Laporkan Masalah

Contesting the Meanings of Disaster :: A Studi on Wonokromo People's Responses to the 27th May 2006 Eartquake

BASRI, Mohammad Hasan, Dr. Zainal Abidin Bagir

2007 | Tesis | S2 Ilmu Perbandingan Agama

Secara geografis, Indonesia merupakan negara yang sangat berpotensi atau rawan terjadi bencana baik berupa bencana alam (natural disaster) maupun bencana akibat ulah kelalaian manusia (man-made disaster). Namun sayang sekali, para akademisi dan para peneliti masih sedikit yang tertarik untuk lebih jauh mengkaji bencana utamanya dalam perpektif ilmu-ilmu sosial. Sebagai salah satu upaya memulai kajian bencana di negeri ini, thesis ini diharapkan menjadi titik awal pengembangan ilmu-ilmu sosial dalam kajian bencana. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian lapangan (fieldwork) di desa Wonokromo, yaitu salah satu desa yang terkena bencana gempa 27 Mei 2006 dengan tingkat kerusakan yang sangat parah (91% tempat tinggal hancur total). Karena fokus penelitian ini adalah respon kognitif (pemaknaan) masyarakat terhadap gempa, maka pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan anggota masyarakat Wonokromo, yaitu 16 orang responden (rincian 7 perempuan dan 9 laki-laki) dari bermacam-macam latar belakang: petani, pedagang, guru, dan pemuka agama. Di samping itu, pengumpulan data juga didukung dengan hasil observasi peneliti selama berada di lokasi penelitian, serta beberapa sumber yang diperoleh dari surat kabar dan majalah. Sebagai dasar teori (theoretical framework), thesis ini menelusuri konsepkonsep yang berkembang dalam kajian bencana. Ada tiga konsep pokok yang digunakan dalam study ini. (1) Dalam penelitian antropologi bencana, kajian ini tergolong penelitian dengan pendekatan sosio-kultural (socio-cultural approach) yang diperkenalkan oleh Anthony Oliver-Smith (2002), dengan meneliti salah satu dampak bencana pada fungsi-fungsi social, yakni (2) wilayah pemaknaan (system of meaning) berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh Charles E. Fritz (1989). Kemudian, (3) bagaimana proses pemaknaan tersebut (meaning construction) berlangsung dan saling mempengaruhi (meaning contestation) di dalam benak masyarakat (Meredith B. McGuire: 1981). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses kontestasi pemaknaan masyarakat dalam merespon bencana gempa dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu agama (religious meaning), Budaya Jawa (Javanese meaning), dan penjelasan sains (scientific meaning). Walaupun ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, berdasarkan respon masyarakat Wonokromo, aspek agama sangat mendominasi pikiran mereka. Ada empat variasi pemaknaan yang didasarkan pada aspek agama, yakni bencana sebagai hukuman, cobaan, tes, dan surat cinta dari Tuhan. Respon ini secara implisit masih problematis terutama jika dikaitkan dengan masalah theodicy (problem of evil) di dalam teologi dan proses pemulihan bencana karena pandangan seperti ini cenderung memojokkan korban (blaming the victims).

Indonesia is a disaster prone country since geographically it is located in the fault lines and the ring of fire where various disasters, both natural and manmade potentially occur. However, in this country, academics and researchers have not paid much attention to the development of disaster studies especially in terms of social sciences. This thesis attempts to take account in disaster studies by scrutinizing the way Yoygakarta people responded to the earthquake that happened on May 27, 2006. This qualitative research was conducted in Wonokromo village as one of the regions with serious damages and losses. The focus of the study is meaning construction in the mind of the villagers in responding to the earthquake by collecting data through observation, interviews with the villagers, and other resources such as newspapers, magazines, etc. As a theoretical framework, this thesis traces some concepts as a means of analysis. From the viewpoint of an anthropological approach on disaster research, this study uses a socio-cultural approach (Anthony Oliver-Smith) by focusing on one of the earthquake’s impacts on the vital functioning of society i.e. on the system of meaning (Charles E. Fritz), then looking at the meaning construction and the process of contestation (Meredith B. McGuire) of the villagers’ responses (meanings) to the earthquake. The finding of the research is that villagers’ meaning contestations are influenced by three aspects i.e. religion (religious meaning), Javanese culture (Javanese meaning), and natural explanation (scientific meaning). Those three aspects contest one another. However, in the contestation process of those three aspects, religious meaning is the dominant one. Yet, it is not a single response since there also are variations behind the religious response. These responses are still problematic both in the light of theodicy and in the light of the recovery process that tends to blame the victims.

Kata Kunci : Bencana Alam,Respon Masyarakat,Agama, disaster studies, earthquake, religion, Javanese, science


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.