Laporkan Masalah

PENGARUH PENERAPAN NILAI WAJAR SEBAGAI BENTUK KONVERGENSI IFRS TERHADAP INSTRUMEN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2015

MIRA, Ratna Nurhayati, SE.,M.Com., Ak., CA., Ph.D.,

2017 | Tesis | S2 Akuntansi

Nilai Wajar dijabarkan sebagai harga yang disepakati oleh pembeli yang bersedia membeli dan penjual yang bersedia menjual dalam sebuah transaksi yang bebas ikatan (IAS). Nilai wajar dari suatu aset adalah jumlah satuan uang dimana aset tersebut dapat dibeli atau dijual dalam sebuah transaksi yang terjadi kini diantara para pihak yang pihak yang bersedia untuk melakukan transaksi, diluar kondisi likuidasi. Disisi lain atas neraca, nilai wajar atas sebuah kewajiban adalah jumlah satuan uang dari sebuah kewajiban dapat terjadi atau terlaksanakan pada transaksi kini antara pihak yang saling berkeinginan, diluar kondisi likuidasi. Jika tersedia, penerapan harga pasar pada pasar aktif adalah bukti terbaik atas nilai wajar dan sepatutnya digunakan sebagai basis pengukuran. Jika harga pasar yang dapat langsung diambil dari pasar tidak tersedia, dalam persiapannya harus membuat sebuah estimasi dari nilai wajar dengan menggunakan informasi terbaik yang tersedia atas suatu peristiwa tertentu. Pada banyak peristiwa yang terjadi, harga pasar yang langsung dapat diterapkan tidak tersedia. Hasilnya membuat berbagai kesulitan muncul ketika membuat estimasi dari nilai wajar (GAAP). Penelitian ini bermaksud untuk melihat bagaimana dampak dari konvergensi IFRS terhadap akun instrumen keuangan pada laporan keuangan seperti Kas dan Setara Kas, Piutang Usaha, Hutang Usaha, Investasi dan Hutang Obligasi sebagaimana digunakannya definisi nilai wajar pada pengukuran dan pencatatannya. Data akun instrumen keuangan yang menerapkan definisi nilai wajar pada perusahaan- perusahaan industri manufaktur (Industri manufaktur diwajibkan untuk menerapkan pada laporan keuangan mulai tahun 2013) digunakan sebagai data observasi pada penelitian ini. Sample test berpasangan digunakan untuk menguji perbedaan signifikan antara dua kondisi data dari akun instrumen keuangan yang dicatat sebelum tahun 2013 (2010-2012) sebagai kondisi sebelum diterapkannya definisi nilai wajar dan data tahun 2013-2015 sebagai kondisi diterapkannya definisi nilai wajar. Dengan menggunakan 303 data observasi dapat disimpulkan bahwa, akun instrumen keuangan berupa Kas dan Setara Kas, Piutang Usaha dan Hutang Usaha; 105 data observasi secara berpasangan pada akun instrumen keuangan berupa Investasi dan dengan menggunakan 13 data observasi berpasangan pada akun instrumen keuangan berupa Hutang Obligasi melalui pengujian beda rata- rata diperoleh hasil bahwa pada kondisi setelah diterapkannya konvergensi IFRS memiliki tingkat rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sebelum diterapkannya konvergensi IFRS secara signifikan dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Fair Value is defined as the price agreed by buyers willing to buy and sellers willing to sell in an arms length transaction (IAS). The fair value of an asset is the number of units of money in which the asset can be bought or sold in the current transaction that occurs among parties who are willing to make transactions, excluding the conditions of liquidation. On the balance sheet, the fair value of an obligation is the number of units of money of an obligation that can occur or be executed in the current transaction between the interested parties, excluding the conditions of liquidation. If available, the application of market prices in active markets is the best evidence of fair value and should be used as the basis of measurement. If the market prices that can be directly taken from the market are not available, the estimation of fair value using the best available information on a particular event should be formulated in the preparation. In many cases, the market prices that can be directly applied are not available. It results in a variety of problems arising when formulating the estimation of fair value (GAAP). This study intends to identify the impact of IFRS convergence on the accounts of financial instruments in financial statements such as Cash and Cash Equivalents, Accounts Receivable, Accounts Payable, Investments, and Bonds Payable as the definition of fair value is used in the measurement and recording. The data on the accounts of financial instruments applying the definition of fair value among manufacturing industries (Manufacturing industries are required to apply to financial statements since 2013) were used as the observational data in this research. A paired t-test sample was used to test the significant differences between two conditions of the accounts of financial instruments recorded before 2013 (2010-2012) as a condition prior to the implementation of the definition of fair value and during 2013-2015 when the definition of fair value was implemented. The research collected 303 observational data on the accounts of financial instruments in the form of Cash and Cash Equivalents, Accounts Receivable and Accounts Payable, 105 paired observational data on the accounts of financial instruments in the form of investments, and 13 paired observational data on the accounts of financial instruments in the form of Bonds Payable using the mean difference test. From those data, it can be concluded that the condition after the implementation of IFRS convergence shows a higher mean compared to that before the significant implementation of IFRS convergence with a confidence level of 95 percent.

Kata Kunci : Nilai Wajar, Instrumen Keuangan, Konvergensi IFRS, Perusahaan Manufaktur, Uji Beda Rata-rata, PSAK 68, PSAK 50, 55 dan 60.

  1. S2-2017-359703-abstract.pdf  
  2. S2-2017-359703-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-359703-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-359703-title.pdf