Laporkan Masalah

DARI MASJID MEMBANGUN UMAT: FUNGSI DAN KONTEKSTUALISASI IBADAH IKTIKAF DI MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA

DIGDAYA ANGDEPPRANA, Dr. Setiadi, M.Si

2016 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Tulisan ini mencoba mendeskripsikan ritual atau ibadah iktikaf yang diselenggarakan di masjid Jogokariyan pada bulan Ramadhan tahun 2016 atau 1437 Hijriah. Ide tulisan ini bermula dari ketertarikan penulis teradap tulisan Irwan Abdullah yang menyatakan bahwa agama sebenarnya mengalami kontekstualisasi terhadap ruang dan waktu di mana ia berada. Di era globalisasi, kontekstualisasi semakin tidak menentu salah satunya karena adanya fenomena materialisasi dan komodifikasi yang merangsek ke semua sendi-sendi kehidupan. Hal tesebut kemudian berdampak pada melemahnya fungsi etis agama. Menggunakan pandangan tersebut penulis ingin mencoba merefleksikannya pada ritual ibadah iktikaf yang diselenggarakan di masjid Jogokariyan, Yogyakarta. Berbeda dengan masjid-masjid kebanyakan, masjid Jogokariyan menyelenggarakan ibadah iktikaf dengan sistem kepanitiaan. Dimana peserta ibadah iktikaf diwajibkan membayar biaya pendaftaran sebagai pengganti fasilitas (konsumsi, akomodasi, dan kegiatan) selama ibadah iktikaf berlangsung. Hal tersebut merupakan pertanda kuat bahwa terjadi fenomena komodifikasi. Namun pertanyaannya, apakah komodifikasi yang terjadi lantas melemahkan fungsi etis dari ibadah iktikaf itu sendiri? Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2016, menggunakan metode kualitatif dengan mengedepankan observasi partisipatif dan wawancara mendalam sebagai alat pengumpulan data. Informan berjumlah 11 orang baik dari panitia penyelenggara maupun peserta ibadah iktikaf. Testimoni-testimoni para peserta ibadah iktikaf sengaja ditangkap, untuk mengetahui bagaimana pemahaman, maksud, dan tujuan ibadah iktikaf langsung dari para pelakunya. Hal ini juga bermanfaat untuk melihat bagaimana deferensiasi ritual, yang oleh beberapa ahli sosial merupakan sesuatu yang biasa terjadi dalam kontekstualisasi agama. Menggunakan term fungsi (function) dan penampilan (performance) yang dikemukakan oleh Beyer, ada dua hal yang dapat dijadikan sebagai hasil penelitian ini. Pertama, fungsi etis atau fungsi asli ibadah iktikaf tidak mengalami pelemahan. Hal tersebut terjadi karena panitia berhasil mensosialisasikan dengan baik tujuan, hukum, dan tata cara ibadah iktikaf yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Kedua, penampilan (performance) ibadah iktikaf yang dikelola dengan sistem kepanitiaan sangat menonjol dan mendapatkan respons yang positif dari para peserta ibadah iktikaf. Setidaknya ada tiga penampilan ibadah iktikaf yang penulis temukan; 1) sebagai sarana menimba ilmu, 2) sebagai sarana bersilaturahim dan ukhuwah Islamiyah, dan 3) sebagai sarana pengelolaan dan pendistribusian peran.

This paper attempts to describe the ritual or ibadah iktikaf which held in mosque of Jogokariyan during Ramadan in 2016 or 1437 Hijri. The idea of this article stems from the interest of Irwan Abdullah’s articles stating that religion is actually experiencing contextualization of space and time in which it is located. In the era of globalization, contextualization increasingly erratic one of them for their materialization phenomena and commodification is squeezed into all aspects of life. Tesebut then result in the weakening of religious ethical function. Using this view the writer wanted to try to reflect on the rituals of a retreat held in mosques Jogokariyan, Yogyakarta. In contrast to most mosques, mosques of Jogokariyan held ibadah iktikaf with the committee system. Participants of the ibadah iktikaf are required to pay a registration fee in lieu of facilities. This is a strong sign of the phenomenon of commodification. The question is, are commodification weaken the ethical function of ibadah iktikaf itself? The study was conducted in June to July 2016, using qualitative methods with participatory observation and in-depth interviews as the data collection tool. There ara 11 people as informant from both organizers and participants of ibadadah iktikaf. Testimonies of the participants are captured, to learn how understanding, intent, and purpose of ibadah iktikaf directly from the perpetrators. It is also useful to see how the ritual differentiation beetween the participants, which by some social scientists said it is something that usually happens in the contextualization of religion. Using the term function and performance that said by Beyer, there are two things that can be made as a result of this research. First, the original ethical function or functions of ibadah iktikaf not really weakened. This happens because the committee was able to socialize the purpose, laws, and ordinances of ibadah iktikaf accordance with the teachings of Islam. Second, performance ibadah iktikaf managed by committee system is very prominent and get a positive response from the participants of ibadah iktikaf. There are at least three appearances of ibadah iktikaf; 1) as a means to gain knowledge, 2) as a means of ukhuwah Islamiyah, and 3) as a means of managing and distributing roles.

Kata Kunci : Ibadah Iktikaf, Masjid Jogokariyan, Kontekstualisasi, Fungsi

  1. S1-2016-285893-abstract.pdf  
  2. S1-2016-285893-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-285893-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-285893-title.pdf