Laporkan Masalah

Evaluasi program pemanfaatan sapi Bali dalam rangka membangun sinergi antara perkebunan dengan masyarakat di PT. Perkebunan Nusantara IV Medan

SOEKASMAN, Hanif, Dr. Ir. Any Suryantini, MM

2008 | Tesis | S2 Magister Manajemen Agribisnis

Dalam sistem budidaya kelapa sawit, manajemen panen angkut dan olah (PAO) merupakan rangkaian rantai proses produksi yang strategis. Produktivitas lahan, rendemen minyak, dan mutu produksi (nilai ambang kandungan asam lemak bebas), banyak ditentukan kemampuan manajemen kebun mengoptimalkan pelaksanaan PAO, sehingga seluruh potensi produksi bisa dipanen dan dikrimkan pada hari yang sama ke pabrik (Pabrik Kelapa Sawit, PKS). Permasalahan yang sering timbul dalam manajemen PAO adalah dijumpainya TBS yang tidak dipanen/terangkut karena medan yang berat, yaitu topografi curam, dan atau kondisi jalan yang tidak layak, terutama di musim penghujan. Untuk mengatasi kendala pengangkutan TBS dari medan yang terjal, penggunaan ternak seperti kerbau dan sapi merupakan pilihan yang rasional. Berkaitan dengan pengamanan areal, pada kebun-kebun yang berbatasan dengan areal pemukiman penduduk/kebun masyarakat, sering terjadi konflik kepentingan akibat adanya pencurian TBS dan penggembalaan ternak secara liar yang merusak tanaman kelapa sawit, terutaam tanaman muda. Pengendalian pengamanan dengan pendekatan represif/formal seringkali menimbulkan gesekan sosial, yang berpotensi menimbulkan konflik terbuka. Atas pertimbangan tersebut, membangun kemitraan dengan masyarakat, agar tidak menggembalakan sapinya secara sembarangan, dengan membina dan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sapinya dalam pekerjaan panen merupakan solusi yang saling menguntungkan. Pada satu sisi ternak tidak digembalakan di areal kebun, peternak memperoleh penghasilan tambahan dari premi pengangkutan hasil, dan perusahaan diuntungkan dengan turunnya pengguanan tenaga tetap (karyawan tetap), berkurangnya TBS yang teringgal – yang memicu pencurian TBS, dan terangkutnya produksi pada areal marjinal (daerah terpencil, curam, jauh dari jalan). Hasil dari penerapan program kemitraan antara masyarakat peternak dengan perkebunan, yang dimulai tahun 2004 - dan mulai efektif berjalan sejak 2006, menunjukkan hasil yang memuaskan. Produktivitas meningkat, biaya produksi menurun dan hubungan dengan masyarakat sekitar semakin harmonis.

In the system of oil-palm culture, the management of harvest, transport and process (PAO) is a series of strategic production process. The productivity of land, oil rendemen, and production quality (the threshold of free fatty acid contained) are mostly determined by how the management of the plantation can optimize the implementation of PAO that all of production potentials can be harvested and transported to the oilpalm factory (PKS) on the same day. The common problem existing in the management of PAO is that bunches of fresh oil-palm fruits (TBS) cannot be harvested and transported because of hard terrain such as steep topography and/or unfeasible road condition especially in rainy (wet) season. To overcome the constraint of transporting the TBS from the steep terrain, the use of water buffalo and cow is of the rational choice. In relation to area security, in the plantations which directly border on residential areas/plantations belong to the local community, conflict of interest resulted from the stealing of TBS and illegal cow herding that damages the oil-palm plants especially the young ones, frequently happens. To control the security with repressive/formal approach always results in social friction with potential to create an open conflict. Based on this consideration, associating with the local community, helping them develop themselves, asking them not to illegally herd their cows in the plantation area, and inviting them to participate and use their cows in harvest work are the solutions which mutually benefit both parties. Consequently, the cows are not illegally herded, the cowherds get the side income from the premium of product transport, the company is benefited from decreasing use of permanent workers, less TBS left – which always triggers the stealing of TBS – and the production potentials in the marginal areas (the areas which are remote, steep, and far from the road of production) can be transported. The implementation of the association program between cowherd community and plantation initiated in 2004 and began to be effective in 2006 has shown a satisfactory result. The productivity increases, the cost of production decreases and the relationship with the local community living around the plantation is increasingly harmonious.

Kata Kunci : Rendemen,Asam lemak,Penggembalaan ternak,Konflik sosial,free fatty acid, topography, herding, repressive, conflict, marginal area, association


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.