Laporkan Masalah

Optimalisasi Kinerja Lalu Lintas Ruas Jalan C. Simanjuntak Dengan Software VISSIM

JALU PERMANA, Dr. Ir. Dewanti, M.S.

2018 | Skripsi | S1 TEKNIK SIPIL

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang merasakan dampak dari pesatnya pertumbuhan kendaraan. Banyaknya pengguna kendaraan di Yogyakarta membuat Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan guna menghindari dampak kemacetan yang timbul. Salah satu kebijakan dari Pemerintah adalah penerapan manajemen lalu lintas yang berupa sistem jalan satu arah di beberapa ruas jalan. Namun penerapan sistem jalan satu arah justru mengakibatkan kemacetan pada ruas jalan yang lain. Salah satu contoh penerapan sistem jalan satu arah adalah pada ruas Jalan C. Simanjuntak, yang mengakibatkan kemacetan pada ruas jalan di sekitar jalan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimalisasi pengaturan Jalan C. Simanjuntak serta mengetahui perbandingan kinerja jaringan Jalan Cik Di Tiro-A. M. Sangaji sebelum dan setelah diberlakukannya rekayasa lalu lintas. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer didapat dari survei lalu lintas, sedangkan data sekunder didapat dari penelitian terdahulu. Data primer berupa volume kendaraan, panjang antrian, geometrik jalan, dan waktu siklus simpang. Data sekunder berupa volume kendaraan. Survei volume kendaraan, panjang antrian, dan waktu siklus simpang dilakukan pada jam puncak sore hari, sedangkan survei geometrik jalan dilakukan pada malam hari. Lokasi survei berada pada ruas Jalan C. Simanjuntak dan sekitarnya yang termasuk dalam jaringan Jalan Cik Di Tiro-A. M. Sangaji. Data hasil survei kemudian dimodelkan dengan software VISSIM. Dalam pemodelan tersebut, beberapa skenario rekayasa lalu lintas kemudian diterapkan untuk mencari hasil yang paling baik. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan menerapkan skenario 1 (membalik arah Jalan C. Simanjuntak menjadi ke arah utara), mampu mengurangi nilai derajat kejenuhan simpang. Penurunan paling besar terjadi pada lengan barat Simpang Mirota (1,26 menjadi 0,73) dan lengan selatan Simpang Jetis (1,01 menjadi 0,89). Selain derajat jenuh simpang, derajat jenuh ruas juga diperhitungkan. Hasil perhitungan derajat jenuh ruas menunjukkan bahwa skenario 2 memiliki nilai yang paling kecil dibandingkan skenario lain. Skenario 2 menghasilkan nilai 620,02 dan skenario 1 menghasilkan nilai 901,35. Namun secara keseluruhan, skenario 1 dianggap memberikan hasil yang paling optimal. Hal ini disebabkan, meskipun hasil perhitungan derajat jenuh ruas jalan skenario 2 lebih baik dari skenario 1, tetapi belum dapat dijadikan acuan karena panjang ruas yang terpengaruh masih berupa asumsi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, perlu diperhitungkan mengenai hambatan samping, parkir on-street, akses jalan minor, dan perilaku pengemudi yang melanggar aturan.

Yogyakarta is one of the cities in Indonesia affected by the rapid growth of vehicles. The large number of vehicle users in Yogyakarta has prompted the Government to issue a policy to avoid traffic congestion. One of the issued policies is the implementation of traffic management in the form of one-way road system in several road segments. However, this one-way road system introduced further congestion on other road segments. An example of the implementation of one-way road system is along C. Simanjuntak street which led to congestion on the surrounding road segments. This study aims to optimize the management of C. Simanjuntak street and analyze the comparison of Cik Di Tiro-A. M. Sangaji road network performance, before and after the implementation of traffic management. This study used primary and secondary data. Primary data obtained from traffic surveys including vehicle volume, queue length, road geometric, and cycle time of intersection, while secondary data obtained from previous researches. Vehicle volume, queue length, and cycle time were surveyed during the afternoon peak hour while the road geometric survey was conducted at night. The survey sites were located on the Cik Di Tiro-A. M. Sangaji road network, including C. Simanjuntak street. The data obtained from the survey was then used for modelling using VISSIM software. From this modeling, some traffic management scenarios were applied and analyzed to find the best solution. The result indicated that the implementation of scenario 1 (reversing the direction of C. Simanjuntak street to the north) reduced the degree of saturation at the intersection. The highest reduction occurred at the western side of Mirota intersection (1,26 to 0,73) and the southern side of Jetis intersection (1,01 to 0,89). In addition to the degree of saturation at the intersection, the degree of saturation at the road segment is also taken into account. The result of saturation degree calculation shows that scenario 2 has the better value compared to other scenario. Scenario 2 generates value of 620,02 and scenario 1 generates value of 901,35. However, scenario 1 is considered to provide the most optimal result. Even though the saturation degree of scenario 2 is better, it can not be used as a reference since the length of the affected road segment was an assumption. Thus, scenario 1 was the recommended solution with the most optimal result. Calculation of side friction, on-street parking, minor road access, and driver's rule-violating behavior should be further carried out for more accurate result.

Kata Kunci : Jalan satu arah, rekayasa lalu lintas, VISSIM, derajat kejenuhan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.