Laporkan Masalah

Konstruksi Identitas Tuli Pegiat Deaf Art Community (DAC) Yogyakarta Beserta Implikasinya pada Status dan Peran dalam Masyarakat

DIAN PUSPITA, Representation, Deaf, language, Deaf identity, Deaf culture, Deaf community

2017 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Stereotip dan diskriminasi telah menjadi bagian dari keseharian Tuli. Anggapan dominan bahwa Tuli adalah aib dan cela merupakan beberapa alasannya. Demi membalikkan pandangan itu, Tuli bersama komunitas Tuli berusaha mengadvokasi diri mereka lewat macam-macam kegiatan. Usaha advokasi ini tentunya hanya bisa dilakukan apabila Tuli memiliki pemahaman menyeluruh atas dirinya dan komunitasnya, diantaranya mengenai identitas dan budaya Tuli. Proses pembentukan identitas dan budaya Tuli dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan, diantaranya kepemilikan bahasa dan keterlekatan dengan komunitas Tuli. Penggunaan bahasa berpengaruh besar sebab menjadi moda utama dalam setiap bentuk komunikasi. Sementara komunitas Tuli menjadi tempat bagi Tuli untuk mempelajari budaya-nya dari perspektif Tuli. Tentu saja, perbedaan lingkungan dan intensitas keterlekatan turut memberi pengaruh pada internalisasi nilai-nilai budaya yang diserap oleh Tuli, seperti ditunjukkan dalam riset ini. Lewat pendekatan representasi dan metode life story, narasi tentang identitas Tuli dijelaskan berdasarkan fragmen-fragmen kisah hidup yang dibagikan. Sehingga justifikasi bisa dihindari sebab analisa dilakukan melalui sudut pandang Tuli dalam melihat dirinya sendiri.

Stereotype and discrimination has been part of Deaf everyday life. Dominant opinion stated that Deaf is disgrace and shame are some of the reasons. In order to overcome those perspective, Deaf and Deaf community trying to advocate themselves through various activity to show their potential. Of course, this effort could only effective if Deaf has full understanding about themselves and their community, including identity and Deaf culture. Some factors influencing the construction of identity are language ownership and attachment to Deaf community. The chosen language used by Deaf in everyday life is significant because without language communication would fail. Meanwhile Deaf community become a sanctuary where Deaf trying to learn their culture from Deaf perspective. Environmental differences and involvement intensity with community have a great influence on the internalization process done by Deaf, as it shown in this research. Through the representational approach and life story method, narrations of Deaf identity explained chronologically by the fragments shared by the Deaf. The analysis is done through Deaf point of view because it is important to avoid further justification toward them. Because within justification, the stereotype and discrimination will last.

Kata Kunci : Representasi, Tuli, bahasa, identitas Tuli, budaya Tuli, komunitas Tuli