Laporkan Masalah

Menuliskan Ingatan, Menghidupkan Arsip, dan Menyanyikan Sejarah (Studi Kasus Proses Produksi Album Dialita: Dunia Milik Kita Sebagai Medium Pembentukan Wacana terhadap Identitas Eks-Tahanan Politik dan Narasi Sejarah Pasca 1965)

FA`IDA NUR RACHMAWATI, Dr. Budi Irawanto, S.I.P., M.A.

2018 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASI

Rezim Orde Baru merupakan sebuah masa pemerintahan yang identik dengan sensor dan kontrol terhadap media massa. Pengawasan yang terlampau ketat terhadap segala bentuk informasi yang beredar ini merupakan tindakan preventif yang dilakukan rezim untuk memastikan masyarakat yang mereka pimpin tetap patuh dan kooperatif. Sehingga beragam bentuk kekerasan yang dilakukan oleh negara tidak pernah mencapai permukaan. Pasca Reformasi 1998, banyak pihak yang dulu dibungkam mulai mendapatkan kembali suaranya. Dialita adalah salah satunya. Kelompok paduan suara ini beranggotakan perempuan-perempuan yang merupakan kerabat dekat dari eks tahanan politik, juga mereka yang pernah ditahan, diasingkan, atau dibuang karena dianggap terkait dengan aktivitas organisasi komunis. Pada tanggal 17 Agustus 2016 lalu, Dialita meluncurkan album perdana mereka yang bertajuk Dialita: Dunia Milik Kita lewat netlabel YesNoWave, disusul kemudian dengan sebuah konser peluncuran album yang diselenggarakan di kompleks universitas Sanata Dharma, di depan Pohon Beringin Soekarno pada tanggal 1 Oktober 2016. Penelitian ini berfokus pada studi kasus terhadap proses produksi album Dialita: Dunia Milik Kita. Teori relasi kuasa-pengetahuan Michel Foucault dan konsep memori-identitas Barbara Misztal digunakan untuk menganalisa data yang dikumpulkan dengan metode in depth interview dan kajian pustaka. Kedua alat analisis tersebut digunakan untuk membaca pola pembentukan wacana terkait identitas eks-tahanan politik dan narasi sejarah pasca 1965 pada produksi album terkait dan bagaimana musik dapat digunakan sebagai medium dalam pembentukan wacana tersebut. Hasil akhir penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Terkait dengan target audiens yang dituju, album Dialita: Dunia Milik Kita dapat vii dikatakan cukup berhasil dalam hal persebaran wacana terkait 1965 di kalangan anak muda. Hal ini dibuktikan dengan tingginya jumlah pengunduh format digital dan angka penjualan album fisik album tersebut. Keberhasilan album Dialita: Dunia Milik Kita dapat dilihat dari beberapa faktor: pertama, penggunaan kuasa dalam skala yang cukup terkait dengan pengaruh tim produksi dalam proses pembentukan dan distribusi wacana. Kedua, kuatnya profil Dialita sebagai paduan suara penyintas 1965 sebagai identitas kolektif. Terakhir, adalah pendekatan populer yang dilakukan tim produksi dan kolaborator untuk menghidupkan arsip yang dimiliki oleh Dialita.

The Orde Baru regime is a period of government that is synonymous with strict censorship and control over the mass media. Extreme scrutiny of all information that is circulated is a preventive action by the regime to ensure that the people they lead remain complacent and cooperative. So that the various forms of violence perpetrated by the state never reach the surface. After the Reformation of 1998, many parties who had been silenced began to regain their voice. Dialita is one of them. This choir group consists of women who are close relatives of former political prisoners, as well as those who have been detained, exiled, or disposed of as being linked to the activities of the communist organizations. On August 17, 2016, Dialita launched their first album, Dialita: Dunia Milik Kita through YesNoWave netlabel, followed by an album launch concert held at the Sanata Dharma University in front of the Soekarnos Banyan Tree on October 1, 2016. This research focuses on case studies of the production process of Dialita: Dunia Milik Kita album. Michel Foucaults theory of power-knowledge relation and Barbara Misztals memory-identity concept were used to analyze the data collected from an in-depth-interview method and literature review. Both analytical tools are used to read the discourse formation related to the identity of former political prisoners and historical narratives post 1965 on the production process of the album and how music can be used as a medium in the formation of the discourse. The final results of this study yielded several findings. In relation to the intended target audiences, Dialita: Dunia Milik Kita album can be quite successful in terms of the distribution of 1965 discourse among young people. This is evidenced by the high number of digital format downloads and physical album sales figures. The success of Dialita: Dunia Milik Kita album can be seen from several factors: first, the use of power on an adequate scale associated ix with the influence of the production team in the process of discourse formation and distribution. Second, Dialitas strong profile as a survivor of 1965's choir as a collective identity. Finally, it is a popular approach by production teams and collaborators to animate Dialitas archives.

Kata Kunci : Narasi sejarah 1965, relasi kuasa, Michel Foucault, penyintas 65, identitas, ingatan, Barbara Misztal, Dialita, album, musik, komunikasi massa, 1965 historical narrative, power relations, 1965 survivor, identity, memory, music, mass communication


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.