Laporkan Masalah

Klasifikasi tumbuh-tumbuhan dalam bahasa Jawa :: Sebuah kajian linguistik antropologis

SUHANDANO, Promotor Prof.Drs. M. Ramlan

2004 | Disertasi | S3 Linguistik

Disertasi ini merupakan kajian deskriptif mengenai klasifikasi tumbuhtumbuhan dalam bahasa Jawa. Studi dilakukan melalui pendekatan linguistik antropologis, yaitu mengkaji bahasa dalam konteks sosial budaya yang luas. Tujuannya ialah untuk mengetahui bagaimana penutur bahasa Jawa mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya sebagaimana tercermin dalam bahasa mereka dan menafsirkan pandangan budaya yang melatarbelakangi pengklasifikasian tersebut. Selain itu, kajian ini juga bertujuan untuk mengetahui kesesuaian prinsip-prinsip umum klasifikasi dan tata nama folk biologi yang dikemukakan Berlin dkk. (1973) pada bahasa Jawa. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah pertama yang dilakukan ialah mendaftar atau menginventarisasi leksikon etnobotani dalam bahasa Jawa dan mencatat informasi yang berkaitan dengannya. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap leksikon etnobotani hasil inventarisasi tersebut. Dari hasil analisis diketahui bahwa secara garis besar klasifikasi tumbuh-tumbuhan dalam bahasa Jawa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu klasifikasi taksonomi dan klasifikasi fungsional. Klasifikasi taksonomi adalah pengelompokkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan pada kesamaan karakteristik fisiknya, sedangkan klasifikasi fungsional adalah pengelompokkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan pada fungsi atau manfaatnya. Selain itu, terdapat pula jenis klasifikasi yang lain seperti klasifikasi berdasarkan umur tumbuh-tumbuhan dan tempat tumbuhnya. Jenis-jenis klasifikasi tersebut tidak selalu pilah, tumpang tindih antara klasifikasi yang satu dengan klasifikasi lainnya dapat terjadi. Dalam klasifikasi taksonomi nama tumbuh-tumbuhan dan kelompok tumbuh-tumbuhan dalam bahasa Jawa dapat dipilah-pilah ke dalam enam kategori etnobiologi yang selanjutnya dapat disusun ke dalam urutan berjenjang yang bersifat hierarkhis taksonomis. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip umum klasifikasi folk biologi yang dikemukakan Berlin dkk. (1973), dengan catatan terdapat satu kategori etnobiologi dalam bahasa Jawa yang belum dikemukakan oleh Berlin dkk., yaitu kategori subvarietal. Data dalam bahasa Jawa juga memperkuat pernyataan Berlin dkk. mengenai perlunya kategori antara (intermediate) dalam struktur taksonomi. Tata nama dalam klasifikasi taksonomi tumbuh-tumbuhan dalam bahasa Jawa secara garis besar juga sesuai dengan prinsip-prinsip umum tata nama folk biologi yang dikemukakan Berlin dkk., dengan catatan pembedaan leksem primer menjadi leksem primer yang produktif dan leksem primer tidak produktif kurang relevan dengan data pada bahasa Jawa. Secara fungsional tumbuh-tumbuhan dalam bahasa Jawa dibedakan menjadi dua kelompok besar yang masing-masing diacu dengan leksikon tanduran (taneÞman) dan theÞthukulan (teÞtuwuhan). Leksikon tanduran mengacu pada kelompok tumbuh-tumbuhan yang sengaja ditanam atau dibudiyakan, sedangkan leksikon theÞthukulan mengacu pada kelompok tumbuh-tumbuhan liar (tidak ditanam). Suatu tumbuh-tumbuhan dibudidayakan apabila memiliki manfaat dalam kehidupan manusia dan dibiarkan hidup liar apabila kurang bermanfaat. Leksikon yang mengacu pada nama kelompok tumbuh-tumbuhan lebih banyak ditemukan pada kelompok tanduran, terutama pada tumbuh-tumbuhan penghasil bahan makanan. Dalam pada itu, juga ditemukan sejumlah leksikon khusus yang berkaitan dengan tahap-tahap pertumbuhan, pembudidayaan, dan bagian tumbuh-tumbuhan.

This paper presents a description of plants classification in Javanese. The description is presented within the framework of anthropological linguistics in which the Javanese (in this case the lexicons of ethnobotany in the language) is analysed in terms of its wider social and cultural context. The purposes of the study are to give a comprehensive description of how Javanese people classify plants in their environment as reflected on their language and to interpret cultural aspects that underlie the classification. Besides that, the study is also intended to test the general principles of classification and nomenclature in folk biology as proposed by Berlin et. al. (1973) on Javanese data. To obstain the objectives, the lexicons of ethnobotany in Javanese are inventarised and then are analysed. The result is that there are two dominant types of plants classification in Javanese: taxonomic classification in which plants are classified based on their physical characteristic similarities and functional calssification in which plants are classified based on their functional similarities. Besides that, there are also other types of classification such as classification based on the age of plants and the place where the plants grow. These types of classification, however, are not clear cut. Based on the degree of their physical characteristic similarities, plants in Javanese are classified into six ethnobiological categories. The six ethnobiological categories, then, can be arranged hierarchically to form the structure of ethnobiological taxonomy. This agrees with the general principles of classification in folk biology as proposed by Berlin et.al. (1973), with an additional ethnobiological category, sub-varietal category. Moreover, a category (called intermediate) that Berlin et.al. said “... may be required as further research is carried out...” is found in Javanese so that Javanese data support the existence of this category in the structure of ethnobiological taxonomy. The Javanese data also agree with the general principles of nomenclature in folk biology as proposed by Berlin et.al. (1973), but the distinction of primary lexeme into productive and unproductive primary lexeme seems irrelevan on Javanese data. In the functional classification, plants in Javanese are classified in to two categories. The two categories are cultivated plants and uncultivated plants. The cultivated plants are called tanduran (taneÞman) and the uncultivated plants are called theÞthukulan (teÞtuwuhan). The cultivated plants are further classified, and many categories are found in food plants. Besides that, there are also special lexicons in Javanese that refer to phases of plant growth, cultivation activities, and parts of plants.

Kata Kunci : Linguistik Antropologis,Bahasa Jawa,Tata Nama Tumbuh,tumbuhan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.