APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KESESUAIAN LAHAN INDUSTRI DI KOTA CILACAP

FATIMAH TRI A, Heri Sutanta, S.T., M.Sc., Ph.D.

2016 | Skripsi | S1 TEKNIK GEODESI

Pengembangan kawasan industri dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan sektor industri lebih terarah, terpadu, dan memberikan hasil guna yang lebih optimal bagi daerah dimana kawasan industri berlokasi. Untuk menghindari timbulnya konflik penggunaan lahan karena dinamika pertumbuhan kegiatan industri dan juga adanya degradasi dari kualitas lingkungan, maka sudah sepantasnya pertumbuhan industri diarahkan ke dalam kawasan industri. Oleh karena itu, klasifikasi kesesuaian lahan industri perlu dilakukan untuk mengetahui lahan mana yang sesuai untuk pengembangan kawasan industri dan lahan mana yang tidak sesuai. Kegiatan aplikatif ini dapat memberikan informasi bagi perusahaan yang akan mendirikan industri agar memperhatikan aspek-aspek lingkungan dan kesesuaian lahannya. Data yang digunakan dalam kegiatan aplikatif ini adalah peta administrasi kawasan perkotaan Cilacap skala 1:60.000 tahun 2011, peta rencana zonasi kawasan perkotaan Cilacap skala 1:60.000 tahun 2011, serta data-data digital tematik Kabupaten Cilacap. Faktor fisik lahan dan faktor aksesibilitas digunakan sebagai parameter pengambil kebijakan dalam menentukan klasifikasi kesesuaian lahan industri. Pada faktor fisik lahan dilakukan proses simbologi pada masing-masing parameter sedangkan pada faktor aksesibilitas dilakukan proses buffering pada masing-masing parameter. Data diolah dengan menggunakan metode pengharkatan (scoring) dan pembobotan pada masing-masing parameter. Hasilnya dalam bentuk tabel dan gambar peta untuk menggambarkan klasifikasi kesesuaian lahan industri. Analisis deskriptif digunakan dalam kegiatan aplikatif ini. Analisis yang dilakukan di antaranya yaitu analisis penyajian peta pada faktor fisik lahan dan faktor aksesibilitas, analisis hasil pemetaan klasifikasi kesesuaian lahan industri, serta analisis pola ruang dan kawasan strategis. Hasil akhir kegiatan aplikatif ini adalah peta kesesuaian lahan untuk kawasan industri. Peta kesesuaian lahan tersebut diperoleh dari proses overlay union berdasarkan faktor fisik lahan dan faktor aksesibilitas. Dari hasil analisis yang telah dilakukan menghasilkan lima kelas kesesuaian lahan industri, yaitu Sangat sesuai (S1) dengan luas 687,632 Ha atau 2,975%; Cukup sesuai (S2) dengan luas 4302,550 Ha atau 18,614%; Sesuai marginal (S3) dengan luas 4481,773 Ha atau 19,390%; Tidak sesuai pada saat ini (N1) dengan luas 13272,145 Ha atau 57,420%; Tidak sesuai untuk selamanya (N2) dengan luas 370,204 Ha atau 1,602%. Hasil pemetaan klasifikasi kesesuaian lahan industri tersebut kemudian dibandingkan kesesuaiannya dengan pola ruang industri dan rencana kawasan strategis pengembangan industri dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cilacap tahun 2011 sampai dengan tahun 2031.

The development of industrial areas is intended to encourage the growth of the industrial sector to be more focused, integrated, and to provide the more optimal result for the area where the industry located. To avoid conflicts of the land use due to the dynamic growth of industrial activities and also the degradation of the environment quality, then it is appropriate that the industrial growth is directed to the industrial area. Therefore, industrial land suitability classification needs to be done to determine which land that is suitable for the development of industrial areas and which land that is not. This applicative activity can provide information for companies which will set up the industry to pay attention to the environmental aspects and land suitability. The data used in this applicative activity are the administration map of Cilacap urban areas with the scale of 1: 60,000 in 2011, the planning map of the Cilacap urban area zoning in the scale of 1: 60,000 in 2011, and also the thematic digital data of Cilacap. Physical factors of land and accessibility factors are used as a parameter in determining the policy of industrial land suitability classification. Symbology process is used at the physical factors of the land in each parameter, while at the accessibility factors, the buffering process is used in each parameter. The data are processed by the scoring method and the weighting of each parameter. The results are in the form of table and map to illustrate the suitability classification of industrial land. Descriptive analysis is used in this applicative activity. Analysis conducted are analysis of the presentation of maps on physical factors of land and accessibility factors, analysis of the results of the classification of land suitability mapping industry, also the spatial pattern analysis and strategic area. The final result of this applicative activity is the map of suitability land for industrial area. The land suitability maps are obtained from the overlay union process by physical factors of land and accessibility factors. From the analysis that has been done, it results five industrial land suitability classes, which is Very appropriate (S1) with the width 687,632 hectares or 2,975%; Quite appropriate (S2) with the width 4302,550 hectares or 18,614%; Marginally suitable (S3) with the width 4481,773 hectares or 19,390%; Inappropriate at this time (N1) with the width 13272,145 hectares or 57,420%; Forever unsuitable (N2) with the width 370,204 ha or 1,602%. The mapping results of industrial land suitability classification are then compared to the pattern of industrial and the planning of strategic areas of industrial development by referring to the spatial planning of Cilacap in 2011 until 2031.

Kata Kunci : industrial, classification, suitability