Laporkan Masalah

Analisis Stakeholder dalam Implementasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di Daerah Istimewa Yogyakarta

ROOSSY BUDIAWAN, Dr. Agus Heruanto Hadna, M.Si

2018 | Tesis | S2 Administrasi Publik

Berbagai macam risiko kesehatan reproduksi remaja di DIY, seperti : kehamilan yang tidak diinginkan, pernikahan usia dini, persalinan usia remaja, dan HIV dan AIDS, menjadi persoalan yang serius untuk segera diatasi, terutama melalui Pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang menyeluruh dan terpadu. Namun, ternyata ditemukan kondisi dimana implementasi Pendidikan KRR di DIY kurang optimal. Oleh sebab itu, penting untuk dilakukan analisis stakeholder dalam konteks tersebut. Peneliti merasa tertarik untuk memahami bagaimana persepsi, kepentingan, kekuasaan, peran, dan pola hubungan antar stakeholder dalam implementasi Pendidikan KRR di DIY. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan studi kasus. Unit analisis pada penelitian ini adalah stakeholder dalam implementasi Pendidikan KRR di DIY. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Persepsi stakeholder menunjukkan bahwa secara umum kesehatan reproduksi masih didefinisikan dalam arti luas, sebagai kondisi reproduksi sehat yang dilihat dari beberapa aspek, bukan hanya aspek fisik. Namun, kondisi seksual sehat sebagai bagian dari kesehatan reproduksi, kurang ditekankan oleh sebagian besar stakeholder. Sementara itu, semua stakeholder memandang Pendidikan KRR yang menyeluruh dan terpadu sebagai suatu prioritas, dimana secara umum implementasi Pendidikan KRR diharapkan akan meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual secara benar dan akurat. Berdasarkan analisis kepentingan dan kekuasaan stakeholder dalam implementasi Pendidikan KRR di DIY, maka dapat dilakukan pemetaan stakeholder dengan menggunakan "Power-Interest Grids" menjadi 4 kategori, yang meliputi : (1) Stakeholder dengan kepentingan tinggi dan kekuasaan tinggi, yaitu : Gubernur DIY, Dinas DIKPORA DIY, BPPM DIY, Dinas Sosial DIY, Dinas Kesehatan DIY, Perwakilan BKKBN DIY, Kanwil Kemenag DIY, PKBI DIY, dan SAPDA, (2) Stakeholder dengan kepentingan tinggi dan kekuasaan rendah, yaitu : Forum Guru Kesehatan Reproduksi dan Organisasi Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi, (3) Stakeholder dengan kepentingan rendah dan kekuasaan tinggi, yaitu : DPRD DIY dan BAPPEDA DIY, dan (4) Stakeholder dengan kepentingan rendah dan kekuasaan rendah, yaitu : Biro Adminitrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan Setda DIY. Dalam menjalankan perannya, beberapa stakeholder mengalami disfungsi peran. Selain itu, pola hubungan antar stakeholder yang dilihat dengan "stakeholder-issue interrelationship diagrams", menunjukkan bahwa beberapa interaksi strategis di antara stakeholder belum terjalin. Kedua permasalahan tersebut membawa konsekuensi negatif, yang pada akhirnya berimplikasi pada pada kurang optimalnya implementasi Pendidikan KRR di DIY.

Various adolescent reproductive health risks in the Special Region of Yogyakarta (DIY), such as: unwanted pregnancy, early marriage, adolescent childbirth, and HIV and AIDS, have become serious issues to be addressed, especially through a comprehensive and integrated Adolescent Reproductive Health (ARH) Education. However, it is found a condition where the implementation of ARH Education in DIY is less than optimal. Therefore, it is important to conduct a stakeholder analysis in order to find the root cause of the condition. Researchers are interested to understand how perceptions, interests, power, roles, and patterns of relationships among stakeholders in the implementation of ARH Education in DIY. This research uses descriptive method with qualitative approach and case study design. The unit of analysis in this research is the various stakeholders in the implementation of ARH Education in DIY. Data collection was done by interview, observation, and documents analysis. Furthermore, the data were analyzed using qualitative data analysis technique. The stakeholders perceptions in this study indicate that generally reproductive health is still defined broadly, as a healthy reproductive condition seen from several aspects, not only physical aspects. However, sexual health as part of reproductive health, is less emphasized by most of stakeholders. Meanwhile, stakeholders consider a comprehensive and integrated ARH Education as a priority, in which generally the implementation of ARH Education is expected to improve adolescent knowledge about reproductive and sexual health correctly and accurately. According to the analysis of stakeholder interests and powers in the implementation of ARH Education in DIY, stakeholder mapping can be done using "Power-Interest Grid" into 4 categories, which include: (1) Stakeholders with high interests and high power (players), are : Gubernur DIY, Dinas DIKPORA DIY, BPPM DIY, Dinas Sosial DIY, Dinas Kesehatan DIY, Perwakilan BKKBN DIY, Kanwil Kemenag DIY, PKBI DIY, and SAPDA, (2) Stakeholders with high interests and low power (subjects), are: Forum Guru Kesehatan Reproduksi dan Organisasi Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi (3) Stakeholders with low interests and high power (context setters), are: DPRD DIY and BAPPEDA DIY, and (4) Stakeholders with low interests and low power (crowd), is : Biro Adminitrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan Setda DIY. In carrying out its role, some stakeholders are experiencing a role dysfunction. In addition, the pattern of stakeholder relationships is seen with stakeholder-issue interrelationship diagrams. It indicates that some strategic interaction among stakeholders has not been established. Both of these problems have negative consequences, which finally have implications for less than optimal implementation of ARH Education in DIY.

Kata Kunci : analisis stakeholder, implementasi kebijakan, pendidikan kesehatan reproduksi remaja


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.