Laporkan Masalah

POLEMIK PENISTAAN AGAMA: Representasi Aksi Bela Islam dalam Media Sosial Facebook dan Instagram

GITA OCTAVIANI, Dr. Phil. Arie Setyaningrum, S. Sos., M.A.

2017 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

ABSTRAKSI Percepatan perkembangan teknologi abad ini menuntut manusia untuk menjalani aktivitasnya dengan cepat. Segala aktivitas manusia digerakkan menuju era digital dengan kemajuan ekonomi, budaya, sosial, dan teknologi. Manusia harus bekerja dengan kompetisi peradaban semakin ketat. Kebebasan berpendapat dalam beropini, menulis, nalar kritis dijunjung tinggi pasca Orde Baru. Aksi Bela Islam 2016 dengan mobilisasi massa aksi masyarakat muslim terpusat di DKI Jakarta merupakan salah satu wujud kebebasan era demokrasi. Penelitian ini menggunakan teori kuasa, ilmu pengetahuan dan wacana dari Michel Foucault dan kaitannya dengan representasi Stuart Hall yang menganalisa perilaku masyarakat di media sosial dari pembuatan wacana sampai mobilisasi massa aksi. Metode penelitian menggunakan analisa wacana Noorman Fairclough dengan menganalisa teks, konteks dan history dari sebuah wacana media. Peneliti melakukan wawancara terhadap delapan diantaranya informan partisipan dan non-partisipan Aksi Bela Islam diolah dengan data sekunder dari berbagai jurnal, berita online, artikel yang memuat tentang Aksi Bela Islam. Aksi Bela Islam mempraktikkan konsep demokrasi dengan menggugat adanya penistaan agama di DKI Jakarta. Baik media massa maupun sosial, netizen berlomba mereproduksi ide, gagasan dan sikap tentang aksi tersebut. Masing-masing netizen memiliki kuasa atas diri dalam menangkap informasi dan pemaknaan terhadap informasi itu diserahkan kepada netizen untuk diolah dan diwujudkan dalam sikap. Informasi menjadi sebuah pengetahuan yang diciptakan. Memiliki arti bahwa �pengetahuan� kini, diciptakan atau dikonstruksi oleh penulis dan pemilik media sebagai pembuat wacana.

ABSTRACT The acceleration of technological developments of this century requires humans to live their activities quickly. All human activities are driven towards the digital age with economic, cultural, social, and technological progress. People have to work with increasingly fierce competition. Freedom of opinion in writing, critical reason upheld after the New Order. The Islamic Defense Action 2016 with the mobilization of the mass of Muslim community action centered in DKI Jakarta is one of the forms of freedom of the democratic era. This research uses the theory of power, knowledge, discourse of Michel Foucault and its relation to the representation of Stuart Hall which analyzes community behavior in social media from discourse-making to mass mobilization of action. The research method use discourse analysis of Noorman Fairclough by analyzing the text, context and history of a media discourse. The researcher interviewed eight of the participants' informants and non-participants of the Islamic Defense Action processed with secondary data from various journals, online news, articles about the Islamic Defense Action. The Islamic Defense Action practiced the concept of democracy by demanding religious blasphemy in DKI Jakarta. Both mass and social media, netizens compete to reproduce ideas, ideas and attitudes about the action. Each netizen has power over himself in capturing information and the meaning of that information is left to netizens to be processed and manifested in attitudes. Information becomes a created knowledge. It means that 'knowledge' is created or constructed by writers and media owners as discourse makers.

Kata Kunci : Wacana, Media, Pengetahuan, Kekuasaan, Representasi/Discourse. Media, Knowledge. Power, Representation