Laporkan Masalah

RESILIENCE FOR THE FLOOD EVENT BASED ON COMMUNITY PERCEPTION A CASE STUDY: IN WEST MALAKA SUBDISTRICT OF BELU REGENCY, EAST NUSA TENGGARA PROVINCE

APOLONIA DIANA SHERLY DA COSTA, Dr. rer. nat. Muh Aris Marfai, M.Sc

2013 | Tesis | S2 Geo-Informasi untuk Manajemen Bencana

Persepsi masyarakat memiliki kontribusi dalam proses manajemen bencana banjir. Tujuan dari penelitian ini adalah penilaian ketahanan masyarakat local terhadap bencana banjir dan menghasilkan peta bahaya menurut persepsi masyarakat. Data yang dikumpulkan didasarkan pada pendekatan partisipatif. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel purposif dan sampel strata. Data banjir dan data daya pulih yang diperoleh melalui wawancara terhadap 60 responden berdasarkan kusioner penelitian. Hasil wawancara dari responden dan FGD menunjukkan data banjir pada frekuensi banjir, luas banjir dan kedalaman banjir ialah sama. Frekuensi banjir terjadi sejak tahun 1939, 1959, 1975, 1979, 1999 sampai 2012. Setiap kali banjir melanda tiga desa dan semua tempat terendam banjir. Sedangkan, rata-rata durasi genangan di area studi yaitu Desa Lasaen, Umatoos dan Fafoe di mulai dari 24 jam (1hari) minimal nya dan sampai tiga minggu atau sampai dengan 1 bulan merata maksimalnya. Kedalaman air di tiga Desa bervariasi antara 60 cm sampai 300 cm. sehingga, memiliki dampak langsung pada kebutuhan sehari-hari, dengan kerugian mencapai lebih dari 1.000.000,00,- Rupiah lebih banyak dari 200.000,00,- Rupiah. Peringkat nilai daya pulih di tiga Desa (Lasaen, Umatoos dan Fafoe) sama. Nilai terendah adalah 0,25 pada modal ekonomi. Sedangkan, nilai menegah adalah 0,125 pada modal fisik. Selanjutnya, modal manusia dan modal budaya memiliki nilai tertinggi adalah 0,625.

Community perception has its contribution in the flood disaster management process. The research’s aim at assessing local community resilience for flood disaster and producing the flood event map according to community perception. The collected data is based on a participatory approach. The sampling methods applied in this study were purposive sampling and stratified sampling. The flood data and recovery data were obtained through interview with 60 respondents based on research questionnaire. The result of interview from respondents and FGD have shown similar flood data on frequency, flood extent and waterdepth. The frequency of flooding occurred from 1939, 1959, 1975, 1979, 1999 until 2012. Every time flood hits the study area, all sites are inundated. While, the average duration of inundation in study area (i.e., Lasaen,Umatoos and Fafoe) is started from 24 hours (1day) it’s minimum and up to three weeks or up to 1 month evenly it’s maximum. The waterdepth of three Villages are varies between 60 cm and 300 cm. Thus, possess a direct impact on people daily needs, with losses reaching more that Rp. 1,000,000,00,- and Rp. 200,000,00,- it’s less minimum. The rank of resilience’s value of three Villages is similar. The lowest value was 0,25 on economic capital. While, medium value was 0,125 on physic capital. Furthermore, human capital and culture capital have the highest value were 0,625.

Kata Kunci : Resilience, Community Perception, Disaster, Flood and Participatory Mapping using Geographic Information System (pGIS).


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.