IDENTITAS DALAM CERPEN "MELUKIS LANGIT" KARYA LEILA S. CHUDORI: ANALISIS WACANA KRITIS

RAHMAWATI, Prof. Dr. Faruk, S.U.

2018 | Tesis | S2 Ilmu Sastra

Cerita pendek memberi efek yang panjang bahkan setelah kita membacanya. Bisa jadi tokoh, tempat, dan beragam latar belakang lain tidak begitu terperinci, tetapi pembaca bisa menerka kemungkinan-kemungkinan dalam jalinan kata yang diciptakan pengarang hingga mampu mencipta karya lain di dalam pikirannya. Hal inilah yang membuat cerita pendek menarik. "Melukis Langit" sebagai sebuah karya cerpen oleh Leila S. Chudori, menawarkan hal tersebut. Cerpen ini menampilkan identitas karakter-karakternya secara intens, dengan minim penggambaran tempat dan latar belakang lain. Namun, lewat karakternya semua latar belakang itu perlahan-lahan terpaparkan. Identitas menjadi kata yang tenar di kalangan akademik belakangan ini. Kajian wacana pun tak ketinggalan. Pernyataan bahwa identitas tersusun dalam wacana mengembangkan pemikiran bahwa identitas seungguhnya bukan sesuatu yang terberi yang ada di dalam diri setiap individu, tetapi dipengaruhi oleh wacana di lingkungan individu itu berada. Analisis wacana kritis yang diterapkan Norman Fairclough menawarkan pengungkapan identitas melalui analisis teks, terutama tata bahasa. Penelitian identitas dalam cerpen "Melukis Langit" karya Leila S. Chudori ini menerapkan tiga dimensi analisis wacana kritis yang digagas Norman Fairclough. Analisis tersebut meliputi analisis teks, praktik kewacanaan, dan praktik sosial. Analisis wacana kritis Fairclough menerapkan analisis linguistik untuk megungkap perubahan sosial yang terkonstitusi dalam wacana. Aspek tata bahasa dalam teks disinyalir dapat mengungkapkan identitas si pengguna bahasa. Hasil penelitian menunjukkan Individu-individu yang rahasianya terbuka dalam teks ini adalah Nadira dan Bramantyo Suwandi. Karakter Bramantyo kerap memperlihatkan sikap otoritatifnya dan memiliki sikap mendua terhadap profesinya. Nadira sebagai karakter utama jarang memperlihatkan otoritasnya. Otoritasnya terlihat jika melalui media atau suara lain, yaitu narator cerita. Namun, sama seperti ayahnya ia memiliki sikap mendua terhadap profesi wartawan. "Melukis Langit" menampilkan karya dengan interdiskursivitas yang tinggi. Namun demikian, wacana bahwa kedudukan laki-laki masih lebih unggul dari perempuan tetap muncul dalam cerpen ini sehingga teks "Melukis Langit" masih mempertahankan tatanan wacana yang dominan dan dengan demikian mempertahankan tatanan sosial yang dominan.

Short stories give a long-term effect even after we finished read them. Probably the characters, places, and other backgrounds will not fully describe, but the readers could guess the possibility within the river of words compiled by the authors till they can trigger othet work of art. This is the exciting part of short stories. "Melukis Langit" a short story by Leila S. Chudori provide this insight. This work depict the identities of the characters intensely, with minimum background details. However, through the characters all the background details are slowly discovered. Identity has become a trending word among academics recently. The discourse study won't go left behind. The notion that identity is constructed in discourse had broaden the thought of that identity is not something merely given which lay within each individuals, but influenced by the social space where the individuals belong. Norman Fairclough's critical discourse analysis suggest identity coverage through text analysis, especially grammar. Research of identity in "Melukis Langit" a short story by Leila S. Chudori apply three dimensions of critical discourse analysis by Norman Fairclough. The analysis including text analysis, discourive practice, and social practice. This method apply linguistic analysis to discover social change that constituted in discourse. This grammar of language aspect consider to be able to discover the identity of language user. The results show that individuals whose the secrets reveal in this text are Nadira and Bramantyo Suwandi. Bramantyo keep showing his authorativeness and suffer an ambivalence feeling toward his former profession. Nadira as the main character seldom expose her authorativeness. Her authorativeness show when it's mediated through the narrator voice. However she has the same attitude as his father toward the profession as a journalist. "Melukis Langit" shows with high interdiscursivity. However, the discourse that men position is higher than women is still apparent in this text. Therefore "Melukis Langit" still sustain the dominant order of discorse and therefore sustain the dominant social order.

Kata Kunci : identitas, analisis wacana kritis, Melukis Langit