Laporkan Masalah

Idiom-idiom dalam Ranah Perkawinan Orang Manggarai: Analisis Linguistik Antropologis

HERIBERTUS JANI, Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A.

2017 | Tesis | S2 Ilmu Linguistik

Tesis ini membahas tentang pandangan kolektif orang Manggarai terhadap perkawinan berdasarkan idiom-idiom yang biasa digunakan dalam ranah perkawinan orang Manggarai. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa idiom-idiom dalam ranah perkawinan menyimpan kekayaan budaya yang perlu digali. Penelusuran atas makna dan latar belakang sosial budaya yang menjadi konteks munculnya setiap idiom merupakan keharusan guna merumuskan bagaimana cara pandang orang Manggarai terhadap perkawinan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dan didukung oleh teknik rekam dan catat. Makna dan latar belakang sosial budaya setiap idiom didapatkan melalui wawancara dengan para informan yang dianggap berkompeten dalam urusan perkawinan. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam wawancara yakni pendekatan semantik dan sosiolinguistik. Kedua pendekatan ini berguna untuk menemukan makna idiom dan konteks sosial budaya yang melatarbelakangi terciptanya idiom-idiom dalam perkawinan. Makna dan konteks sosial budaya inilah yang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan pandangan orang Manggarai terhadap perkawinan. Teori yang digunakan dalam merumuskan pandangan kolektif terhadap perkawinan adalah teori linguistik antropologis. Proses analisis atas data-data tersebut menghasilkan pengelompokan idiom berdasarkan berdasarkan bentuk, referensi, dan fungsi setiap idiom dalam menggambarkan pandangan kolektif orang Manggarai terhadap perkawinan. Berdasarkan penafsiran atas semua idiom, ditemukan pandangan kolektif orang Manggarai terhadap perkawinan sebagai berikut. Prinsip dasar perkawinan antara lain: setia terhadap pasangan, menjaga dan melindungi pasangan, menjaga keutuhan perkawinan seumur hidup, dan menjadikan lingkungan sosial dan penyelenggaraan Ilahi sebagai sumber kekuatan. Dari idiom-idiom pula ditemukan tujuan utama perkawinan itu adalah untuk menghasilkan keturunan, menciptakan kenyamanan hidup bersama secara sosial dan ekonomi, dan merekatkan hubungan kekerabatan. Hubungan antara suami dan istri bersifat setara, menantu dan mertua seperti orang tua dan anak, keluarga perempuan lebih tinggi statusnya daripada keluarga laki-laki. Dalam perkawinan nilai pribadi manusia lebih diutamakan. Namun kalau orang melanggar ketentuan-ketentuan dalam perkawinan orang akan dihukum baik secara materiel maupun sosial.

This research aims to understand the collective views of Manggaraian about the marriage based on idioms used in the marriage domain of Manggaraian. The study shows that idioms in the marriage domain hold unexplored cultural values. A discovery of the meaning and the socio-cultural background serving as the context of the idioms' emergence has to be made to formulate the values of Manggaraian toward a marriage. Observation method with tapping and writing technique were used in this study to collect the data. The meaning and the socio-cultural background of each idiom were gathered from interviews toward some competent informants. Semantics and sociolinguistics approaches were used in the interviews. Those approaches were applied in order to know the meaning of the idioms, the intention behind every used symbol, and the socio-cultural context providing the background of the idioms creation. The meaning, the intention of the used symbols, and the socio-cultural context were analyzed to formulate the Manggarai people views toward marriage. Theories in Anthropological Linguistics were applied in order to formulate the collective views of the Manggaraian's marriage. The study found that the idioms can be classified based on their forms, references, and functions in depicting the collective views toward marriage. It was also found that the collective views of Manggaraian see some principles of marriage such as be faithful to their spouse, care and protect their spouse, keep the marriage for their whole life, and make their social circle and religious legitimation as the source of power. It was also discovered that the idioms unveil some purposes of the marriage which are recreation of the next generation, creation of socially and economically pleasant life, and creation of a more intimate family relationship. The relation between the husband and wife is equal, the child in law treat the parents in law is like his/her actual parents and vice versa, and the wife's family is regarded with higher social status than the husband's. In the Manggaraian's marriage, the individual's character is a prominent aspect. However if one disobey the marriage's norms, social and material punishment will be given.

Kata Kunci : Idiom, linguistik antropologis, perkawinan, orang Manggarai, Idiom, anthropological linguistics, marriage, Manggaraians.

  1. S2-2017-389035-abstract.pdf  
  2. S2-2017-389035-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-389035-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-389035-title.pdf