Laporkan Masalah

PERBEDAAN JENIS KUMAN DAN SENSITIVITAS TERHADAP ANTIBIOTIKA PADA PENDERITA FARINGITIS KRONIS DENGAN DAN TANPA REFLUKS LARINGOFARING

DIKA AMELINDA I, dr. Agus Surono, Ph.D., M.Sc., Sp.T.H.T.K.L (K); dr. Dian Paramita Wulandari, M.Sc., Sp.T.H.T.K.L (K)

2018 | Tesis-Spesialis | SP ILMU PENYAKIT THT

Latar belakang: Faringitis kronis adalah suatu kondisi klinis yang sering dijumpai dengan gejala tersering adalah nyeri tenggorok persisten dan merupakan salah satu alasan kunjungan tersering pada dokter keluarga maupun dokter THT. Pada beberapa pasien faringitis kronis, penyebab paling umum adalah refluks laringofaring (RLF). Sekitar 5%-10% pasien yang mengunjungi dokter THT memiliki gejala RLF. Jenis kuman dan sensitivitasnya pada pasien faringitis kronis dengan RLF dapat berubah karena terdapat perubahan keasaman pada mukosa faring akibat refluxate yang mencapai laringofaring. Identifikasi kuman dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk pemilihan terapi yang sesuai pada pasien faringitis kronis dengan RLF. Tujuan: Mengkaji perbedaan jenis kuman dan sensivitas terhadap antibiotik pada penderita faringitis kronis dengan dan tanpa RLF. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji observasional analitik dengan rancangan potong lintang yang dilakukan di poli THT-KL RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta dari periode bulan September 2017-November 2017. Subyek penelitian dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik THT, dan pemeriksaan endoskopi kemudian dilakukan swab pada dinding faring. Hasil swab dianalisis di Departemen Patologi Klinik RSUP DR Sardjito lalu dilakukan uji sensitivitas bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik. Hasil: Pada jenis kelamin tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok penderita faringitis kronis dengan RLF dan tanpa disertai RLF (p=0,271),rerata usia lebih tua (46,33 plus minus 13,789 tahun) didapatkan pada faringitis kronis dengan RLF, tidak terdapat perbedaan bermakna dari segi ditemukannya mikroba tunggal maupun multipel pada kedua kelompok (p=0,093), pada RLF ditemukan flora abnormal yaitu Klebsiella pneumoniae, Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Serratia marcescens, tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari segi jenis kuman (flora normal dan flora abnormal) pada kedua kelompok (p=0,333), tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari segi jenis kuman abnormal (gram positif dan gram negatif) pada kedua kelompok (p=0,714), antibiotik golongan Penicillin, Sefalosporin dan Trimetoprim masih memiliki sensitivitas yang tinggi pada kedua grup. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan pada jenis kuman dan sensitivitas antibiotik pada faringitis kronis dengan dan tanpa RLF.

Background: Chronic pharyngitis is a common clinical condition in which the most common symptom is a persistent sore throat and is one of the most common reason for visits to the family doctor or ENT doctor. In some patients with chronic pharyngitis, laryngopharyngeal reflux (LPR) disease is the most common cause. Approximately 5% -10% of the number of patients visiting an ENT doctor had symptoms of LPR. Types of bacteria and sensitivity in chronic pharyngitis patients with LPR may change due to the change of acidity in the pharyngeal mucosa due to refluxate reaching laryngopharyngeal. Bacterial identification can be used as a consideration for appropriate treatment selection in chronic pharyngitis patients with LPR. Objective: To assess the difference types of bacteria and its sensitivity to antibiotics in patients with chronic pharyngitis with and without laryngopharyngeal reflux. Method: This study was an observational analytic test with cross-sectional design conducted in ENT clinic Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta from the period of September 2017-November 2017. History taking, ENT examination, endoscopic examination and swab on the pharyngeal wall was performed. The result of swab were analyzed in Department of Clinical Pathology of RSUP DR Sardjito and bacterial sensitivity to various types of antibiotics was performed. Result: Based on gender there was no significant difference between group of chronic pharyngitis with RLF and without RLF (p=0,271), mean age was older in chronic pharyngitis with RLF (46,33 plus minus13,789 years), there were no significant differences in the presence of single or multiple microba in both groups (p=0.093), abnormal flora were found in patient with RLF such as Klebsiella pneumoniae, Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, and Serratia marcescens, there were no significant differences types of bacteria (normal flora and abnormal flora) in the two groups (p=0.333), there were also no significant difference types of abnormal bacteria (gram negative and gram positive) in the two groups (p=0,714). Penicillin group, Sefalosporin group and Trimethoprim group antibiotics still have high sensitivity in both groups. Conclusion: There are no significant difference types of bacteria and its sensitivity to antibiotics in patients chronic pharyngitis with and without laryngopharyngeal reflux.

Kata Kunci : Refluks laringofaring, Faringitis kronis, Asam, Bakteri, Antibiotik


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.