Laporkan Masalah

BISNIS, KEKUASAAN, DAN IDENTITAS (Studi terhadap Perilaku Politik Etnis Tionghoa di Bangka Belitung Pasca Orde Baru)

IBRAHIM,S.FIL., M.SI., Prof. Dr. Nunung Pradjarto, MA.

2013 | Disertasi | S3 Ilmu Politik

Etnis Tionghoa menjadi fenomenal dalam dunia politik elektoral sejak reformasi bergulir. Situasi ini mengisyaratkan bahwa terjadi perubahan perilaku politik dalam tubuh etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa yang selama ini cenderung a politis, sekarang justru masuk dalam situasi yang berbeda. Meski demikian, sejauh mana perubahan itu terjadi menjadi pertanyaan menarik, semenarik pertanyaan bagaimana perilaku politik sebelumnya mengalami adaptasi dan kontinuasi. Studi ini fokus pada pertanyaan bagaimana perilaku politik Tionghoa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pertanyaan ini kemudian terkait erat dengan identitas yang menjadi persoalan tak kunjung selesai dari etnis ini. Menarik juga membahas bagaimana kemudian arena bisnis berada di tengah-tengah perilaku politik tersebut. Fokus utama pembahasan studi ini ditelusuri melalui studi kualitatif dengan pendekatan elit. Elit dipilih dengan pertimbangan bahwa elit adalah elemen krusial dari sebuah komunitas dengan karakteristiknya sebagai „orang-orang yang menentukan‟. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Studi ini pun menggunakan perspektif konstruktivisme yang melihat bahwa elit politik Tionghoa mereproduksi, mereduksi, memilih, dan menegosiasikan identitasnya dalam ruang-ruang politik yang fleksibel dan situasional. Studi ini menghasilkan beberapa temuan penting. Pertama, ada dua jalur utama yang dipilih oleh elit politik Tionghoa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu jalur formal dan jalur informal. Jalur formal ditempuh dengan cara berpolitik dalam dunia elektoral dan kepartaian dengan orientasi utama pada kepentingan bisnis dan demokratisasi berbayang alih kelas-alih eksistensi. Sementara jalur informal ditempuh dengan cara menanamkan pengaruh pada kekuasaan untuk kepentingan perluasan agenda bisnis. Di atas dua jalur tersebut, identitas dan finansial adalah dua instrumen penting yang bermain. Kedua, memahami perilaku politik Tionghoa berarti memahami bagaimana tiga titik pembahasan saling bermain; meninggikan dan menopang dalam bentuk piramida politik, yaitu bisnis, kekuasaan, dan identitas. Ketiganya saling berkelindan dan bermain secara kompleks. Ketiga, perspektif konstruktivisme yang menjadi kerangka pikir studi ini perlu mempertimbangkan perspektif lain dalam menganalisis politik identitas. Identitas tidak hanya dikonstruksi, tetapi juga diinstrumentasi. Padahal tidak bisa dinafikkan bahwa pengelompokkan yang sifatnya given adalah faktor primordial sentiment atau attachments yang juga menjadi bagian dari cara pandang primordialisme. Dengan demikian, determinasi perspektif patut dipertimbangkan. Studi ini mengusulkan kombinasi perspektif dalam menelaah politik identitas yang disebut dengan „triple-perspective‟.

Tionghoa ethnic has become phenomenon in electoral political world since reformation rolled over. This situation beckoned that it occurs political behavior changing in Tionghoa ethnic body. During this time, Tionghoa ethnic that tends to be a-political, right now even enters in different situation. Nonetheless, to what extent this changing has been occurred, becomes interesting question, as interesting as question on how the earlier political behavior experiencing adaptation and continuation. This study focused on question in terms of how Tionghoa political behavior in Bangka Belitung Islands Province is. This question was then closely related to identity that had become never-ending issue of this ethnic. It’s also interesting to discuss on how then business arena standing in the middle of that political behavior. The main focus of this study discussion was traced through qualitative study with elite approaches. Elite was chosen by considering that it is the crucial element of a community with its characteristic as the ‘determining people’. Data collection was conducted by in-depth interview, participative observation, and documentation. This study also used constructivism perspective seeing that Tionghoa political elites reproduce, reduce, choose, and negotiate their identity within flexible and situational political sphere. This study generated several important findings. First, there are two main tracks chosen by Tionghoa political elites in Bangka Belitung Islands Province, they are formal and informal track. Formal track is taken by conducting politics within electoral and party realm with the primary orientation on business interest and democratization shadowed by class and existence change over. While, informal track is taken by embedding influence on power for business agenda expansion interest. Above all two tracks, identity and financial are two important instruments playing. Second, understanding Tionghoa political behavior means understanding how three discussion points play each other: enhance and sustain in the form of political pyramid, i.e. business, power, and identity. All three interplay and play complexly. Third, constructivism perspective that becomes this study mind frame needs to consider other perspectives in analyzing identity politics. Identity was not only constructed, but also instrumented. It could not be denied, however, that the given classification is primordial sentiment and attachment factor that also become part of primordial perspective. Determination perspective thus deserves to consider. This study proposed perspective combination in analyzing identity politics called ‘triple perspective’.

Kata Kunci : Tionghoa, Bisnis, Identitas, dan Kekuasaan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.