Laporkan Masalah

Analisis risiko awan panas Gunungapi Merapi pasca erupsi 2006 terhadap bangunan dan penduduk Kabupaten Sleman

KURNIAWAN, Muhammad Wahid Dody, Prof.Dr. Sutikno

2007 | Tesis | S2 Magister Geo Informasi dan Penataan Ruang dan M

Penelitian ini bertujuan : (1) menganalisis risiko awan panas GA Merapi pascaerupsi 2006 pada Kawasan Rawan Bencana III dan II di Kabupaten Sleman; (2) menganalisis potensi kehilangan pada elemen berisiko bangunan dan penduduk pada siang dan malam hari di daerah berisiko tinggi di Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan yaitu teknik interpretasi citra penginderaan jauh dalam perolehan datanya dengan menggunakan pendekatan satuan Kawasan Rawan Bencana, dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai alat untuk menganalisis data, baik data grafis maupun data atribut. Hasil interpretasi beserta informasi tambahan yang diperoleh melalui kerja lapangan digunakan sebagai data dalam SIG. Metode survei yang digunakan adalah area sampling, dengan jenis bangunan sebagai hampiran analisis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelas risiko tinggi bahaya awan panas Gunungapi Merapi terletak pada kawasan KRB II dan Desa Hargobinangun serta KRB II dan Desa Purwobinangun. Hal ini disebabkan karena pada kedua tempat tersebut memiliki tingkat kepadatan lahan terbangun yang sangat tinggi sehingga konsentrasi penduduk pada kedua tempat tersebut juga tinggi. Potensi kehilangan bahaya awan panas Gunungapi Merapi terhadap bangunan dan penduduk tertinggi ada pada kawasan KRB II dan Desa Hargobinangun. Hal ini karena adanya obyek wisata Kaliurang. Secara keseluruhan potensi kehilangan bahaya awan panas di kedua tempat tersebut adalah jumlah bangunan 3247 buah, populasi penduduk pada hari kerja (Senin-Sabtu) di siang hari 6228 jiwa, populasi penduduk pada hari kerja (Senin-Sabtu) di malam hari 9595 jiwa, populasi penduduk pada hari libur di siang hari 13.879 jiwa, dan populasi penduduk pada hari libur di malam hari 13.547 jiwa

This research is aimed to (1) analyzing the glowing cloud danger risk map of Merapi volcano after eruption at 2006 in Disaster Prone Area of zone III and II in Sleman district; (2) analyzing loss estimation at element at risk of building and the risk population in daytime and nighttime in high risk area in Sleman district. The research method is using interpretation technique of remote sensing in data acquirement through disaster prone area approach. Geographical Information System (GIS) is used as a tool to analyze the data, such as graphical data and also attribute data. The interpretation result and added information that obtained through field check used as data in GIS. The sampling method is area sampling that is base on building variety as an analysis approach. The research conclude that high risk level of glowing cloud danger of Merapi volcano lay in zone II of disaster prone area and Hargobinangun village and zone II of disaster prone area and Purwobinangun village. It is caused that both place above have very high density of build up area, so that the resident concentration in both place have high level too. The highest loss estimation of glowing cloud danger at Merapi volcano to building and population is zone II of disaster prone area and Hargobinangun village. It is caused of the existence of Kaliurang recreation area. Totally in both place, loss estimation of glowing cloud danger are number of building 3247, risk population in wok days at daytime 6228, risk population in wok days at nighttime 9595, risk population in holidays at daytime 13.879, and risk population in holidays at nighttime 13.547.

Kata Kunci : Bencana Alam, Resiko Bencana, Awan Panas Gunungapi, risk of glowing cloud danger, loss estimation to building and risk population in daytime and nighttime, remote sensing, geographical information system


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.