Laporkan Masalah

Kajian penanganan pengungsi bencana Gunung Merapi di barak pengungsian Kecamatan Turi :: Studi kasus letusan Gunung Merapi tahun 2006

BACHRI, Saiful, Ir. Darmanto, Dip.HE., M.Sc

2008 | Tesis | S2 Teknik Sipil

Gunung Merapi merupakan salah satu gunungapi teraktif di dunia. Ancaman letusan cenderung muncul secara tiba-tiba dan tidak terduga. Intensitas letusan yang tinggi ditambah dengan padatnya penduduk di sekitar Gunung Merapi menjadikan gunung ini mempunyai resiko bencana yang tinggi. Status aktif normal menjadi waspada terjadi pada tanggal 15 Maret 2006, kemudian pada tanggal 12 April 2006 naik menjadi siaga, terakhir pada tanggal 13 Mei 2006 naik menjadi status awas. Setelah lebih kurang 1 bulan status awas, erupsi terbesar terjadi pada tanggal 14 Juni 2006 yang memuntahkan lebih kurang 8,5 M3 material disertai awan panas dengan jarak luncur 7 Km ke arah hulu kali Gendol dan kali Opak. Akibat dari letusan tersebut telah membawa 2 korban manusia dan kerusakan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan respons pengungsi di barak pengungsian saat pelaksanaan penanganan pengungsi yang dilakukan oleh Satlak PB Kabupaten Sleman pada waktu terjadi proses erupsi Gunung Merapi tahun 2006, sehingga dapat mengetahui faktor- faktor yang berpengaruh kuat dalam pelaksanaan penanganan pengungsi tersebut. Dalam penentuan respon pengungsi dan faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan penanganan pengungsi dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan wawancara secara individual terhadap sebagian penduduk di Dusun Ngandong Desa Girikerto dan Dusun Tunggularum Desa Wonokerto Kecamatan Turi. Dari hasil kajian menunjukkan bahwa respon pengungsi terhadap adanya tempat pengungsian dan persediaan/pelayanan logistik adalah cukup dengan skor ratarata 2,42 dan 1,88. Ini menunjukkan bahwa faktor tempat pengungsian dan pelayanan logistik belum sesuai dengan sasaran dari Satlak PB Kabupaten Sleman. Adapun respon penduduk terhadap adanya prasarana air bersih dan pelayanan kesehatan adalah baik dengan skor rata-rata 3,52 dan 4,85. Dengan demikian adanya prasarana air bersih dan pelayanan kesehatan sudah sesuai dengan sasaran yang diharapkan Satlak PB Kabupaten Sleman. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dalam pelaksanaan penanganan pengungsi adala h persediaan/pelayanan logistik, karena kegiatan ekonomi sehari-hari penduduk Dusun Ngandong dan Tunggularum selama masa krisis Gunung Merapi tahun 2006 menjadi lumpuh atau terhenti. Akibatnya penduduk setempat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.

Mt. Merapi is one of the most active volcanoes in the world. Mt Merapi disaster tends to happen unpredictably. The high intensity eruption causes this volcano to have high disaster risk. On March 15, 2006 the status of Merapi was raised from active “aktif” to “waspada”. The “waspada” status was raised to alert “siaga” status on April 12, 2006, and it was upgraded to the dangerous “awas” status on May 13, 2006. Approximately a month later, the greatest eruption took place on the 14th of June 2006 where 8,5 m3 materials was emitted. 2 Casualties were reported from the eruption. This research aims at determining fefugees response in the refugee camp during the evacuation conducted by Satlak PB Kabupaten Sleman in 2006, and finding influential factors in the refugee management. The research was carried out by spreading questioners and conducting individual interviews to some communities in Dusun Ngandong Desa Girikerto and Dusun Tunggularum Desa Wonokerto Kecamatan Turi to get the data. The research shows that the refugees response on the condition of the evacuation place and the logistic supply is adequate with average score to poin 2,42 and 1,88. This indicates that the evacuation place and the logistic supply have not met the target of Satlak PB Kabupaten Sleman. However, the score of the supply of water and health service was good, that is 3,52 and 4,05. The supply of water and health service have met the target of Satlak PB Kabupaten Sleman. It can be found from the research that the influential factor in the refugee management is logistic supply, because the economy activity of Dusun Ngandong and Tunggularum community was halted due to the eruption. As the consequence they cannot fulfill their own need.

Kata Kunci : Penanganan pengungsi,Bencana Gunung Merapi,Barak pengungsian,refugees management,Mt. Merapi disaster,refugee camp.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.