FASIES DAN GEOMETRI RESERVOAR INTERVAL I2 DAN I21, KELOMPOK BALIKPAPAN LAPANGAN ABT, CEKUNGAN KUTAI

ANANYAMATYA B T, Dr. Ir. Jarot Setyowiyoto, M.Sc

2017 | Skripsi | S1 TEKNIK GEOLOGI

Geometri (thickness to width ratio) dan kualitas reservoar merupakan dua aspek yang dipelajari lebih lanjut untuk mendukung kegiatan pengembangan Lapangan ABT, Kalimantan Timur. Dalam aspek geometri reservoar, diharapkan dengan hanya menggunakan data ketebalan unit reservoar dapat diperkirakan lebar pelamparannya, sehingga lokasi sumur-sumur baru dapat ditentukan. Sementara, kualitas reservoar tiap fasies pengendapan dapat memberikan gambaran mengenai fasies pengendapan apa yang paling baik sebagai reservoar. Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan rekonstruksi paleogeografi 6 zona representatif (BEL 1, BEL 2, BEL 3, BEL 4, BEL 5, dan BEL 6). Terlebih dahulu analisis fasies dan lingkungan pengendapan dilakukan dengan menggunakan data batuan inti dan data biostratigrafi. Selanjutnya dilakukan analisis stratigrafi sikuen dengan menggunakan data log sumur dan didampingi dengan data pressure untuk menentukan konektivitas reservoar, yang dilanjutkan dengan korelasi hingga dihasilkan penampang stratigrafi tiap zona penelitian. Pemetaan bawah permukaan dilakukan dengan menggunakan hasil korelasi dengan didampingi data dipmeter, sehingga kondisi paleogeografi tiap zona penelitian dapat tergambarkan dalam bentuk peta gross sand dan peta paleogeografi. Geometri tiap fasies pengendapan ditentukan dengan pengeplotan silang antara ketebalan (thickness) dan lebar pelamparan (width), sehingga thickness to width ratio tiap fasies pengendapan dapat diketahui. Kualitas reservoar ditentukan dengan menggunakan data RCAL (porositas dan permeabilitas) interval tertentu yang kemudian dipasangkan dengan fasies pengendapannya masing-masing. Dari hasil penelitian, didapatkan tiga fasies pengendapan penciri lingkungan pengendapan delta (fluvio-tide dominated delta) yang berpotensi menjadi reservoar, yaitu distributary channel, crevasse splay, dan mouth bar. Distributary channel memiliki rasio thickness to width sebesar 1:70 dan nilai porositas antara 1,5% hingga 30%, serta nilai permeabilitas sebesar 0,005 – 2586 mD. Mouth bar memiliki rasio thickness to width sebesar 1:700 dan nilai porositas antara 1,5% hingga 7,5%, serta nilai permeabilitas sebesar 0,005 – 1 mD. Sementara, crevasse splay memiliki rasio thickness to width sebesar 1:461,5. Keterbatasan data RCAL mengakibatkan kerancuan pada nilai kualitas mouth bar dan crevasse splay sebagai reservoar.

Reservoir geometry (thickness to width ratio) and quality are two aspects studied further to support the development plan of ABT Field, East Kalimantan. In geometry aspect, it is desirable to use only the thickness of the reservoir unit to predict the extent of its spread, so that the location of new wells can be determined. Meanwhile, the reservoir quality of each depositional facies can provide a suggestion of what depositional facies best as reservoirs. To achieve the research objectives, paleogeographic reconstruction of 6 representative zones (BEL 1, BEL 2, BEL 3, BEL 4, BEL 5, and BEL 6) were conducted. First, analysis of facies and depositional environment is done by using core and biostratigraphy data. Furthermore, to define stratigraphic framework of study area, sequence stratigraphic analysis is performed by using well log data, accompanied by pressure data to determine reservoir connectivity, followed by stratigraphic correlation until stratigraphic cross-section of each research zone obtained. Then, accompanied by dipmeter data, subsurface map is generated, so that the paleogeographic condition of each research zones can be visualized in the form of gross sand maps and paleogeographic maps. The geometry of each depositional facies is determined by crossplotting the thickness and width of each sand bodies, so that the thickness to width ratio of each depositional facies can be defined. Meanwhile, reservoir quality is determined by using the RCAL (porosity and permeability) data of certain intervals which are then paired with their respective facies. Three depositional facies of fluvio-tide dominated delta are potential as reservoir; distributary channel, crevasse splay, and mouth bar. Distributary channel has thickness to width ratio of 1:70 and porosity value between 1.5% to 30%, and permeability value of 0.005 - 2586 mD. Mouth bar has thickness to width ratio of 1: 700 and porosity value of between 1.5% and 7.5%, and permeability value of 0.005 - 1 mD. Meanwhile, crevasse splay has thickness to width ratio of 1: 461,5. Limited avaliability of RCAL data lead to improper quality values of mouth bar and crevasse splay as reservoir.

Kata Kunci : Kelompok Balikpapan, Fasies Pengendapan, Rekonstruksi Paleogeografi, Geometri Reservoar (Thickness to Width Ratio), Kualitas Reservoar