Laporkan Masalah

PERBANDINGAN IDIOM BERUNSUR NAMA BINATANG DALAM BAHASA MANDARIN DAN BAHASA INDONESIA

HAIYAN, HUANG, Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A.

2016 | Disertasi | S3 Ilmu-ilmu Humaniora

Penelitian ini bertujuan menjelaskan perbandingan idiom berunsur nama binatang dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia dari beberapa aspek, yakni dari definisinya, asal usul idiomnya, serta dari tataran linguistik dan kebudayaan dalam dua bahasa tersebut. Metode penelitian ini menggunakan metode komparatif untuk membandingkan idiom berunsur nama binatang dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang didasarkan atas observasi pustaka berupa pengumpulan data dari buku karya sastra dan kamus, dan obeservasi lapangan berupa pengumpulan data dari informan. Pelaksanaan metode tersebut ditempuh melalui tiga tahap, yaitu: tahap penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut ini.. Persamaan definisi idiom dalam bahasa Mandarin dan Indonesia adalah idiom pada kedua bahasa tersebut merupakan salah satu konstruksi idiomatik, strukturnya tetap, warisan dari zaman dahulu, maknanya lengkap, digunakan sebagai satu-kesatuan, tidak boleh digunakan sebagian saja, dan diciptakan dari pengalaman kehidupan manusia. Perbedaan definisi idiom dalam kedua bahasa tersebut yaitu: idiom dalam bahasa Mandarin secara umum terdiri dari empat karakter, dan penggunaannya. lebih ke bahasa tulis, namun dalam bahasa Indonesia secara umum terdiri dari dua kata dan penggunaannya lebih untuk komunikasi lisan. Dari aspek asal usul idiom berunsur nama binatang dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia memiliki persamaan, yakni asal usul keduanya dapat berasal dari pinjaman bahasa asing atau diciptaan oleh masyarakat sendiri. Idiom diciptakan masyarakat dapat berasal dari legenda atau mitos, peristiwa sejarah, dan karya sastra. Perbedaan keduanya yaitu idiom dalam bahasa Mandarin sebagian besar berasal dari tradisi tulis, tetapi idiom dalam bahasa Indonesia sebagian besar berasal dari tradisi lisan. Dari tataran linguistik, perbandingan idiom berunsur nama binatang dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia berdasarkan beberapa segi. Pertama, dalam segi fonetik, keduanya memiliki reduplikasi, tetapi bahasa Indonesia tidak memiliki tona maka tidak terdapat pengulangan tona, pengulangan inisial, dan pengulangan final. Kedua, dalam segi struktur, idiom berunsur nama binatang dalam kedua bahasa memiliki struktur linearitas, struktur SP(subjek + predikat), struktur endosentris, dan struktur VO (verba + objek). Perbedaannya adalah dalam bahasa Mandarin memiliki struktur rangkap, namun dalam bahasa Indonesia tidak memilikinya. Ketiga, dalam segi sintaksis idiom dalam dua bahasa tersebut hampir sama, yakni idiom berunsur nama binatang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan, dalam kalimat dan atribut dalam frasa. Dari aspek budaya idiom berunsur nama binatang dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia dapat dilihat dari kondisi geografis dan iklim, mata pencaharian, kehidupan masyarakat, transportasi tradisional, keagamaan dan kepercayaan, adat-istiadat dalam budaya Tiongkok dan budaya Indonesia. Pertama, karena perbedaan geografi dan iklim di dua negara yang berbeda, maka muncul jenis binatang yang dimiliki dua negara berbeda, jadi idiom berunsur bintang dalam jumlah dan jenis juga berbeda. Kedua, mata pencaharian dalam budaya Tiongkok dan Indonesia adalah di bidang agraris dan perikanan sehingga idiom berunsur nama binatang dalam kedua negara menggunakan banyak idiom berunsur nama binatang ternak. Ketiga, dari aspek kehidupan masyarakatnya, misalnya dari budaya bangunan rumah dan budaya transportasi, dari idiom berunsur nama binatang dapat perbedaan dan persamaan dalam budaya Tiongkok dan Indonesia. Kelima, dari aspek keagamaan dan kepercayaan dari masing-masing agama sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Tiongkok dan Indonesia. Keenam, dari aspek adat-istiadat, dari idiom berunsur nama binatang dapat nilai-nilai budaya dan cara berpikir, misalnya bintang mitos dalam dua negara berbeda, sifat bintang dalam budaya Indonesia kebanyakan bersifat negatif, namun dalam budaya Tiongkok seekor binatang dapat makna kiasan negatif, positif, dan netral. Ketujuh dari idiom berunsur bintang dapat membantu untuk melihat lapisan sosial dan perkawinan dalam dua negara tersebut. Kedelapan dalam budaya Indonesia, nama binatang dapat dipakai pada nama tanaman, tetapi dalam budaya Tiongkok hal tersebut jarang terjadi.

As a part of world culture, the Chinese and Indonesian languages have a number of similarities and differences. Similarities and differences can be seen in the structure of the languages, the intonation of the languages, and how the languages are used in both societies. This study specifically discusses a comparison of a number of similarities and differences between animal idioms in the Mandarin and Indonesian languages. The elements of animal idioms compared in this study include definitions of idiom, reference sources, linguistic structure and culture-related. This study uses a comparative method and an observational method, collecting data from dictionaries, textbooks or informant. Definitions of idiom in Mandarin and Indonesian are similar in one kind of idiomatic, aligned structure, inherited from ancient times, used together and product from experience of life. The differences in idiom definitions in the two languages are that idioms in Mandarin usually consist of four words, and their usage is more pronounced in writing; but in Indonesian, they usually consist of two words and are used more in oral communication. Meanwhile, from the aspect of references, both have borrowed from foreign languages or are created by their own community. These creations of idioms come from legends or myths, historical events, and literature. Idioms in Mandarin are mostly from the written tradition, whereas in Indonesian, idioms are derived mostly from the oral tradition. In terms of the linguistic aspects, this study compares idioms in term of phonetics, structure and syntax. In terms of phonetics, both in Mandarin and Indonesian idioms have a sound repeated and repeated words. However, in the Indonesian language there is no repeat tone, initial reset, and final, as contained in Mandarin. In terms of structure, the elements of animal idioms in both languages have a parallel structure, the structure subject + predicate, prejudices structure, and the structure verb + object. Mandarin has a dual structure, but the Indonesian does not have it. In terms of syntax, idioms in both languages almost have the same function, namely as a subject, predicate, object, complement, description, and attributes in the sentence. Similarities and differences that arise in these elements cannot be separated from the traditions, culture and geography of the two countries. From the elements of animal idioms in Mandarin and Indonesia the similarities and differences in geography and climate, method production, community life, traditional transportation, religion and beliefs between Chinese and Indonesian culture can be seen.

Kata Kunci : Idioms, Animal, Mandarin, Indonesian Language, Comparative

  1. S3-2016-357393-abstract.pdf  
  2. S3-2016-357393-bibliography.pdf  
  3. S3-2016-357393-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2016-357393-title.pdf