Laporkan Masalah

HUBUNGAN KONFIGURASI GUBAHAN DENGAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK TEPI SUNGAI DI KAWASAN PERMUKIMAN KOTA Studi Kasus: Karangwaru Riverside Sae Saestu (KRSS), Yogyakarta

ANGGORO CIPTO ISMOYO, Dr. Ir. Budi Prayitno, M.Eng

2013 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Pemanfaatan bantaran sungai di kota sebagai area permukiman telah mengancam fungsi ekologis sungai. Karangwaru Riverside Sae Saestu (KRSS) merupakan ruang publik yang dibangun sebagai strategi revitalisasi sungai kota. Strategi tersebut dipilih agar masyarakat merasakan manfaat dari ruang publik sehingga secara tidak langsung turut menjaga keberlangsungan program revitalisasi sungai. Keberhasilan suatu ruang publik tidak hanya ditentukan oleh rancangan fisiknya, namun kemampuannya untuk mengundang orang hadir dan memanfaatkannya. Kualitas pemanfaatan ruang publik tidak hanya dinilai berdasarkan intensitas pengguna namun juga keragaman pemanfaatan yang dapat diwadahinya. Penelitian ini mengidentifikasi tentang jenis dan fungsi KRSS sebagai ruang publik, mendeskripsikan pola dan menilai kualitas pemanfaatan KRSS berdasarkan keragaman aktivitas, serta menilai hubungan konfigurasi KRSS dengan pemanfaatannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran antara kualitatif dengan strategi observasi lapangan, dan kuantitatif dengan strategi simulasi space syntax. KRSS merupakan ruang terbuka publik bertipologi dominan “jalan” (street), yakni jalan inspeksi bagi pedestrian, ditunjang oleh ruang-ruang bertipologi “lapang” (square) pada beberapa lokasi. Fungsi pokok KRSS sebagai jalur sirkulasi, jalur hijau, sarana aktivitas sosial dan rekreatif. Keberhasilan KRSS sebagai ruang publik terkait dengan pemanfaatannya yang terjadi hampir sepanjang waktu, dengan keragaman aktivitas yang terjadi, baik sesuai fungsi pokok maupun yang terjadi akibat pilihan pengguna sehingga melakukan adaptasi terhadap ruang. Hubungan konfigurasi KRSS, dengan pemanfaatannya memiliki kecenderungan yang berbeda terkait dengan jenis aktivitas dan kondisi ruangnya. Aktivitas pergerakan berhubungan dengan integrasi (nilai R2= 0.559), meskipun tidak berhubungan dengan visibilitas ruang yang telah jelas karena kondisinya yang terbuka secara visual. Aktivitas statik tidak berhubungan dengan integrasi ruang, namun lebih menunjukkan hubungan dengan visibilitas (nilai R2= 0.537) terutama akibat keberadaan ruang dengan tipologi lapang (square). Aktivitas statik lebih dipengaruhi oleh pilihan pengguna, yang terkait dengan faktor sosiokultural sebagaimana kebiasaan dan ikatan sosial.

The utilization of riverside in the city as a residential area has threatened the ecological function of the river. Karangwaru Riverside Sae Saestu (KRSS) is a public space that was built as a strategy of urban river revitalization. This chosen strategy wants people to get the benefits of public space thus indirectly sustain the program of river revitalization. Not only does physical design hereby determines the success of a public space but also its ability to invite people to come and use it. Meanwhile, the intensity and the diversity of users become the main reason to asses the quality of public space utilization. This study identifies the type and function of KRSS as a public space, describes and assesses the quality of utilized patterns of KRSS based on its diverse activities, and assesses the relationship between KRSS’ configuration and its utilization. This study employs a mixed approach between qualitative by using field observations, and quantitative simulation by using space syntax simulation. KRSS is a public open space with street as dominant typology, the inspection path for the pedestrian, supported by squares at several locations. The principal functions of KRSS are circulation paths, greenbelt, a means of social and recreational activities. The success of KRSS rises from the utilization of public space which happens most of the time, the diversity of activities that occur, both the principal and the corresponding function caused by the user's choice to adopt the space. The relational configuration of KRSS by its utilization has different tendencies associated with this type of activity and its spatial conditions. Activities of movement relate to the integration (R2= 0.559), although it has no realation with spatial integration that has clear visibility due to the open condition visually. Meanwhile, the static activity has no relation to the spatial integration, but rather shows the relationship of visibility (R2= 0.537) mainly due to the existence of the typology of square. Therefore, the user’s choice has more influenced static activity which is related to socio-cultural factors as customs and social ties.

Kata Kunci : KRSS, ruang publik, tepi sungai, hubungan, konfigurasi, , pendekatan campuran, observasi, simulasi, space syntax, integrasi, visibilitas, pergerakan, aktivitas statik


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.