Representasi "Jilbab Traveler" sebagai Identitas Muslimah Modern dalam Karya-Karya Asma Nadia (Analisis Tekstual dan Respon Pembaca)

RANI DWI PUTRI, Dr. Phil. Arie Setyaningrum, S.Sos., M.A; Prof. Dr. Heru Nugroho; Ab. Widyanta, M.A.

2018 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Di era keterbukaan ditambah dengan perkembangan media telah melahirkan Islam sebagai identitas yang mendominasi di ruang-ruang publik. Salah satunya menguasai proses produksi dan konsumsi budaya populer. Di mana selanjutnya proses ini dinamakan sebagai Islam populer. Asma Nadia adalah salah satu aktor yang tidak bisa dilepaskan dari wacana Islam populer di Indonesia. Karya-karyanya yang sukses dalam memperpadukan unsur-unsur modern dengan simbol dan nilai Islam. Tema jilbab traveler adalah contohnya, tema ini menampilkan sosok perempuan berjilbab yang sukses menjelajahi berbagai belahan dunia. Tentu, tema ini cukup bertentangan dengan budaya Islam yang berkembang. Namun, dalam hal ini Asma Nadia tidak sepenuhnya melawan "agama", ia hanya melakukan negosiasi-negosiasi kecil. Representasi jilbab traveler sebagai sosok "lincah" dan "shalihah" adalah jawaban atas pertanyaan siapa, mengapa, dan bagaimana proses negosiasi seorang jilbab traveler. Dalam kajian novel, pembaca adalah unsur yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini menyangkut bagaimana mereka memaknai teks sesuai dengan pengetahuan, relasi produksi, dan infrastruktur. Pada tahap yang lain, pembaca sekaligus penggemar juga berkaitan dengan budaya konsumsi. Di mana Asma Nadia memanfaatkan kondisi tersebut dengan mengkonstruksikan "Islamic Feminine Identity" untuk membangun istana bisnisnya.

The era of openness added to the development of media has given birth Islam as an identity that dominates in the public spaces. One of them is dominating production process and popular culture. Asma Nadia is one of the actors that can't be separated from the popular Islamic discourse in Indonesia. Her works is successfully in mixing and matching modern elements with Islamic symbols and values. Theme the Jilbab Traveler for examples, this theme displays the figure of women veiled that successfully explore various parts of the world. Certainly, this theme is quite contrary to the growing Islamic culture. However, in this case, Asma Nadia does not completely fight "religion", but she only does small negotiations. The representation of the Jilbab Traveler as an "agile" and "pious" figure is the answer to who, why, and how the negotiation process of a Jilbab Traveler. In the novel studies, the reader is an inseparable element. This concerns how they interpret the text appropriate with knowledge, production relations, and infrastructure. At another stage, readers, as well as fans, are also associated with a culture of consumption. Asma Nadia exploits the condition by constructing "Islamic Feminine Identity" to build the business palace.

Kata Kunci : Islam Popular, Asma Nadia, Jilbab Traveler, Representation, Identitity, Fandom, Commodification.