Laporkan Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN CITRA MULTIRESOLUSI SPASIAL DALAM PEMBELAJARAN PENGINDERAAN JAUH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR SPASIAL MAHASISWA CALON GURU GEOGRAFI

BAMBANG SYAEFUL HADI, Prof. Dr. Hartono, DEA, DESS; Projo Danoedoro, M.Sc, PhD; Supra Wimbarti, M.Sc, PhD

2017 | Disertasi | S3 Ilmu Geografi

Kemampuan berpikir spasial (KBS) diperlukan oleh setiap orang, karena setiap orang menempati ruang tertentu yang memiliki karakteristik dan masalah spasial yang berbeda-beda. Penginderaan Jauh berpotensi untuk digunakan dalam pengembangan KBS, khususnya melalui citra multiresolusi spasial. Citra mampu menyediakan informasi visual berjenjang tingkat kerinciannya, sehingga mendukung KBS yang peka terhadap ukuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara empirik (1) pengaruh citra multiresolusi spasial terhadap KBS. (2) perbedaan pengaruh citra multiresolusi spasial terhadap KBS mahasiswa laki-laki dan perempuan. (3) pengaruh penerapan metode pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran penginderaan jauh terhadap kemampuan KBS. (4) peran KBS dan kemampuan menerapkan strategi interpretasi terhadap akurasi hasil interpretasi citra, dan (5) peran KBS dan pengetahuan penginderaan jauh terhadap kemampuan memecahkan masalah spasial. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen pretes-postes untuk mengujicoba pengaruh penggunaan citra multiresolusi spasial dalam pembelajaran KBS. Citra multiresolusi spasial mampu menyajikan objek yang sama dalam berbagai ukuran, sehingga dapat membantu mahasiswa untuk mengenal objek. Subjek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi dari 3 universitas, yakni UPI, UNY, dan Unesa. Mereka adalah peserta mata kuliah Penginderaan Jauh. Berdasarkan 3 kelas resolusi spasial citra yang diujicobakan (resolusi spasial tinggi, menengah, dan rendah), maka ditetapkan 3 kelas kelas eksperimen dan 3 kelas kontrol. Masing-masing universitas diambil 2 kelas (sebagai kelas eksperimen dan kontrol). UPI menjadi kelas eksperimen citra resolusi tinggi (Quickbird), UNY menjadi kelas eksperimen resolusi spasial menengah (ALOS Avnir-2), dan Unesa menjadi kelas eksperimen reolusi spasial rendah (Landsat 7/8 OLI). Untuk mendukung perlakuan, digunakan modul pembelajaran KBS. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes. Instrumen tes berbentuk soal pilihan ganda yang disusun berdasarkan komponen KBS dan citra multiresolusi spasial. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, ANCOVA, dan regresi linier ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan citra multiresolusi spasial berpengaruh terhadap KBS mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan F=244,377 dengan sig=0,000. (2). Ada perbedaan pengaruh citra multiresolusi spasial terhadap KBS yang signifikan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh KBS laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Peningkatan KBS laki-laki dan perempuan setelah belajar dengan citra multiresolusi spasial tidak berbeda secara nyata. (3) Penerapan metode pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran penginderaan jauh berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan KBS. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perbedaan rerata skor KBS yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan metode tersebut. (4) KBS dan kemampuan menerapkan strategi interpretasi berperan terhadap akurasi hasil interpretasi citra. Secara parsial, variabel KBS lebih rendah perannya dibanding kemampuan strategi interpretasi. Nilai R2=0,401 menunjukkan bahwa 40,1% kemampuan interpretasi dapat dijelaskan oleh variabel KBS dan strategi interpretasi. Secara parsial KBS memiliki peran (5) KBS dan pengetahuan penginderaan jauh memiliki peran yang cukup tinggi, baik secara parsial maupun bersama-sama terhadap kemampuan memecahkan masalah spasial. Peran kedua variabel ditunjukkan oleh nilai R2=0,53. Hal ini menunjukkan bahwa 53% kemampuan memecahkan masalah spasial dapat dijelaskan oleh KBS dan pengetahuan penginderaan jauh mahasiswa.

Spatial thinking ability (STA) is required by everyone, because everyone occupies a certain space that has different spatial characteristics and problems. Remote sensing have the potential to develop STA, especially through the multiresolution imagery. Imagery provide tiered visual information of its level of detail, so it supporting STA what sensitive to size. This study aims to test empirically (1) the effect of spatial multiresolution image to STA, (2) the differences in the effect of spatial multiresolution image on STA the male and female students of prospective geography teacher, (3) the effect of problem based learning method in remote sensing learning on STA students (4) analyze the role of STA and the ability to apply interpretation strategies to the accuracy of image interpretation results, and (5) analyze the role of STA and student's remote sensning knowledge on spatial problem-solving abilities. The research was designed to quasi pretest-posttest experiment to test the use of spatial multiresolution imagery in geography learning. Subjects of research are students of Geography Education Department from 3 universities (UPI Bandung, UNY Yogyakarta, and Unesa Surabaya). They are participants of the Remote Sensing course. Based on 3 kinds of multiresolution images (high, medium, and low spatial resolution), 3 experimental classes and 3 control classes were specified. Each university has 2 groups (as an experimental and control groups). UPI became a high-resolution image experiment group (Quick bird), UNY became the medium spatial resolution image experimental group used ALOS Avnir-2, and Unesa became a low-spatial resolution image experimental group (Landsat 8 OLI). Data collection is done by test method. The test instrument is in the form of multiple choice questions compiled based on the STA component and spatial multiresolution image. Data analysis techniques used were descriptive analysis, One-Way Anova, Ancova, and multiple linear regression. The results showed that (1) the use of spatial multiresolution image had an effect on to STA, but post hoc test showed that the mean difference of middle and low spatial resolution group did not differ significantly. (2). There is a difference in the effect of multiresolution image on STA significantly between male and female students. STA male are higher than women. The improvement of spatial thinking ability of male and female after learning with spatial multiresolution image was not significantly different. (3) There is influence of remote sensing method with problem based learning to STA student of prospective geography teacher. This is indicated by the significant difference in mean score of STA between before and after remote sensing learning using problem based learning method. (4) STA and the ability to apply an interpretive strategy play a role in the accuracy of image interpretation results. The ability of the interpretation strategy variable is more influential than STA. The value of R2=0.401 indicates that 40.1% of the interpretation ability can be explained by the STA variable and the strategy of image interpretation. (5) KBS and remote sensing knowledge have a high enough role, either partially or jointly to the ability to solve spatial problems.. Analysis on the role of both variables obtained value R2 = 0.53. This shows that 53% of spatial problem solving ability can be explained by STA variable and student's remote sensing knowledge

Kata Kunci : Kemampuan berpikir spasial (KBS), citra multiresolusi spasial, pengetahuan penginderaan jauh, pemecahan masalah spasial

  1. S3-2017-308634-tableofcontent.pdf  
  2. S3-2017-308634-title.pdf