Model Kesiapsiagaan terhadap Tsunami pada Masyarakat di Daerah Rawan Tsunami

ANY NURHAYATY, Prof. Dr. Th. Dicky Hastjarjo; Supra Wimbarti, M.Sc., PhD.; Prof. Ir. Radianta Triatmadja, PhD

2015 | Disertasi | S3 Psikologi

Bencana Tsunami unik karena biasanya terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah gempa bumi. Indonesia rentan terhadap tsunami karena terancam oleh dislokasi lempeng aktif di sekitar nusantara. Untuk mengurangi risiko dan mempersiapkan orang-orang terhadap bahaya, dibutuhkan model yang terdiri dari variabel penting yang mempengaruhi tingkat kesiapsiagaan. Model tersebut belum tersedia untuk orang-orang dengan budaya yang sangat kolektivis seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model kesiapsiagaan tsunami pada masyarakat di daerah rawan tsunami yaitu Parangtritis dan Aceh berdasarkan perspektif sosial - psikologis. Model dalam penelitian ini dikembangkan dari kerangka model kesiapsiagaan tsunami Paton, Houghton, Gregg, dan kawan-kawan (2008) yang dikembangkan di Kodiak, Alaska Amerika Serikat . Variabel-variabel penelitian ini merupakan (1) persepsi individu terhadap kemampuan diri yang terdiri dari variabel pengharapan hasil, (2) persepsi inidividu terhadap kemampuan anggota masyarakat lain yang terdiri dari variabel efikasi kolektif, partisipasi masyarakat, dan rasa kemasyarakatan, serta (3). persepsi individu terhadap institusi yang terdiri dari pemberdayaan dan kepercayaan. Semua variabel tersebut saling berinteraksi terhadap keputusan seseorang untuk bersiap-siap terhadap tsunami yang dimediasi oleh niat bersiapsiap menghadapi tsunami. Subyek penelitian ini adalah 476 orang di Parangtritis dan 483 orang di Aceh. Mereka tinggal atau melakukan kegiatan di daerah rawan tsunami, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala kesiapsiagaan terhadap tsunami, skala pengharapan hasil, skala partisipasi masyarakat, skala rasa kemasyarakatan, skala efikasi kolektif, skala pemberdayaan, skala kepercayaan, dan skala niat. Untuk mengetahui validitas konstruk setiap item digunakan confirmatory factor analysis (CFA) sedangkan untuk menguji model kesiapsiagaan tsunami menggunakan estimasi the maximum likelihood (ML) dengan perangkat lunak Analysis of Moment Structures (AMOS) versi 18.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1). Pengharapan hasil tidak perlu dipisahkan dan tetap dapat dijadikan dalam satu kontinum (2). Rasa kemasyarakatan menjadi variabel yang penting dan model ini tepat diterapkan pada masyarakat yang berbudaya kolektif. (3). Masyarakat pada budaya kolektif perlu diberdayakan untuk menjadi percaya dan berniat untuk bersiap-siap menghadapi bencana, (4). Model teoritis yang menyatakan rasa kemasyarakatan dan pengharapan hasil, melalui efikasi kolektif, partisipasi masyarakat, pemberdayaan, kepercayaan, dan niat terhadap kesiapsiagaan tsunami sesuai dengan data empiris di Parangtritis, Aceh, dan Indonesia. Kata kunci: kesiapsiagaan, tsunami, rasa kemasyarakatan, pengharapan hasil, budaya kolektif

Tsunami disaster is unique as it normally happens minutes to hours after an earthquake. Indonesian is prone to tsunami that may be triggered by active plates dislocations surrounding the archipelago. In order to mitigate the risks and to prepare the people against the hazard a model that relates important variables influencing the degree of preparedness is required. Such model is not yet available for people with highly collectivistic culture such as Indonesia. This study aimed to test the model of tsunami preparedness of the community in tsunami prone areas, such as Parangtritis and Aceh, based on social-psychological perspective. The model in this study developed from tsunami preparedness model framework of Paton, Houghton, Gregg, et al (2008) which developed in Kodiak, Alaska United State. The variables of this study is (1) individual's perception on his/her ability in facing disasters that consist of outcomes expectancy, (2) individual's perception of the ability of other community members and their environment that consists of collective efficacy, community participation, and a sense of community, and (3) individual's perception of an institution that consists of empowerment and trust. All these variables interact with each other on a person's decision to prepare for a tsunami that is mediated by the intention to prepare for tsunami. The subjects of this study were 476 residents of Parangtritis and 483 residents of Aceh. They live or conduct activities in tsunami prone areas. The gender is both men and women. The data was collected using a tsunami preparedness scale, outcome expectancy scale, community participant scale, sense of community scale, collective efficacy scale, empowerment scale, trust scale, and intention scale. Confirmatory Factor Analysis (CFA) used to determine the construct validity of each item, whereas Analysis of Moment Structures (AMOS) version 18.0 software used to test the tsunami preparedness model using the maximum likehood (ML) estimation. The result showed that, (1). The result expectancy need not to be separated and remain able to be used in a single continuum, (2). The sense of community becomes an important variable and the model is appropriate in civilized society collectively, (3). The Communities in the collective culture need to be empowered to believe and intend to prepare for disasters, (4). The theoretical model that expressed a sense of community and outcome expectancy, through collective efficacy, community participation, empowerment, trust, and intention towards tsunami preparedness accordance with empirical data in Parangtritis, Aceh, and Indonesia Keywords: preparedness, tsunami, sense of community, result expectancy, collective culture.

Kata Kunci : kesiapsiagaan, tsunami, rasa kemasyarakatan, pengharapan hasil, budaya kolektif; preparedness, tsunami, sense of community, result expectancy, collective culture.