Analisis Faktor Eskalasi Konflik Internal di Angola Pasca Berakhirnya Perang Dingin (1991-2002)

RESISTA ANINDHITA, Titik Firawati, MA

2016 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Seiring dengan berakhirnya Perang Dingin, banyak konflik di dunia yang mengalami transformasi. Namun, tidak sama halnya dengan konflik yang terjadi di Angola. Sebagai salah satu negara yang terlibat dalam proxy war selama Perang Dingin, pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik internal Angola dapat bertahan dan meneruskan konflik sebelum akhirnya berakhir di tahun 2002. Tulisan ini akan mencoba menganalisis hal-hal yang menyebabkan konflik tersebut tetap bertahan dan tereskalasi ketika tidak ada lagi negara-negara besar yang mendukung pihak-pihak tersebut. Analisis akan dilakukan dengan berdasar pada konsep eskalasi konflik dan menggunakan level analisis domestik. Terdapat tiga faktor yang dinilai menjadi penyebab utama dari konflik berkepanjangan tersebut, yaitu solidaritas konflik, sumber daya konflik, dan eskalasi strategis. Pihak pemerintah dan pemberontak sama-sama memobilisasi kelompok etnis tertentu sebagai basis dukungan. Eskalasi strategis secara unilateral juga dilakukan karena dinilai sebagai tindakan yang rasional. Namun, dari ketiga faktor tersebut, faktor sumber daya konflik dinilai sebagai faktor yang paling penting dalam melanggengkan dan mengeskalasi konflik di Angola. Pihak-pihak yang terlibat menguasai sumber daya tertentu (minyak dan berlian) untuk mendanai konflik setelah hilangnya bantuan asing yang menjadi penopang utama konflik selama Perang Dingin.

Following the end of the Cold War, conflicts around the world transformed and declined in number. However, the conflict in Angola was not one of them because it survived the end of the Cold War. This paper will analyze the factors which caused the prolonged and escalated conflict when the super power countries were no longer backing the parties involved. The concept of conflict escalation and domestic level of analysis will be used to analyze. There are three factors that caused the prolonged conflict in Angola: conflict solidarity, conflict resources, and strategic escalation. Both government and rebels mobilized certain ethnic groups to support them and fight other ethnic groups. Unilateral escalation was also done because it was the rational thing to do so. However, of these three factors, conflict resources is deemed as the most important factor in prolonging and escalating the conflict in Angola. The parties involved had control over the big resources in the country, such as oil and diamond, which were exploited by the government and rebels respectively. The natural resources were used to support the conflict as the foreign countries involved in the proxy war stopped sending military and economic aid.

Kata Kunci : Angola, konflik internal, eskalasi konflik, pasca Perang Dingin, sumber daya konflik, persaingan etnis