kecernaan dan paling baik pada perlakuan T60 yaitu pemanasan suhu 60 Celcius.

The aim of this study was to determine the optimum heating temperature as a method to protect proteinuous feed from degradation in the rumen. This study was carried out by protecting soybean meal using different temperature and two fistulated Bali cattle as rumen fluid donor. The soybean meal was treated with six different heating temperatures: T0 (unheated), T60 (heated at 60 celcius), T80 (heated at 80 celcius), T100 (heated at 100 celcius), and T120 (heated at 120 celcius) for 30 minutes each. The degradability of protected soybean meal was analyzed using in vitro Tilley and Terry method. The results showed that the dry matter and organic matter digestibilities of T120 were the lowest (84.70 and 83.13 percent; P less than 0.05) among the others. Rumen culture pH ranged form 7.28 to 7.43 and no significant effects were detected among the treatments. The lowest total VFA was detected on T60, and the greatest was on T100 (43.51 and 84.47 mM; P less than 0.05). The lowest acetate acids concentration was detected on T60, and the greatest was on T100 (P less than 0.05). The greatest propionate and butyrate acids concentrations (P less than 0.05) were detected on T100 (28.68 and 8.79 mM), and the lowest were on T0 (13.36 and 4.04 mM). The lowest NH3 concentration (P less than 0.05) was noticed on T60 (57.17 mg per dL). Microbial protein concentration was decreased with the heating treatment (P less than 0.05), the lowest concentration were on T80, T100, T120 and the greatest was on T0 (1,49 dan 1,04 mg per mL). It can be conclude that the best temperature for protecting soybean meal is at 60 celcius.

Kata Kunci : Pemanasan, Proteksi protein, Bungkil kedelai, In vitro


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.