Laporkan Masalah

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT INDUSTRI JAMU SEBAGAI BAHAN PAKAN DAN ANTIPARASIT PADA KAMBING KACANG

ARIF NINDYO KISWORO, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPM,

2018 | Disertasi | S3 Ilmu Peternakan

Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi limbah padat industri jamu (LPIJ) sebagai suplemen atau bahan pakan fungsional, pengganti hijauan sumber serat dan antiparasit pada ternak ruminansia, dan menemukan level optimum limbah padat jamu dalam ransum yang dapat meningkatkan kinerja produksi kambing Kacang dengan biaya pakan yang efisien. Percobaan menggunakan sampel LPIJ dari PT. Deltomed Laboratories Tbk. yang dibuat menjadi tiga bentuk sediaan yaitu LPIJ kering matahari (LPIJKM), freeze dry (LPIJFD), dan silase (SilLPIJ). Penelitian terbagi atas tiga tahap. Penelitian tahap pertama adalah analisis potensi produksi, analisis fisik, palatabilitas, analisis kandungan nutrien, kandungan metabolit sekunder dan efek anthelmintik LPIJ. Penelitian tahap ke-2 adalah percobaan in vitro gas tes menggunakan ransum percobaan dengan level 0, 10, 20, 30, 40 dan 50% LPIJ (R0 - R50) untuk mengamati pengaruh substitusi rumput raja dengan LPIJ dalam ransum lengkap terhadap kinetika produksi gas, produksi metana, NH3, VFA, protozoa, protein mikrobia dan kecernaan secara in vitro. PEG ditambahkan pada ke tiga sediaan LPIJ dan ransum untuk mengetahui aktivitas biologis tanin. Penelitian tahap ke-3 adalah penelitian in vivo menggunakan ransum percobaan untuk kambing Kacang dengan imbangan hijauan dan konsentrat 50:50 dengan empat perlakuan perbandingan rumput raja dan LPIJ, yaitu: R0= 50%:0% (perlakuan kontrol), R20= 30%:20%, R30= 20%:30%, dan R40: 10%:40%. Parameter yang diamati adalah jumlah telur cacing dan oosista koksidia feses, tingkat kecernaan bahan kering, bahan organik, protein kasar, sintesis protein mikrobia dan keseimbangan nitrogen. Penelitian dirancang menggunakan rancangan acak lengkap pola searah dan dianalisis variansi. Analisis Income ofer feed cost (IOFC) dilakukan untuk mengetahui tingkat pendapatan setiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan volume produksi LPIJ mencapai 6 - 8 m3/hari atau 4.020 - 5.360 kg/hari, LPIJ antara lain mengandung 10,8% PK, 23,6% SK, 1,6% LK, dan 59,3% ETN. Kandungan nutrien limbah padat jamu mendekati rumput raja dengan kandungan lignin yang tinggi (17,53%), LPIJ mengandung total fenol, flavonoid, tanin, saponin, alkaloid dan minyak esensial yang secara umum memiliki efek antimikrobia. Palatabilitas LPIJKM paling baik dibandingkan LPIJ segar dan SilLPIJ. Percobaan efek anthelmintik in vitro menunjukkan ketiga sediaan LPIJ memiliki efek anthelmintik yang nyata. Semakin tinggi konsentrasi LPIJ dan Semakin lama waktu perendaman akan meningkatkan mortalitas cacing Haemonchus contortus. Percobaan in vivo terhadap efek anthelmintik dan antikoksidia LPIJ menunjukkan penurunan jumlah telur cacing yang nyata (P<0,05) dan kecenderungan penurunan oosista koksidia di dalam feses dengan naiknya konsentrasi LPIJ di dalam ransum. Percobaan in vitro produksi gas menghasilkan produksi gas, metana, NH3, protein mikrobia dan kecernaan SilLPIJ terendah dibandingkan sediaan LPIJ lain yang diduga disebabkan kandungan metabolit sekunder terutama tanin yang tinggi. Produksi gas dan protozoa ransum perlakuan R10 dan R20 lebih tinggi dibandingkan R0, R30, R40 dan R50. Produksi metana dan amonia semakin rendah dengan naiknya konsentrasi LPIJ dalam ransum. Kadar VFA perlakuan R40 dan R50 nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan R0 tetapi masih dalam kisaran normal, Kenaikan konsentrasi LPIJ dalam ransum R0 - R50 tidak menurunkan produksi protein mikrobia rumen dan degradasi bahan kering dan bahan organik ransum percobaan. Aktivitas biologis tanin yang tercermin dari perubahan parameter fermentasi setelah penambahan PEG pada ransum percobaan tampak nyata mulai perlakuan R10 terhadap produksi gas, amonia, dan protein mikrobia, mulai perlakuan R50 terhadap gas metana dan protozoa, dan mulai perlakuan R40 terhadap VFA. Penggunaan LPIJ sebagai substitusi rumput raja di dalam ransum kambing Kacang betina hingga taraf 30% menurunkan tingkat kecernaan ransum (P<0,05), dan cenderung menurunkan retensi nitrogen (N) (P<0,06) tetapi menunjukkan tingkat pertambahan bobot badan yang tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Penggunaan 20 dan 30% LPIJ dalam ransum meningkatkan sintesis protein mikrobia dengan nyata (P<0,05), sementara pendapatan usaha berdasarkan biaya pakan yang dikeluarkan meningkat sebesar 61,6 - 64,8% dibandingkan ransum standar (R0). Melihat potensi produksi dan kandungan nutriennya, LPIJ dapat digunakan sebagai alternatif suplemen atau bahan pakan fungsional pengganti sumber serat dan anthelmintik dengan perhatian terhadap kandungan metabolit sekunder yang dapat mempengaruhi proses fermentasi dan kecernaan di dalam rumen.

This study aimed to explore the potency of solid waste of herbal industry (SWHI) as feed suplement and functional feed ingredient, to substitute forage as fiber source and as antiparasitic agent in ruminant livestock and find optimum level of herbal solid waste in ration which can improve Kacang goat production performance with efficient feed cost. SWHI samples was collected from PT. Deltomed Laboratories Tbk. which were made into three forms (sun dried, freeze dry, silage). The study was divided into three stages. The first stage was the analysis of production potential, physical, palatability, nutrient content, secondary metabolite content and palatability of SWHI. The second phase of the research was an experimental in vitro gas test using experimental ration of 0, 10, 20, 30, 40, and 50% of SWHI to observe the effect of king grass substitution with SWHI in complete ration to gas production kinetics, methane, NH3, VFA, protozoa, microbial protein production and digestibility in vitro. PEG was added to the three SWHI preparations and rations to determine the biological activity of tannins. The third phase was an in vivo study using experimental ration for goat with 50:50 forage and concentrate balance with four different ratio of king grass and SWHI : R0 = 50%: 0% (control treatment), R20 = 30%: 20 %, R30 = 20%: 30%, and R40: 10%: 40%. The parameters observed were the number of faecal worm eggs and oocysta coccidia, dry matter digestibility, organic matter digestibility, crude protein digestibility, microbial protein synthesis and nitrogen balance. The study was designed using a completely randomized design and analyzed variance. An Income over feed cost (IOFC) analysis was conducted to determine the income level of each treatment and the results were analyzed descriptively. The results showed SWHI production volume reached 6 - 8 m3 / day or 4,020 - 5,360 kg / day, SWHI contained 10.8% PK, 23.6% SK, 1.6% LK and 59.3% ETN, respectively. The nutrient content of the solid herbal waste approaches the king's grass with a high lignin content (17.53%), further, SWHI contains total phenol, flavonoids, tannins, saponins, alkaloids and essential oils that generally have antimicrobial effects. Sun dry SWHI had the best palatability compared to fresh SWHI and SWHI silage. In vitro anthelmintic effect trials of solid waste of herbal industry show that SWHI has a significant anthelmintic effect, both in sun dry, freeze dry or silage, whith the effective anthelmintic effect at 25% concentration. The higher the concentration of SWHI and the longer the immersion time will increase H. contortus worm mortality. In vivo experiments on the antiparacitic effects of SWHI showed a tendency of decreasing the number of worm eggs and oocysta by the increasing of the concentration of SWHI in the ration. In vitro gas production experiments resulted in the lowest production of gas, methane, NH3, microbial protein and digestibility of SWHI silage compared to other SWHI preparations suspected by higher secondary metabolite content, especially tannins. The production of gas and protozoan in R0 treatment was lower than R10 and R20 but higher than R30 to R50, methane and ammonia was decreased with increasing SWHI concentration in R0 to R50, VFA content of R40 and R50 treatment was lower than R0 but still in the normal range. An increase in SWHI concentration in R0 to R50 ration did not decrease the rumen microbial protein, dry matter and organic matter degradation of experimental rations. The biological activity of tannins reflected by the change of the fermentation parameters after PEG addition to the experimental ration was apparent from the treatment of R10 on gas, ammonia and microbial proteins, from R50 treatment on methane and protozoa, and from R40 on VFA. Utilization of SWHI as a king grass substitute in female Kacang goat ration up to 30% level could decreased the digestibility level of the ration (P<0.05), and tends to decrease nitrogen retention (P<0.06), but it shows that the weight gain was not significantly different from the control treatment. The use of 20 and 30% of SWHI in rations increased the microbials protein synthesis significantly (P<0.05), while business income based on feed costs increased by 61.6 to 64.8%. According to the production potential and its nutrient content, SWHI can be used as a feed suplement or fungtional feed for ruminant (as fiber sources and antelmintik), with attention to the content of secondary metabolites that can affect the process of fermentation and digestion in the rumen

Kata Kunci : Limbah padat industri jamu, Kambing Kacang, In Vitro, In Vivo, Antiparasit, Kinerja, Pendapatan/Solid waste of herbal industry, Kacang goat, In vitro, In vivo, Antiparasite, Performance, Income


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.