Laporkan Masalah

PROSES KERJASAMA (NETWORKING) ANTARA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT MENGENAI KEBERHASILAN RELOKASI PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA (PASTY)

WOODENAI UNDAGI, Dr. Subando Agus Margono

2015 | Skripsi | S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA (MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK)

Pemerintah Kota Yogyakarta merancang tempat untuk Pedagang Kaki Lima yang lebih rapi dengan adanya unsur rekreasi didalamnya. Hal ini diwujudkan dengan pemindahan Pasar Hewan Ngasem ke Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) dengan konsep yang lebih marketable. Melihat keberhasilan yang dicapai PASTY dengan konsep yang lebih tertata rapi, menunjukkan kerjasama antara pemerintah Kota Yogyakarta, masyarakat serta pihak swasta. Peneliti melihat apa saja yang membuat implementasi kebijakan relokasi pedagang ini berhasil dari segi 1) kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan pihak swasta 2) media komunikasi yang digunakan untuk kerjasama dan 3) kepentingan masing-masing aktor dalam kerjasama. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan wawancara kepada narasumber dan observasi. Data yang diperoleh berupa data primer dari hasil wawancara dan data sekunder dari media dan dokumen lain. Proses dan bentuk kerjasama dalam relokasi pasar sangat diperlukan adanya komunikasi yang mendalam diantara ketiga aktor, terutama antara pemerintah dan pedagang sebagai aktor kunci relokasi pasar. Media yang digunakan dalam kerjasama yaitu dengan jalan mediasi antara pemerintah dengan pedagang. Komunikasi yang dibangun antar aktor dalam proses relokasi Pasar Ngasem ke PASTY ini dipengaruhi oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Raja Yogyakarta. Sri Sultan sebagai policy stakeholders dalam proses komunikasi mempunyai peran besar dalam proses negosiasi sehingga sangat bermanfaat untuk meredam konflik dan mempercepat dalam proses negosiasi.

Yogyakarta government designed a tidier place for street vendors with recreation element in it. This is realized by relocating Ngasem pet market to PASTY (the new place of Ngasem market) with more marketable concept. By its outcomes, it showed the networking among city government, city and public. This research aimed to know what made the policy implementation works from 3 aspect there are 1) networking of government, public, and private; 2) social media that use for networking; 3) interest of each actor on networking. The research use naturalistic qualitative. The data collected by interview and observation. The data obtained in the form of primary data from interview and secondary data from observation from social media and others. On the proceed and networking in relocating the market, the deep communication among three actors (government, private, and public) is very needed. Especially between government and vendors as the key actor of market relocation. The media that use in the networking is mediation between government and vendors. The communication that been build between actors in the relocation process from Ngasem Market to PASTY is also influenced by Sultan HB X a king of Yogyakarta. Sultan HB X as the policy stake holder of communication process had great influenced in negotiate process is very useful to reduce conflict and accelerate negotiation process.

Kata Kunci : PASTY, kerjasama, media sosial, kepentingan/ PASTY, networking, social media, interest