Laporkan Masalah

Evaluasi Sistem Pengukuran Kinerja Instansi Publik (Studi pada Badang Penanggulangan Bencana Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta)

FIKO RAHARDITO BASKORO, Rusdi Akbar, Ph.D

2018 | Skripsi | S1 AKUNTANSI

Guna mewadahi penanggulangan bencana di Indonesia, pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat nasional dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat daerah. Realisasi BNPB dan BPBD dalam kelembagaan tersebut sebenarnya merupakan bagian dari Sistem Pengendalian Manajemen (SPM). Namun, terdapat sejumlah isu terkait SPM di sektor publik salah satunya adalah sistem pengukuran kinerja yang menjadi salah satu elemen kunci. Berdasarkan tia, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi indikator kinerja yang disusun BPBD DIY serta mengidentifikasi faktor-faktor yang timbul dalam penyusunan indikator kinerja. Guna mencapai tujuan penelitian, peneliti mendesain penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik analisis data mengacu pada teknik analisis Hutter-Hennink yang terdiri atas tahap pengembangan koda, ulasan mendalam, perbandingan, kategorisasi, dan konseptualisasi. Teknik pengumpulan data menggunakan metoda dokumentasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil evaluasi cetak biru kinerja menunjukkan bahwa indikator kinerja yang disusun BPBD DIY memiliki kesesuaian logis serta munculan yang berbasis pada dampak untuk masyarakat. Namun, indikator kinerja BPBD DIY belum berorientasi pada kualitas baik upaya maupun hasil serta belum mengidentifikasikan penyedia layanan dalam aktivitasnya. Adapun munculan desa tangguh tetap terhitung menunjukkan kesesuaian logis karena lingkup desa di DIY sebesar 75% dan satuan wilayah lainnya (kampung dan kelurahan) sudah menjadi fokus organisasi lain, berdasarkan hasil triangulasi dokumen dengan wawancara. Selanjutnya, berdasarkan kategorisasi koda-koda yang disusun peneliti menyimpulkan terdapat beberapa faktor yang hadir dalam penyusunan indikator kinerja BPBD DIY. Faktor-faktor tersebut yakni dukungan (pendampingan dan pelatihan), persepsi, proses pembentukan, serta pengawasan dan apresiasi (monev dan �hadiah-hukuman� dari Gubernur) yang berperan bagi komponen organisasi (utamanya personel) untuk menyusun SAKIP sekaligus merealisasi tujuan organisasi yakni penurunan risiko bencana. Selain itu, peneliti juga menemukan gejala isomorfisma normatif di dalam sistem pengukuran kinerja BPBD DIY.

As a medium to mitigate Indonesian disaster, Indonesia�s government established Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) on national scale and Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) on regional scale. They then maintain Management Control Systems (MCS). However, these are issues related on MCS in public sector which one of them is in Performance Measurement Systems (PMS). Based on that, this research aimed to examine the association between BPBD DIY�s performance indicator by using logic model approach and then evaluate whether its performance measurement system capable to form organizational goal congruence. To achieve the aim of research, researcher designing the research by using qualitative descriptive approach. Analysis conducted based on Hutter-Hennink analysis technique with these steps: code development, thick description, comparison, categorization, and conceptualization. Data collected by using document analysis, interview, and literature review. The performance blueprint results showed that performance indicator which designed by BPBD DIY are logical and have community-based outcomes. However, it isn�t yet oriented into quality, either effort or effect and not yet identified the providers in their activities. Besides, the tough village outcomes still counted as logic due to organizations scope only manhandle villages, not city. Next, researcher find the PMSs in BPBD DIY have several factors: enabling the organization to achieve goal congruence which based on researcher�s finding on support (help and training), perception, process in making SAKIP, and oversight and appreciation (monitoring and evaluation, and reward-punishment). Program and activities congruent with output and outcome which resulted to organizational aim: the increase in Yogyakarta�s Special Region endurance by disaster risk reduction (DRR). After that, researcher also found a normative isomorphism phenomenon in its PMSs.

Kata Kunci : BPBD DIY, Cetak Biru Kinerja, Empat Kuadran Friedman, Indikator Kinerja, Isomorfisma Normatif, Model Logika, SAKIP


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.