Laporkan Masalah

Status gizi dan status anemia ibu hamil dengan kejadian lahir mati di Kabupaten Kolaka tahun 2008

ASTUTI, Dahlia Yuli, dr. Ova Emilia, SpOG, M.M.Ed, Ph.D

2009 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Lahir mati merupakan indikator derajat kesehatan ibu dan anak dalam pelayanan obstetri secara umum. Kejadian lahir mati merupakan masalah yang membutuhkan perhatian secara serius di beberapa negara termasuk Indonesia. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003 mencatat 10 per 1000 kelahiran. Kabupaten kolaka kejadian lahir mati tahun 2008 adalah 22 per 1000 kelahiran. Ibu hamil merupakan kelompok yang cukup rawan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Bila ibu hamil yang mengalami kurang gizi maka akibat yang akan ditimbulkan antara lain: keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan bayi berat lahir rendah (BBLR). Tujuan: Diketahuinya hubungan status gizi dan status anemia ibu hamil dengan kejadian lahir mati. Metoda Penelitian: Rancangan penelitian matched case-control studies. Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer, pengumpulan data menggunakan kuesioner. Subjek penelitian adalah ibu yang melahirkan bayi mati sebagai kasus dan ibu yang melahirkan bayi hidup sebagai kontrol. Besar sampel ditentukan sebanyak 55 setiap kelompok. Uji hipotesis menggunakan McNemar dengan p=0.05 dan Confident Interval 95%. Conditional logistic regression digunakan untuk melihat kebermaknaan variabel luar pada status gizi dan status anemia dengan kejadian lahir mati. Hasil: Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dan status anemia ibu hamil dengan mengontrol variabel jarak kehamilan dan status pekerjaan terhadap kejadian lahir mati OR:5.3 (95%CI: 1.43-19.45). Kesimpulan: Ibu hamil dengan KEK dan ibu hamil dengan anemia lebih berisiko terhadap kejadian lahir mati dibanding dengan lahir hidup.

Background: The rate of stillbirth is an indicator of maternal and child health level in general obstetric services. Stillbirth is a health problem that requires much concern, including in Indonesia. The 2003 IDHS data recorded 10 per 1000 births were stillbirth cases. Particularly, in Kolaka District, the prevalence of stillbirths in 2008 was 22 per 1000 births. In fact, pregnant women are categorized as a group that is prone to nutrition deficiency and this has a big impact toward fetal development. Other impacts of nutrition deficiency in pregnant women are, among others, miscarriage or abortion, stillbirth, neonatal mortality, anemia in babies, and low birth weight (LBW). Objective: The identified relationship between pregnant women nutritional and anemia status and stillbirth. Method: This study employed a matched case-control study design. The data used were the primary and secondary. Questionnaire was used to collect the data. Subjects were women presenting stillbirth as case and women presenting live birth as control. Sample size was 55 for each group. Hypothesis test used McNemar with p=0.05 and Confidence Interval 95%. Conditional logistic regression was used to see the significance of extraneous variable at nutritional and anemia status with stillbirth. Results: The result of multivariable analysis showed that there was a significant relationship between pregnant women’s nutritional and anemia status and stillbirth, and also other related factors such as pregnancy interval and occupational status OR=5.3 (95%CI=1.43-19.45). Conclusion: Pregnant women with nutrition deficiency (chronic energy deficiency) and anemia status had a greater risk to present stillbirth than live birth.

Kata Kunci : Status gizi,Status anemia,Lahir mati, Nutrition status, anemia status, stillbirth


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.