Laporkan Masalah

PENGARUH RESOLUSI SPASIAL CITRA PENGINDERAAN JAUH TERHADAP AKURASI HASIL ESTIMASI PRODUKSI TEH DI PERKEBUNAN TEH PT PAGILARAN KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

DYAH PUTERI RAMADANNINGRUM, Muhammad Kamal, M.GIS., Ph.D.

2018 | Skripsi | S1 KARTOGRAFI DAN PENGINDRAAN JAUH

Penginderaan jauh merupakan alat bantu dalam memecahkan suatu masalah yang terkait dengan ruang (lokasi, area), lingkungan (ekologis), dan kewilayahan (regional). Salah satu pemanfaatan citra penginderaan jauh adalah dalam bidang pertanian yaitu estimasi produksi pucuk teh. Pemahaman karakteristik citra sangat dibutuhkan dalam pemilihan jenis citra yang akan digunakan khususnya dalam perhitungan estimasi produksi pucuk teh karena citra penginderaan jauh terus mengalami pembaruan dari waktu ke waktu mengakibatkan bervariasinya jenis citra. Resolusi spasial merupakan salah satu karakteristik citra yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap kebenaran atau akurasi estimasi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui bentuk hubungan antara nilai piksel citra penginderaan jauh terhadap nilai kerapatan dan produksi teh; (2) pemodelan estimasi produksi teh menggunakan citra penginderaan jauh; (3) evaluasi pengaruh resolusi spasial citra penginderaan jauh terhadap tingkat akurasi estimasi produksi tanaman teh di perkebunan Teh PT Pagilaran Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Citra penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat 8 OLI dengan resolusi spasial 30 m perekaman 22 Agustus 2017, Sentinel-2B dengan resolusi spasial 10 m perekaman 25 Agustus 2017, dan SPOT-7 dengan resolusi spasial 6 m perekaman 10 Juli 2016. Pendekatan yang dilakukan melalui kerapatan tajuk yang diperoleh dari hasil transformasi Soil Adjusted vegetation Index (SAVI) pada nilai spektral setiap citra dan hasil survei lapangan. Metode yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi untuk pemodelan kerapatan tajuk pohon teh yang akan digunakan sebagai dasar dalam perhitungan estimasi produksi pucuk teh. Hasil penelitian ini adalah terbentuknya hubungan yang linier dan positif antara citra Landsat 8 OLI, Sentinel-2B, dan SPOT-7 dengan kerapatan tajuk dan produksi pucuk teh di unit produksi Pagilaran sehingga nilai spektral citra berbanding lurus dengan besar kerapatan tajuk dan produksi pucuk teh di lapangan. Berdasarkan uji akurasi yang telah dilakukan, model estimasi produksi pucuk teh memiliki akurasi yang rendah yaitu 37,67% untuk citra Landsat 8 OLI, 57,12% untuk citra Sentinel-2B, dan untuk citra SPOT tidak dilakukan pemodelan estimasi produksi pucuk teh karena nilai bias yang dihasilkan pada pemodelan kerapatan tajuk. Resolusi spasial memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap hasil akurasi estimasi produksi pucuk teh dimana citra Setinel-2B memiliki nilai akurasi yang lebih besar dari pada citra Landsat 8 OLI.

Remote sensing is a tools to solving a problem about space (location, area), environment (ecological), and regional (regional). One of the utilization of remote sensing image in agricultures is estimated production of tea. Understanding the characteristics of the image is needed in the selection of image types that will be used especially in the calculation of tea production estimates. Spatial resolution is one of the characteristics of the image that has a considerable influence on the accuracy of estimation. The purpose of this research (1) knowing the relation between pixel value of remote sensing image to density value and tea production; (2) modeling of tea production estimation using remote sensing image; (3) evaluation spatial resolution effect of remote sensing image to the accuracy of tea production estimation at PT Pagilaran Tea Plantation in Batang Regency, Central Java. Remote sensing imagery used in this research is Landsat 8 OLI with 30 m spatial resolution recording at August 22, 2017, Sentinel-2B with spatial resolution 10 m recording at August 25, 2017, and SPOT-7 with 6 m spatial resolution recording at July 10, 2016. An approach was made through the canopy density obtained from the Soil Adjusted vegetation Index (SAVI) transformation in the spectral value of each image and the results of the field survey. The method used is the correlation and regression analysis for the modeling of tea canopy density, which used as the basis for calculating tea production estimation. The result of this research is linear and positive correlation between Landsat 8 OLI, Sentinel-2B, and SPOT-7 image with canopy density and tea production in Pagilaran production unit so that spectral image value is directly proportional to canopy density and tea production in the field. Based on the accuracy test, the estimated tea production estimation model has a low accuracy ie 37.67% for Landsat 8 OLI image, 51.12% for Sentinel-2B image, and for SPOT image do not modeling of tea production estimation because of the bias on canopy density modeling. Spatial resolution has a substansial effect on the accuracy of tea production estimation in which the Sentinel-2B image has an accuracy of tea production estimation greater than Landsat 8 OLI image.

Kata Kunci : Resolusi spasial, akurasi, estimasi produksi pucuk teh, kerapatan tajuk, korelasi dan regresi, Pagilaran.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.