Laporkan Masalah

Studi Kohort kejadian penyakit DB di wilayah Kecamatan Sawahan Kota Surabaya Tahun 2010

RAHAYU, Misti, dr. Tri Haskoro Tunggul Satoto, M.Sc.,Ph.D

2010 | Tesis |

Latar Belakang: Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae.aegypti. Di kota Surabaya selama lima tahun terakhir kasus DBD selalu mengalami peningkatan. Perkembangan kasus DBD per bulan selalu mulai mengalami peningkatan pada bulan Februari setiap tahunnya, dimana puncak kasusnya adalah pada bulan Maret. Faktor risiko kejadian penyakit DBD antara lain adalah Kepadatan hunian rumah, keberadaan tempat penampungan air dan perilaku penduduk seperti melaksanakan 3M, tidur pada pagi dan sore hari, membuka jendela dari pagi hingga sore hari. Sampai saat ini belum ada penelitian kohort yang mengenai faktor risiko tersebut. Tujuan: Mengetahui apakah faktor Faktor risiko atau paparan kepadatan hunian rumah, keberadaan tempat penampungan air dan perilaku penduduk seperti melaksanakan 3M, tidur pada pagi dan sore hari, membuka jendela dari pagi hingga sore hari berhubungan dengan kejadian penyakit DBD di wilayah kecamatan Sawahan kota Surabaya. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional, rancangan kohort, sampel 1.092 rumah dan 4.549 orang responden dari tiga kelurahan di kecamatan Sawahan. Responden dilakukan wawancara dan pemeriksaan langsung lalu diikuti selama tiga bulan kedepan untuk mengetahui apakah ada kejadian penyakit DBD dari paparan yang ada. Untuk mengetahui distribusi responden dan kejadian penyakit DBD dilakukan analisis secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antara paparan dan kejadian penyakit DBD digunakan uji chi-square dan untuk mengetahui derajat hubungannya digunakan ukuran Resiko Relative (RR). Hasil: Dari tiga faktor risiko atau paparan terhadap kejadian penyakit DBD di wilayah kecamatan Sawahan kota Surabaya yaitu 1) Faktor risiko kepadatan hunian secara statistik tidak ada hubungan dengan kejadian penyakit DBD (p=0,269 dengan RR=1,242), 2) Faktor risiko keberadaan TPA dengan status MI yang tinggi secara statistik tidak ada hubungan dengan kejadian penyakit DBD (p=1,000 dengan RR=1,028) dan 3) Faktor risiko perilaku penduduk melaksanakan 3M p = 1,000 dengan RR= 1,003, membuka jendela pagi hingga sore hari p = 1,000 dengan RR=1,003, tidur pagi hari p = 0,163 dengan RR= 2,041, tidur sore hari p = 1,000 dengan RR= 0,814 dan membuka jendela p=1,000 dengan RR=1,042 menunjukkan tidak ada hubungannya dengan kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue. Kesimpulan: Faktor Kepadatan hunian rumah, keberadaan tempat penampungan air berbasis Maya Index (MI) dan perilaku penduduk menunjukkan tidak ada hubungannya dengan kejadian penyakit DBD di wilayah kecamatan Sawahan Kota Surabaya.

Background: DHF disease is caused by dengue virus transmitted through the bites of Ae.aegypti. At Surabaya Municipality DHF cases are increasing within the the last five years. Risk factors for the prevalence of DHF are among others 1) occupancy density, 2) availability of water tank and 3) population behavior such as securing/keeping water tank closed, draining water tank once a week and burrying used items, sleeping in the morning and afternoon, leaving windows open from morning to evening. Objective: To identify association between three risk factors as mentioned above and the prevalence of DHF disease at Subdistrict of Sawahan, Surabaya Municipality. Method: The study was analytic observational with cohort design, involving as many as 1,092 samples of houses and 4,549 respondents from three councils at Subdistrict of Sawahan. To identify the prevalence of DHF disease, interview with respondents and direct examination were made within three subsequent months. To identify distribution of respondents and the prevalence of DHF disease, analysis was made descriptively. Chi square test was made to identify association between exposure and the prevalence of DHF disease and Risk Relative (RR) measurement was made to identify degree of association. Result: Occupancy density statistically had no association with the prevalence of DHF disease p=0.269 and RR=1.242). Availability of waste water sewage with high status of Maya Index Statistically had no association with the prevalence of DHF disease (p=1.000 and RR=1.028). Behavior of the population in keeping water tank closed, draining water once a week and burying used items p= 1.000 and RR=1.003; opening windows from morning to evening p=1.000 and RR=1.003; sleeping in the morning p=0.163 and RR=2.041; sleeping in the afternoon p=1.000 and RR=0.814; and opening windows p=1.000 and RR=1.042 showed no association with the prevalence of DHF disease. Conclusion: Factors of occupancy density, availability of water tank based on Maya Index (MI) and population behavior had no association with the prevalence of DHF disease at Subdistrict of Sawahan, Surabaya Municipality.

Kata Kunci : Kepadatan hunian rumah, Maya index, Perilaku 3M, Demam berdarah dengue, occupancy density, Maya Index, dengue hemorrhagic fever, behavior


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.