Pembentukan Kepentingan Aktor Nasional dan Pengaruhnya pada Perumusan Kebijakan GenderSensitive Climate Governance di Indonesia

RIAGUNG RUKTI BAWONO, Prof. Dr. Mohtar Masoed

2017 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Gender-sensitive climate governance merupakan konsep yang telah dikembangkan oleh UNFCCC untuk menjamin adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di dalam perundingannya dan juga dalam pengelolaan perubahan iklim negara pihaknya. Indonesia sebagai salah satu negara pihak tersebut telah mengembangkan berbagai kebijakan yang terkait dengan penyertaan perspektif gender dan kepentingan perempuan dalam perubahan iklim. Perumusan kebijakan tersebut dilakukan oleh berbagai macam aktor dan sering kali tidak dilakukan secara terkoordinasi. Hasilnya, hingga saat ini tidak ada kebijakan nasional yang bisa dinyatakan sebagai kebijakan perubahan iklim nasional yang sensitive-gender. Hal ini diakibatkan oleh kepentingan aktor-aktor yang terlibat dalam proses pengembangan kebijakan itu sendiri. Kepentingan aktor-aktor tersebut terbentuk atas hubungan dan pengalaman aktor dengan isu perubahan iklim, isu perempuan, serta aktor lainnya. Menggunakan kerangka institusionalisasi kontemporer, penelitian ini menjelaskan bagaimana keikutsertaan aktor nasional dalam pengelolaan perubahan iklim membentuk kepentingannya terhadap penyertaan perspektif gender dan juga bagaimana kepentingan aktor mempengaruhi perumusan kebijakan perubahan iklim nasional yang sensitif-gender.

Gender-sensitive climate governance is a concept developed by the UNFCCC to ensure equality between men and women in its negotiations and also in the climate change governance of its respectable parties. Indonesia as one of those parties has developed several policies regarding the inclusion of the gender perspective and also women's interests in climate change. The development of these policies have involved a variety of actors and more often than not have been done without prior coordination. This results in the absence of a single policy that can be claimed as Indonesia's gender-sensitive climate policy. The disappointing outcome is influenced by the interests of actors involved in the policy making process itself. These interest are formed by each actor's relation and experience with the issues of climate change and gender, plus their relations with the other actors involved. Using the contemporary institutionalization framework, this study elaborates how the involvement of national actors in climate change governance has shaped their respective interests towards the inclusion of the gender perspective and also how these actor's interest influence the national gender-sensitive climate change policy making.

Kata Kunci : gender-sensitive climate governance, kebijakan perubahan iklim, aktor nasional, politik kelompok kepentingan, institusionalisme kontemporer, gender-sensitive climate governance, climate change policy, national actors, interest group politics, c